Menuju konten utama

Penyebaran Virus Zika Perlu Diteliti lewat Epidemiologi

Virus Zika yang mulai menyebar di kawasan Asia Tenggara patut menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Penyebarannya bisa diselidiki lewat epidemiologi yang mendalam sehingga dapat diambil upaya pencegahannya. Berkaca pada wabah flu babi di Meksiko, kejadian luar biasa itu bahkan telah menimbulkan kerugian ekonomi nasional

Penyebaran Virus Zika Perlu Diteliti lewat Epidemiologi
Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Batam melakukan pengasapan (fogging) di area Pelabuhan Internasional Batam Centre, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (31/8). Fogging dilakukan untuk membasmi nyamuk Aedes Aigypti (demam berdarah) sekaligus upaya pencegahan penyebaran virus Zika yang saat ini telah masuk di Singapura. ANTARA FOTO/M N Kanwa.

tirto.id - Wabah virus zika mulai menjangkiti kawasan Asia Tenggara sejak menyebar ke berbagai titik lokasi di Singapura. Epidemi yang awalnya terkonsentrasi di tempat tinggal para pekerja konstruksi asing, yakni kawasan Aljunied Crescent, kemudian mulai menyebar ke wilayah pemukiman terdekat: dari Sims Drive, Kallang Way, hingga Paya Lebar.

Mengamati kondisi itu, mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari kepada pers di Jakarta, Selasa (6/9/2016) mengemukakan bahwa penyebaran virus zika di kawasan Asia Tenggara perlu diselidiki dengan cermat. Kejadian ini menurutnya patut diwaspadai sebab penyebaran virus bisa secara alamiah atau bahkan melalui rekayasa manusia.

Menteri Kesehatan era 2004–2009 itu mengemukakan, kejadian wabah flu babi Meksiko bisa dijadikan pelajaran yang berharga bagi negara-negara yang ekonominya sedang berkembang. Sebabnya, wabah flu babi yang terjadi beberapa tahun lalu itu telah menimbulkan kerugian ekonomi nasional. Karena itu, Siti Fadilah menegaskan, sudah sewajarnya pemerintah Indonesia menganggap serius penyebaran virus zika ini di beberapa negara di Asia Tenggara.

"Apakah penyebaran virus zika terjadi secara alami atau rekayasa manusia hanya bisa diselidiki secara epidemiologi yang mendalam atau surveilance. Perjalanan penyakit ada kronologisnya yang logis sehingga jelas penyebarannya," katanya.

Upaya untuk mengantisipasi dan mewaspadai penyebarannya di Indonesia oleh pemerintah juga harus dilakukan dengan memberikan perhatian dan perlindungan. Proteksi itu khususnya ditujukan kepada ibu hamil agar tidak digigit nyamuk pembawa virus zika.

Siti Fadilah Supari mengungkapkan bahwa sebenarnya kasus zika di Asia Tenggara ini wajar terjadi karena adanya kondisi yang mendukung penyebaran: iklim tropis yang cocok dan nyamuk Aedes aegepty yang menjadi pembawa virus–yang juga jadi penyebar virus demam berdarah dan chikungunya

"Penyebarannya sama dengan demam berdarah. Bayangkan penularannya yang cepat meluas seperti demam berdarah. Perbedaannya, virus zika tidak mematikan, namun berbahaya pada ibu hamil, lain tidak," ujar Siti Fadilah.

Dia juga menjelaskan bahwa bila menjangkiti ibu hamil maka anak yang dikandung akan lahir dengan kondisi cacat microcephaly berupa ukuran tempurung kepala dan otak yang jauh lebih kecil dari ukuran normal. Dalam beberapa kasus juga, infeksi virus zika dapat menyebabkan "Guillain Barre Syndrom, yaitu kelumpuhan syaraf.

Menurut Centers of Disease Control and Prevention (CDC), sebuah lembaga pengendalian dan pencegahan penyakit menular di Amerika Serikat, Guillain Barre Syndrom (GBS) adalah penyakit langka yang membuat sistem kekebalan seseorang menyerang sistem syaraf tepi dan menyebabkan kelemahan otot bahkan apabila parah bisa terjadi kelumpuhan.

Saat menjadi Menteri Kesehatan, Siti Fadilah bersama jajaran Departemen Kesehatan bergelut mengatasi penularan wabah flu burung kepada manusia tahun 2008. Dia juga menutup laboratorium marinir Angkatan Laut Amerika Serikat Namru-2 pada 2009.

Sebelumnya, terkait temuan kasus positif Zika di Indonesia, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek pada Kamis (1/9/2016) telah mengoreksi pernyataannya. Ia menegaskan, satu kasus virus zika di Jambi yang disebut dalam laporan Lembaga Eijkman adalah hasil penelitian yang dilakukan ketika kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue pada 2014.

Baca juga artikel terkait VIRUS ZIKA atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari