Menuju konten utama
Cegah Diabetes:

Pentingnya Tulis Dampak Buruk Gula di Kemasan Makanan & Minuman

Produsen makanan dan minuman berpemanis harus jujur terhadap kandungan gula yang dimasukkan ke dalam produknya.

Pentingnya Tulis Dampak Buruk Gula di Kemasan Makanan & Minuman
Ilustrasi Minuman Manis. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Beragamnya minuman dan makanan kemasan manis meningkatkan prevalensi diabetes di Indonesia. Hal tersebut diperburuk dengan kebiasaan merokok dan kurangnya aktivitas fisik pada generasi muda.

Ketua Tim Kerja Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Esti Widiastuti mengatakan hal tersebut bisa diantisipasi jika produsen dan konsumen kembali merujuk pada Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 tentang anjuran konsumsi gula perorang perhari.

"Tentunya dalam permenkes tersebut dijelaskan kadar konsumsi gula yang disarankan untuk dikonsumsi adalah 10% dari total energi atau setara dengan gula 4 sendok makan per orang per hari," ujar Esti dalam Media Briefing Peringatan Hari Diabetes Sedunia 2023 secara daring, Senin (6/11/2023).

Esti berharap aturan terkait pembatasan penggunaan gula dalam kemasan bisa segera terwujud oleh pemerintah dalam waktu dekat ini.

"Pentingnya aturan yang mengatur dalam satu kemasan maksimal berapa sehingga saat masyarakat mengkonsumsi sudah sesuai dengan batas kesehatan," tutur Esti.

Pernyataan Esti diamini oleh Dokter spesialis anak konsultan endokrinologi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof Aman Bhakti Pulungan. Menurut Aman, produsen makanan dan minuman berpemanis harus jujur terhadap kandungan gula yang dimasukkan ke dalam produknya.

"Industri harus jujur memastikan kadar gula walaupun jus yang katanya tanpa gula padahal ada. Itu harus diinfokan," ucap Aman.

Aman mengatakan seharusnya produsen makanan dan minuman berpemanis memberikan catatan peringatan dampak buruk dari gula pada setiap kemasannya, seperti yang ada pada bungkus rokok.

"Tidak boleh mengandung gula terlalu banyak, dan setiap minuman harus ada dampak buruk gula sama seperti rokok. Produsen minuman harus berani katakan gula memiliki efek apa saja," kata Aman.

Aman B Pulungan

Aman B Pulungan. tirto.id/Iftinavia Pradinantia

Aman menilai hal tersebut dapat mencegah terjadinya kasus diabetes, terutama diabetes pada anak yang banyak disebabkan oleh kandungan gula yang berlebih dalam makanan/minuman berpemanis.

Selain itu, dia mendukung adanya peluang penerapan cukai pada minuman manis, sebagai salah satu langkah agar masyarakat tidak kecanduan terhadap makanan/minuman berpemanis.

"Ini cukai harus ya, industri sekarang ini harus jujur, dalam arti memastikan kandungan gula. Walaupun jus yang katanya tanpa gula, ternyata ini juga ada kandungannya," ujarnya.

Aman juga menyoroti kantin-kantin sekolah di Indonesia tidak menjual makanan sehat untuk siswanya. Kata Aman, sangat sulit menemukan sekolah-sekolah yang menjual makanan dan minuman sehat, padahal 40 persen kehidupan anak setiap harinya berada di sekolah.

"Anak itu hidupnya 40 persen di sekolah jadi kita perlu mengimbau sekolah untuk menyediakan makanan sehat," kata Aman.

Aman yang merupakan Guru Besar Ilmu Kedokteran Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengatakan perubahan perilaku masyarakat dalam mengonsumsi makanan/minuman juga perlu di dorong sejak dini.

"Apalagi kalau full day dan tidak ada snack sehat di sekolah, sulit untuk mendapatkan makanan sehat. Sementara di negara lain, buah-buahan ada di sekolah," ujarnya.

Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Ketut Suastika menyetujui pendapat Aman. Ia menilai sekolah harus mengintervensi nutrisi yang dikonsumsi siswa dengan cara menyediakan makanan sehat di kantin. Menurut Ketut, perilaku sehat harus di mulai sejak dini.

"Harus dari anak-anak karena kalau sudah dewasa sudah sulit," terang Ketut.

Dirinya juga mendorong sekolah-sekolah untuk memanfaatkan jam pelajaran olahraga dengan baik agar anak-anak bisa berolahraga.

"Jam olahraga harus dimaksimalkan untuk anak-anak bisa berolahraga," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait DIABETES atau tulisan lainnya dari Iftinavia Pradinantia

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Iftinavia Pradinantia
Penulis: Iftinavia Pradinantia
Editor: Bayu Septianto