Menuju konten utama

Perhutani: 51% Air Hujan di Puncak Bogor Tak Terserap Maksimal

Perhutani juga menilai sejumlah titik penyempitan aliran sungai menyebabkan banjir dan longsor di Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Perhutani: 51% Air Hujan di Puncak Bogor Tak Terserap Maksimal
Jembatan dan jalan terputus akibat diterjang banjir bandang di Kampung Pensiunan, Desa Tugu Selatan, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (3/3/2025). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/Spt.

tirto.id - Perum Perhutani mengungkapkan hasil analisisnya terkait penyebab banjir yang terjadi di Kawasan Puncak, Cisarua, Bogor, pada Minggu (2/3/2025). Direktur Utama Perum Perhutani, Wahyu Kuncoro, menilai salah satu penyebab kejadian ini adalah intensitas curah hujan yang mencapai empat kali lipat dari rata-rata harian.

“Jadi kalau kita lihat tentang catchment Area Banjir Cisarua Bogor kami membuat simplifikasinya, ini seperti mangkok begitu. Semua curah hujan akan terkumpul di aliran yang paling tengah (dari catchmen area),” ujar Wahyu dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat pada Selasa (11/3/2025).

Menurut Perhutani, sebanyak 51 persen air tidak dapat terserap dengan baik. Selain itu, sejumlah titik penyempitan aliran sungai juga berkontribusi terhadap meluapnya air tersebut.

“Yang menarik sebenarnya curah hujan pas kejadian itu empat kalinya dari intensitas hujan tinggi. Sehingga ada analisinya 115 mm per hari, ini kalau kita coba kaitkan dengan kemampuan penampungan, ini kan seperti mangkok kalau dicurahin begitu dia pasti akan meluber dan dia lewat ke yang lebih rendah,” ujar Wahyu.

Selain itu, Wahyu mengatakan bahwa luas Daerah Tangkapan Air di Cisarua, Bogor mencapai sekitar 4538 Ha. Adapun Hibisc Fantasy Puncak berada di atas area perkebunan yang luasnya mencapai sekitar 897 Ha.

“Kemudian yang warna oranye (area ditandai ada rekreasi Hibisc Fantasy Park), itu nomor empat ini perkebunan. Tidak hanya PTPN karena ada Telaga Saat ke atas itu swasta yang kemarin disegel oleh Pak Gubernur (Jawa Barat). Ini PT nya ada tapi tidak mengetahui siapa yang punya,” ujarnya.

Di sisi lain, Wahyu juga menepis kabar soal pihaknya melakukan penebangan pohon di area Cisarua. Dia mengaku bahwa pihaknya sudah tidak pernah melakukan penebangan kayu sejak keluarnya Keputusan Presiden (Keppres) nomor 114 Tahun 1999.

“Yang kedua bahwa kami sebenarnya ada Kepres tahun Tahun 1999 itu yang meratifikasi tidak boleh ada penerbangan kayu jadi sejak 99. Kami tidak melakukan penerbangan pohon di Bogor, Puncak dan Cianjur. Jadi sebenarnya enggak ada tebang pohon di sana karena ratifikasi,” ujarnya.

Dia juga menyebut bahwa tutupan hutan di daerah tangkapan air area milik Perhutani sekitar 890 Ha juga dalam kondisi baik.

Wahyu mengaku hasil analisis ini telah diserahkan kepada Kementerian Kehutanan untuk dilakukan verifikasi dan tidak dikaitkan dengan unsur pembelaan yang dilakukan Perum Perhutani.

“Ini juga sudah kami kirimkan ke Kementerian Kehutanan supaya diverifikasi, supaya enggak dikira defends (pembelaan),” tutur Wahyu.

Baca juga artikel terkait BANJIR JABODETABEK atau tulisan lainnya dari Rahma Dwi Safitri

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Rahma Dwi Safitri
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Bayu Septianto