Menuju konten utama

Pengembangan Industri Film Tidak Hanya Menambah Bioskop

Kuota bioskop yang ada rupanya belum bisa dipenuhi film-film karya anak bangsa dan justru diisi film-film asing. Kebijakan tersebut dikhawatirkan akan memberi dampak buruk bagi industri perfilman Tanah Air.

Pengembangan Industri Film Tidak Hanya Menambah Bioskop
Ilustrasi. Petugas membersihkan display film yang tayang di bioskop IMAX, Summarecon Mal Bekasi, Jawa Barat. Tirto/Tf Subarkah.

tirto.id - Aktris senior Christine Hakim mendorong industri perfilman untuk dikembangkan lebih serius. Menurut aktris kelahiran Jambi 60 tahun silam, pengembangan industri film tidak semata-mata dilakukan dengan menambah jumlah layar bioskop yang telah difasilitasi pemerintah melalui pencabutan daftar negatif investasi (DNI) di bidang perfilman.

“Produksi film Indonesia yang baru mencapai sekitar 100 judul per tahun dinilai belum seimbang untuk mengakomodasi bertambahnya layar bioskop yang saat ini berkisar 1.000 layar,” ujarnya dalam acara “Creative Economy and Cultural Industries in a Digital World" di Jakarta, Rabu (29/3/2017).

Kebijakan tersebut, Christine menjelaskan, dikhawatirkan justru akan memberi dampak buruk bagi industri perfilman Tanah Air karena kuota bioskop yang belum bisa dipenuhi film-film karya anak bangsa justru akan diisi film-film asing.

Christine menuturkan bahwa pengembangan industri film harus dilakukan secara komprehensif mulai dari menarik minat sumber daya manusianya, meningkatkan kemampuan para pelaku dunia perfilman dengan pendidikan di luar negeri, dan menyediakan insentif bagi kegiatan kreatif ini.

"Film itu media yang sarat ilmu pengetahuan dan sangat efektif untuk memengaruhi pola pikir masyarakat. Jadi dunia film jangan dianggap sepele, jangan sampai kalau bicara film konotasinya hanya sebagai hiburan yang tidak perlu dipikirkan secara serius," ungkap peraih Piala Citra melalui film "Cinta Pertama" (1974) itu.

Kerja sama pemerintah Indonesia dengan Perancis sebagai kiblat sinema Eropa pun dinilai sebagai salah satu pengembangan industri film di Tanah Air.

Film-film Perancis yang sarat nilai-nilai budaya, menurut Christine, dapat memberi pengaruh terhadap dunia perfilman Indonesia agar pembuat dan pemain film dapat menambah wawasan baru selain dari film-film Hollywood yang lebih mendunia.

"Mudah-mudahan dengan kerja sama Indonesia-Perancis akan lebih memotivasi pembuat film dan produser kita serta pemerintah untuk mengembangkan industri ini," jelasnya sebagaimana dikutip Antara.

Karena itu dirinya menyambut baik nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Pusat Perfilman dan Animasi Perancis (CNC) sebagai payung kerja sama pengembangan perfilman kedua negara.

Melalui kerja sama tersebut, Bekraf sebagai wakil pemerintah akan belajar manajemen industri perfilman Prancis sementara para sutradara, produser, dan sineas film akan bisa bertukar pengalaman serta melakukan kolaborasi produksi.

Selain itu, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) juga bekerjasama dengan Festival Film Romantis Cabourg yang digagas oleh jurnalis Prancis Gonzague Saint Bris, akan membangun jembatan cinta atau "Lovewalk" yang berisi pesan cinta dan perdamaian di Nusa Dua, Bali.

Jembatan ini akan siap digunakan untuk edisi perdana Festival Film Asia Pasifik pada November 2017.

"Mudah-mudahan festival ini akan menjadi festival film terpenting di kawasan Asia, sama seperti Festival Film Cannes yang dianggap holy city buat orang-orang film," kata Christine.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI FILM atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Film
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari