Menuju konten utama

Perbedaan EYD, EBI dan PUEBI dalam Bahasa Indonesia

Berikut ini adalah penjelasan soal perbedaan yang ada pada EYD, EBI dan PUEBI dalam bahasa Indonesia.

Perbedaan EYD, EBI dan PUEBI dalam Bahasa Indonesia
Ilustrasi EYD. foto/IStocokphoto

tirto.id - Banyak perkembangan ejaan dalam bahasa Indonesia, seperti EYD, EBI hingga PUEBI. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan ejaan dalam bahasa Indonesia yang ditetapkan saat Orde Baru itu melalui Kepres Nomor 57 Tahun 1972.

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) adalah pedoman resmi yang dapat dipergunakan oleh instansi pemerintah dan swasta serta masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Sementara itu, sosialisasi adanya ejaan baru itu juga terus berjalan seiring dengan kajian-kajian para pakar bahasa Indonesia.

Namun, dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015, Mendikbud mengganti sebutan EYD menjadi EBI atau Ejaan Bahasa Indonesia.

Hingga pada saat ini, ejaan bahasa Indonesia terbaru telah ada, yaitu Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Tujuan atau alasan dari berubahnya Pedoman EYD menjadi PUEBI adalah pertama karena adanya kemajuan teknologi seiring kemajuan zaman dan kedua untuk memantapkan fungsi dari bahasa Indonesia itu sendiri.

Lantas, apa saja perbedaan yang ada pada EYD, EBI dan PUEBI? Simak penjelasannya melalui pembahasan berikut ini!

Perbedaan EYD dan EBI

EBI tampak lebih praktis dan mudah digunakan terkait dengan tata tulis. Hal-hal yang dulu kurang jelas pada EYD kini menjadi lebih terang pada EBI, contohnya penggunaan huruf kapital, huruf tebal, dan huruf miring.

Begitu pula dengan penggunaan tanda baca. Ada hal yang lebih jelas terdapat dalam pemerian (perincian) frasa ke bawah yang menggunakan tanda titik koma (;). Sebelum rincian terakhir pada tanda titik koma dibubuhi kata dan.

Tanda kurung juga berkembang fungsinya yaitu mengapit singkatan dan kepanjangan. Di dalam EYD yang benar adalah penyebutan kepanjangan dulu baru singkatan di dalam kurung. Namun, di dalam EBI, keduanya dibenarkan.

Jadi, Anda dapat menulis seperti itu, Ikapi (Ikatan Penerbit Indonesia) atau Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), dan keduanya adalah benar.

Selebihnya, tidak ada hal baru. Namun, EBI terlihat lebih ringkas dengan muatan berikut:
  1. Pemakaian Huruf;
  2. Penulisan Kata;
  3. Pemakaian Tanda Baca; dan
  4. Penulisan Unsur Serapan.

Perbedaan EYD dan PUEBI

Setidaknya terdapat lima hal yang menjadi perbedaan antara PUEBI dengan EYD. Kelima perbedaan tersebut tersebar ke dalam dua sub bab ejaan, yaitu pemakaian huruf dan pemakaian tanda baca, seperti berikut ini:

1. Perbedaan diakritik pelafalan vokal [e]

Pada PUEBI telah diatur diakritik vokal e mempunyai tiga contoh pelafalan yang berbeda. Namun, pada ejaan sebelumnya, yaitu di EYD hanya dicontohkan dua pelafalan [e].

  • Diakritik pertama yang disajikan pada EYD adalah [é] (taling tertutup) pada kata enak, petak, dan sore.
  • Diakritik kedua, pelafalan vokal [ê] (pepet) pada kata emas, kena, dan tipe. D
  • iakritik pelafalan vokal [e] yang tidak disampaikan di EYD adalah diakritik ketiga, yaitu pelafalan vokal [è] (taling terbuka) pada kata militer, ember, dan pendek.

2. Perbedaan diftong [ei]

Jika sebelumnya di EYD telah disampaikan terdapat tiga diftong, PUEBI telah menyempunkan informasi terkait diftong di bahasa Indonesia sebanyak empat, yaitu ai, au, oi, dan ei.

Tambahan diftong [ei] ini muncul karena adanya kata yang telah diserap seperti kata survei, eigendom, dan geiser.

3. Aturan penulisan huruf kapital

Pada aturan sebelumnya penulisan huruf kapital harus digunakan pada huruf awal sebuah nama orang, nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan.

Selanjutnya pada aturan terbaru di PUEBI ditambahkan satu ketentuan, yaitu selain nama-nama tersebut, kapital juga digunakan untuk huruf awal julukan. Contoh julukan yang dimaksud seperti Jenderal Kancil, Dewa Pedang, dan sebagainya.

4. Aturan penulisan huruf tebal

Dalam PUEBI dijelaskan bahwa huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Selain itu, huruf tebal juga digunakan untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, dan subbab.

5. penggunaan tanda baca

Tanda baca merupakan hal yang wajib diperhatikan terutama dalam bahasa tulis. Pada EYD yang diresmikan pada tahun 1972, tanda baca titik koma (;) tidak dijabarkan selengkap di PUEBI.

Pada aturan sebelumnya, titik koma (;) hanya digunakan untuk memisahkan bagaian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Selain itu, juga terdapat aturan, yaitu sebagai pengganti tanda hubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.

Selain dua aturan tersebut, aturan lain juga disampaikan di PUEBI. Aturan lain tersebut adalah tanda titik koma (;) digunakan pada akhir princian yang berupa klausa dan digunakan untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Yantina Debora