Menuju konten utama

Perbedaan Puasa di Indonesia, Turki dan Afghanistan Menurut JK

JK bersyukur karena budaya umat Islam di Indonesia tidak seperti di Afghanistan dan Turki.

Perbedaan Puasa di Indonesia, Turki dan Afghanistan Menurut JK
Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan sambutan saat menghadiri buka puasa bersama dalam Silahturahmi Nasional Partai Golkar di Jakarta, Jumat (1/6/2018). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

tirto.id - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) membandingkan perbedaan budaya ibadah puasa di Indonesia dengan negara-negara lain seperti Afghanistan dan Turki. Menurut JK, perbedaan itu menunjukkan posisi umat Islam di Indonesia sebagai kalangan yang moderat.

JK menyampaikan cerita perbedaan itu saat menggelar buka puasa bersama Pengurus Besar Keluarga Alumni HMI (KAHMI) dan Palang Merah Indonesia (PMI), Senin (4/6/2018). Menurutnya, sisi moderat umat Islam di Indonesia terlihat dari kebiasaan beraktivitas selama Ramadan.

Politikus senior Golkar itu kemudian menceritakan budaya masyarakat di Afghanistan selama Ramadan. Menurut dia, masyarakat di negara itu kerap menunda urusan duniawi selama Ramadan.

"Di Afghanistan kalau Ramadan itu hanya beribadah dan membaca Al-Quran. Jadi urusan duniawi ditunda. Tapi kalau bertempur, perang juga di Ramadan," ujar JK di Istana Wapres, Jakarta.

Setelah itu, ia bercerita mengenai kebiasaan masyarakat Turki saat menunaikan puasa. Menurut JK, masyarakat di negara itu tak begitu ketat menjalankan ibadah seperti yang dilakukan warga Afghanistan.

Pasalnya, kata JK, para pejabat di Turki tidak memiliki kebiasaan menunda atau menyediakan waktu istirahat jika waktu berbuka tiba di tengah rapat. Rehat sejenak hanya ada saat azan berkumandang.

"Saya awal Ramadan ini di Turki rapat konferensi besar dari negara Islam, mulai jam 5 sore. Ini hampir buka nih, begitu menjelang magrib, dibagilah kurma dan air putih. Kemudian azan, sehabis itu bicara lagi terus, tidak pakai ishoma [istirahat sholat makan] begitu," ujar Politikus asal Makassar itu.

Saat mengetahui kebiasaan masyarakat Turki seperti itu, JK mengaku sempat berpikir bahwa hal tersebut tak akan bisa dilakukan di Indonesia. Menurutnya, jika hal yang dialaminya di Turki terjadi di Indonesia, pasti pemimpin rapat sudah mendapat cacian dari peserta forum.

"Saya bilang, kalau di Indonesia ketuanya sudah dilempar ini [...] Kalau kita langsung interupsi kiri, kanan. Buka puasa pun dikasih di meja sambil rapat juga," ujarnya.

Ia pun bersyukur karena budaya umat Islam di Indonesia tidak seperti yang ditemukan di Afghanistan dan Turki.

Baca juga artikel terkait RAMADAN atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Alexander Haryanto