tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata harga nasional masih mengalami inflasi pada November 2018. Melanjutkan bulan Oktober, harga rata-rata beras eceran naik sebesar 0,7 persen sementara beras grosir sebesar 0,73 persen.
Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto, mengatakan kenaikan harga beras disebabkan tingginya harga Gabah Kering Panen (GKP) di penggilingan dan petani dibanding bulan Oktober.
"Tahun lalu juga hampir sama bahwa kalau kita memasukkan Oktober November Desember itu selalu terjadi kenaikan harga gabah. Sampai januari itu kan karena memasuki musim tanam. Ketika dia musim tanam kan jumlah gabahnya turun," ujarnya di Kantor BPS, Senin (3/11/2018).
Pada bulan lalu, GKP memang tercatat melonjak 3,64 persen per kilogram (kg) menjadi Rp5.116, lebih tinggi dari kenaikan pada Oktober yang tercatat hanya 0,98 persen.
Sementara harga beras kualitas medium di penggilingan naik 2,22 persen menjadi Rp9.604 per kg, lebih tinggi dibandingkan Oktober yang hanya 0,92 persen.
Meski demikian, ia menyampaikan lonjakan GKP tersebut wajar dan tak terlalu signifikan lantaran harga yang diberikan kepada konsumen tetap stabil.
"Kuncinya tahun ini adalah jumlah stok kita di Bulog, kan cukup. Sehingga kalau terus dilakukan operasi pasar harga di level konsumennya tetap bagus," tuturnya.
Dengan pengendalian harga yang tepat, kata dia, harga GPK yang tinggi tersebut akan menguntungkan bagi petani.
"Kebijakan yang bagus itu kalau kita bisa naikkan harga di level petani (GKP). Tetapi harga di konsumen tetap terjaga," imbuhnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Yantina Debora