Menuju konten utama

Pengertian Stunting Menurut Kemenkes, 3 Penyebab & Cara Cegahnya

Pengertian stunting menurut Kemenkes dan ciri-ciri stunting pada anak balita.

Pengertian Stunting Menurut Kemenkes, 3 Penyebab & Cara Cegahnya
Kader PKK mengukur tinggi badan anak di Posyandu Angger 2, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Senin (25/10/2021). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/aww.

tirto.id - Stunting merupakan kondisi ketika pertumbuhan balita dalam kondisi tidak wajar. Hal tersebut terjadi lantaran bayi kekurangan asupan gizi dalam jangka waktu lama.

Selain itu paparan infeksi berulang dan kurangnya stimulasi juga dapat mengakibatkan anak dalam kondisi stunting. Stunting juga dipengaruhi oleh status kesehatan ibu hamil, pola makan balita, serta faktor ekonomi, budaya dan lingkungan seperti sanitasi hingga akses terhadap pelayanan kesehatan.

Melansir dari laman Promkes Kemkes, dijelaskan bahwa perbedaan antara balita normal dengan balita yang mengalami stunting dapat dilihat dari sisi tinggi badan. Balita yang menderita stunting akan terlihat lebih pendek dari balita seusianya.

Selain itu terdapat perbedaan yang tak terlihat antara keduanya, yakni bentuk otak. Anak dengan kondisi stunting akan memiliki otak yang tidak berbentuk dengan baik dan dapat berdampak pada jangka panjang.

Faktor penyebab stunting

Merujuk pada Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan pada 2017 lalu, menjelaskan bahwa prevalensi balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%).

Guna menekan angka tersebut maka masyarakat perlu memahami faktor apa saja yang menjadi penyebab anak menderita stunting. Adapun faktor-faktor penyebab stunting adalah sebagai berikut ini:

1. Kurangnya gizi

Anak yang mengalami kekurangan gizi dalam waktu yang lama dapat terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan. Hal tersebut disebabkan karena rendahnya akses ibu hamil terhadap makanan bergizi, asupan vitamin dan mineral, serta buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani.

Bocah kurang gizi

Bocah kurang gizi terbaring di tempat tidur rumah sakit di kota pelabuhan Houdieda, Laut Merah, Yaman, Jumat (9/9). ANTARA FOTO/REUTERS/Abduljabbar Zeyad/djo/16

2. Kondisi ibu dan pola asuh

Pula asuh yang kurang baik terutama selama memberikan makanan kepada anak juga dapat menjadi penyebab anak mengalami stunting. Bahkan ibu yang pada masa remajanya kekurangan asupan nutrisi dan laktasi sampai pada masa kehamilan, akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tubuh dan otak anak.

Ilustrasi Ibu hamil

Ilustrasi Ibu hamil. FOTO/iStockphoto

3. Faktor lain

Faktor lain yang dapat mengakibatkan anak menderita stunting antara lain infeksi pada ibu, kehamilan pada usia remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, hingga hipertensi.

Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.

Ilustrasi ibu hamil

Ilustrasi ibu hamil. Getty Images/iStockphoto

Pencegahan stunting

Stunting yang dialami anak ternyata dapat dicegah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memperbanyak makan makanan bergizi yang berasal dari buah dan sayuran lokal sejak anak dalam kandungan.

Kemudian perlu mencukupi kebutuhan gizi remaja perempuan, agar kelak ketika mengandung tidak mengalami kekurangan gizi. Selain itu tubuh butuh perhatian dari lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan akses sanitasi dan air bersih di lingkungan sekitar.

Selain itu mencegah stunting juga dapat dilakukan dengan beberapa upaya:

  • Aktif mengonsumsi tablet penambah darah
  • Periksa kehamilan secara teratur
  • Mencukupi konsumsi protein hewani
  • Menghadiri posyandu setiap bulan
  • Memberi ASI eksklusif selama bayi dalam usia sampai enam bulan.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Mohamad Ichsanudin Adnan

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Mohamad Ichsanudin Adnan
Penulis: Mohamad Ichsanudin Adnan
Editor: Nur Hidayah Perwitasari