Menuju konten utama

Pengaruh ISIS Disinyalir Makin Berkembang di Afghanistan

Pengaruh kelompok teroris ISIS disinyalir makin berkembang di Afghanistan dan berpotensi besar akan membuat keamanan negara itu makin tak stabil. Hal ini mengemuka pada sebuah pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan dari tiga negara yakni Rusia, Pakistan, dan Cina di Moskow, Rusia, pada Selasa (27/12/2016) waktu setempat.

Pengaruh ISIS Disinyalir Makin Berkembang di Afghanistan
Tentara Nasional Afghan (ANA) berjaga di sebelah pos terdepan tempat 12 tentara dibunuh komandan mereka di kota Kunduz, Afghanistan, Selasa (27/9). ANTARA FOTO/REUTERS/Nasir Wakif.

tirto.id - Pengaruh kelompok teroris ISIS disinyalir makin berkembang di Afghanistan dan berpotensi besar akan membuat keamanan di negara itu makin tak stabil. Hal ini mengemuka pada sebuah pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan dari tiga negara yakni Rusia, Pakistan, dan Cina di Moskow, Rusia, pada Selasa (27/12/2016) waktu setempat.

"(Ketiga negara) menyatakan secara khusus kekhawatiran menyangkut peningkatan gerakan kelompok-kelompok garis keras, termasuk cabang ISIS di Afghanistan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, kepada para wartawan setelah pertemuan selesai.

Pembicaraan tersebut merupakan yang ketiga kalinya dilangsungkan antara Rusia, China, dan Pakistan dan sejauh ini tidak melibatkan Afghanistan. Afghanistan rencananya akan dilibatkan dalam pertemuan selanjutnya di masa depan, demikian janji dari pihak Kementerian Luar Negeri Rusia. Sedangkan Amerika Serikat, yang masih memiliki hampir 10.000 personel pasukan di Afghanistan setelah lebih dari 15 tahun kelompok Taliban digulingkan, juga tak hadir.

Para pejabat di Kabul dan Washington mengatakan, Rusia sedang memperdalam hubungannya dengan gerilyawan Taliban yang memerangi pemerintah Afghanistan. Namun, Moskow membantah memberi bantuan kepada para gerilyawan. Zakharova menegaskan bahwa Rusia, China dan Pakistan melihat kondisi keamanan di Afghanistan semakin buruk.

Ketiga negara menyepakati suatu "pendekatan fleksibel untuk menghapus orang-orang tertentu dari daftar sanksi sebagai bagian dari upaya untuk mendorong pembicaraan damai antara Kabul dan gerakan Taliban," imbuh Zakharova sebagaimana dilansir dari Antara.

Sementara itu Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, pada bulan lalu meminta PBB memasukkan pemimpin baru Taliban ke daftar sanksi. Sebelumnya pada Selasa, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan Ahmad Shekib Mostaghni mengatakan Kabul belum mendapat pemaparan jelas soal pertemuan Moskow.

"Pembicaraan mengenai kondisi di Afghanistan, bahkan jika didasari niat baik, tanpa kehadiran perwakilan Afghanistan tidak akan membantu keadaan serta akan mengundang pertanyaan serius soal tujuan pertemuan-pertemuan tersebut," ujarnya.

Sejumlah ibu kota provinsi Afghanistan telah berada di bawah tekanan Taliban tahun ini sementara pasukan Afghanistan telah banyak kehilangan personelnya yang tewas. Sudah lebih dari 5.500 personel pasukan Afghanistan yang kehilangan nyawa dalam delapan bulan pertama 2016. Cabang ISIS telah menyatakan bertanggung jawab atas sejumlah serangan yang terjadi tahun lalu.

Baca juga artikel terkait ISIS atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Politik
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan