tirto.id -
Namun benarkah demikian?
Terkait penggunaan terompet bergantian ini, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Ari F Syam menegaskan bahwa perilaku tersebut tidak menularkan sejumlah penyakit yang mematikan.
"Seperti tahun-tahun sebelumnya selalu saja di akhir tahun ini beredar isu mengenai berbagai penyakit berbahaya termasuk kanker mulut, kanker lidah, kanker darah, hepatitis, HIV, TBC dan penyakit-penyakit menular lain yang ditularkan melalui terompet," ujar Ari di Jakarta, Senin (31/12/2018).
Ari menjelaskan, penyakit TBC ditularkan dari satu orang kepada orang lain bukan melalui kontak yang singkat. Tidak seperti infeksi virus influenza bahwa seseorang dapat tertular dengan orang yang sedang mengalami flu dengan sekali kontak.
"Untuk penularan TBC butuh kontak yang lama dan terus menerus," ujarnya.
Selain itu virus ini ditularkan melalui udara, bukan langsung dari air liur seperti misal setelah meniup terompet. Biasanya orang tertular penyakit TBC jika tinggal serumah dengan orang yang sedang mengalami TBC paru aktif.
"Ujung terompet memang bisa jadi sumber penularan penyakit melalui droplet atau air liur yang tersisa pada ujung terompet tetapi tentu bukan penyakit TBC atau penyakit kanker mulut," jelas dia.
Selain itu, ia juga menjelaskan kanker termasuk kanker mulut, lidah atau kanker darah tidak dapat menular dari satu orang ke orang lain. Kanker mulut memang disebabkan oleh virus yang kita namakan virus Human Papilloma (HPV). Virus ini memang bisa menyebabkan kanker lidah, kanker amandel atau kanker tenggorokan.
"Akan tetapi penularan virus tersebut melalui mulut terutama melalui aktifitas seksual misalnya oral seks, sedangkan penggunaan alat makan atau sedotan secara bersamaan tidak akan menularkan penyebaran virus tersebut," katanya.
Termasuk juga orang yang meniup terompet yang habis ditiup oleh orang yang terinfeksi virus ini tidak dapat tertular infeksi tersebut. Begitu pula penularan virus HIV penularan juga tidak mudah harus melalui hubungan seksual, jarum suntik, atau komponen darah yang ditansfusi dari satu pasien ke pasien lain.
Meski demikian, Ari berharap agar masyarakat perlu membersihkan dulu ujung terompet yang digunakan.
"Bahkan kalau perlu gunakan penyaring khusus ketika ujung terompet tersebut akan kita gunakan," imbuh dia.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani