tirto.id -
"Pejualan tahun ini dugaan saya sampai 2019 ini sih stagnan ya. Semester dua baru mulai bergeliat, mulai naik. Puncaknya harapannya di 2020," kata dia di Ballroon Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan (24/1/2019).
Ignatius juga mengatakan, hal ini terjadi karena daya beli masyarakat yang masih melihat kondisi dan situasi selama tahun politik.
"Pertimbangannya satu politik kedua lebaran ya. Abis pemilu selesai masuk puasa kemudian masuk lebaran. Orang mulai tahan-tahan semua lah di semester satu ini akan berat sekali," jelas dia.
Sementara itu, berdasarkan data yang dilansir dari situs resmi Bank Indonesia (BI) menuliskan bahwa survey harga properti residensial (SHPR) yang dilakukan BI mengindikasikan adanya perlambatan kenaikan harga properti residensial di pasar primer.
Hal ini tercermin dari indeks harga properti residensial (IHPR) yang hanya tumbuh 0,42 persen (qtq) di kuartal III 2018, lebih lambat dari kuartal II 2018 yang mencapai 0,76 persen.
Bukan hanya itu, dalam situs resminya juga tertulis bahwa pada kuartal III 2018, penjualan properti residensial bahkan terpantau menurun hingga 14,14 persen (qtq), lebih dalam dari penurunan kuartal II 2018 yang 0,08 persen.
Penurunan terjadi pada semua tipe rumah, terutama disebabkan oleh menurunnya permintaan konsumen, terbatasnya penawaran perumahan dari pengembang dan tingginya suku bunga kredit perumahan (KPR).
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Nur Hidayah Perwitasari