Menuju konten utama

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi 5,2 Persen pada 2018

Standar Chartered memprediksikan salah satu yang menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi pada 2018 adalah investasi.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi 5,2 Persen pada 2018
Kendaraan melintas dengan latar belakang matahari tenggelam (sunset) di kawasan Ibu Kota Jakarta, Minggu (31/12). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

tirto.id - Standard Chartered memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,2 persen pada 2018, atau lebih cepat dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang berada di kisaran 5,1 persen.

"Tingkat pertumbuhan akan mendapat dorongan di 2018 dari kebijakan moneter yang longgar, reformasi struktural untuk menghilangkan bottleneck dalam logistik dan memperbaiki iklim investasi, dan permintaan eksternal yang masih kuat," kata Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian Taloputra dalam acara outlook ekonomi di Jakarta pada Senin (22/1/2018).

Standar Chartered memprediksikan investasi menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi pada 2018, karena pemerintah tengah mendorong proyek infrastruktur dan kontribusi investasi swasta yang didukung membaiknya iklim investasi.

"Investasi sektornya di infrastruktur dan komoditi related. Jadi, mungkin sektor private masih perlahan, tapi data terakhir sudah mulai bervariasi. Kalau kita lihat penjualan semen cukup naik kuat, di drive dengan proyek infrastruktur," ujar Aldian.

Aldian menyebutkan peningkatan investasi swasta didukung oleh peningkatan level kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB) yakni dari 91menjadi 72 pada 2017, pengenalan sistem pengakuan tunggal yang disederhanakan untuk kepentingan lisensi investasi (Pelayanan Terpadu Satu Pintu/PTSP).

"Nilai minimum proyek berharga Rp100 miliar dengan keterlibatan BUMN dalam proyek infrastruktur juga sudah diatur, dengan harapan membatasi campur tangan BUMN dan mendorong pembiayaan pihak swasta," ucapnya.

Selain itu, pendukung pertumbuhan ekonomi juga didorong ekspor, yang diperkirakan lebih sedikit moderat. Aldian meyakini neraca perdagangan 2018 akan mengalami surplus per bulan sekitar 200-300 juta dolar AS, meski, pada Desember 2017 mengalami defisit 0,1 miliar dolar AS.

"Tapi menurut kita ekspor masih cukup baik. Komoditi juga kita lihat arahnya masih ke atas. Yang terjadi adalah ekspor tetep naik, tapi pengaruh impornya juga relatif lebih cepat, makanya defisitnya melebar," terangnya.

Ia menyebutkan pada 2018 ini pertumbuhan ekspor-impor hampir seimbang ada di kisaran 5-6 persen. Sehingga, dia memperkirakan defisit neraca berjalan (Current Account Deficit/CAD) berada di level 2,1 persen. Sedangkan Bank Indonesia memperhitungkan CAD di kisaran 2-2,5 persen.

"Kemarin agak low base karena naiknya cepat, kelihatannya angkanya tinggi, tapi pertumbuhannya agak melambat. Tapi, kita lihat agak jauh ke belakang dikit dari 2015, ada kontraksi. Sebenarnya ada tumbuh aja (ekspor) itu baik," sebutnya.

Lebih lanjut, Aldian menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap masih belum merata, meskipun investasi dan ekspor meraih momentum yang didukung oleh proyek-proyek infrastruktur pemerintah dan solidnya permintaan dari eksternal.

Namun, kata dia, ada konsumsi yang melemah diakibatkan oleh melambatnya peningkatan upah kerja, adanya kenaikan tarif listrik, dan pemerataan ketersediaan lapangan kerja di sektor formal.

"Untuk mengimbangi hal ini, pemerintah telah menyempurnakan kebijakan fiskal untuk tahun 2018 dengan subsidi, dana desa, dan belanja sosial lebih besar, guna meningkatkan daya beli masyarakat

berpenghasilan menengah dan rendah," ungkapnya.

Baca juga artikel terkait INVESTASI atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto