tirto.id - Perdana Menteri dari Pemerintahan Nasional Palestina (PNA) Rami Hamdallah mengklaim bahwa Jerusalem adalah wilayah yang sah menjadi milik Palestina. Di sisi lain, ia menuding kekerasan yang dilakukan Israel untuk merebut Jerusalem telah memantik kebencian dan sikap keras warganya di kawasan itu.
Hal tersebut disampaikannya dalam konferensi untuk mendukung Jerusalem di Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan, Selasa, (10/05/2016).
"Perdamaian takkan ada tanpa Negara Palestina dengan Jerusalem Timur sebagai Ibu Kotanya. Jerusalem tidak boleh dikucilkan maupun dilupakan. Kami memiliki tanah dengan hak sah penuh atas kota tersebut," tandas Hamdallah.
Dalam kesempatan tersebut, Hamdallah juga mengecam sikap masyarakat internasional yang selalu mendiamkan kekerasan dan pelanggaran Israel di Jerusalem. Ia meminta masyarakat internasional untuk lebih memperhatikan perlindungan bagi rakyat Jerusalem dari kekejaman penguasa Yahudi tersebut.
Hamdallah turut mengungkapkan peran besar Perdana Menteri Benyamin Netanyahu, seorang penganut pendekatan sayap kanan yang keras, dalam menggalakkan kekerasan terhadap warga Jerusalem beberapa bulan terakhir ini.
"Kita harus menghadapi dan menantang semua tindakan tidak sah Israel dalam melanggar hukum internasional dan prinsip hak asasi manusia," kata Hamdallah, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu (11/5/2016) pagi. Ia menambahkan, "Ini akan menjadi pengasingan guna mengakhiri pendudukan Israel."
Pemerintahan Nasional Palestina menginginkan supaya Palestina Timur, yang diduduki Israel pada 1967, ditetapkan sebagai Ibu Kota Negara Palestina Merdeka. Di sisi lain, Israel bersikukuh bahwa seluruh wilayah Jerusalem adalah bagian dari Ibu Kota Negara Israel.
Babak-babak pembicaraan perdamaian untuk menyudahi pendudukan Israel di Jerusalem selalu berakhir dengan kegagalan. Pembicaraan perdamaian antara Israel dan Palestina telah macet sejak April 2014. Pembicaraan yang diinisiasi oleh AS, yang berlangsung selama sembilan bulan, tak memberi hasil nyata.
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra