tirto.id - Capres 02 Prabowo Subianto mempersoalkan sejumlah penonton Debat Pilpres Ke-4 yang tertawa saat ia memaparkan kritiknya terhadap sistem pertahanan RI.
Semula, Prabowo menyampaikan tanggapan terhadap pemaparan Capres 01 Joko Widodo tentang strategi memperkuat diplomasi Indonesia di dunia internasional.
Menurut Prabowo, diplomasi politik luar negeri harus ditujukan untuk mempertahankan kepentingan negara. Oleh karena itu, kata dia, diplomasi perlu ditopang oleh militer dan sistem pertahanan yang kuat.
“Ada yang disebut the core national interest, jadi kepentingan nasional yang inti,” kata Prabowo saat berbicara dalam debat capres di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019).
Dia lalu mengungkapkan bahwa sistem pertahanan Indonesia saat ini lemah sehingga diragukan bisa mendukung diplomasi RI.
“Jadi saya mohon pak, ini bukan berarti menyalahkan, tapi saya berpendapat, kekuatan pertahanan kita sangat rapuh dan lemah. Bukan apa-apa, salah [siapa?], enggak tahu saya,” kata Prabowo.
Setelah Prabowo menyatakan kalimat tersebut, sempat terdengar sejumlah penonton Debat Capres Ke-4 tertawa riuh.
Kemudian, sambil menunjuk ke depan podium, Prabowo pun menyatakan, “Iya, yang ketawa, kenapa kalian ketawa? Pertahanan kita rapuh, kalian ketawa, lucu ya? Kok lucu?”
Topik pertahanan dan keamanan serta hubungan internasional memang menjadi tema yang dibahas dalam Debat Pilpres Keempat, selain topik ideologi, pemerintahan.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjuk 9 panelis dalam debat yang dipandu Zulfikar Naghi dan Retno Pinasti sebagai moderator tersebut
Sembilan panelis itu ialah Zakiyuddin (Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga), Erwan Agus Purwanto (Dekan Fisip UGM), J Haryatmoko (Dosen Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma) dan Valina Singka Subekti (Dosen Departemen Ilmu Politik, Fisip UI).
Selain itu, panelis lainnya ialah Dadang Tri Sasongko (Sekjen Transparency International Indonesia), Al Araf (Direktur Eksekutif Imparsial), Basis Eko Soesilo (Dosen HI Fisip Unair) Apolo Safanpo (Rektor Universitas Cenderawasih) dan Kusnanto Anggoro (Dosen Fisip UI).
Editor: Agung DH