Menuju konten utama

Pengamat: Jangan Jadikan Politik sebagai Mata Pencaharian

Pengamat: Jangan Jadikan Politik sebagai Mata Pencaharian

tirto.id -

Pengamat politik dan hukum dari Universitas Nusa Cendana Kupang, Karolus Kopong Medan mengatakan, saat ini politik di Indonesia masih jadi lahan mata pencaharian. Seharusnya sebagai media untuk mewujudkan cita-cita keadilan dan kesejahteraan rakyat.

Menurut dia, munculnya sejumlah politisi di level nasional maupun daerah, yang terindikasi terlibat dalam permainan proyek dan bahkan terjerumus dalam kasus korupsi, merupakan bukti bahwa dunia politik merupakan tempat yang subur untuk mendapatkan keuntungan finansial.

Karolus menambahkan, kecenderungan ini justru akan mengaburkan esensi yang sesungguhnya dari dunia politik, yakni untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi warga masyarakat yang diwakilinya.

“Jika fenomena itu terus berlangsung, maka sangat dikhawatirkan, dunia politik akan bergeser orientasinya menjadi lahan bisnis dan bukan lagi menjadi medan perjuangan bagi masyarakat bangsa dan negara,” kata dia, di Kupang, Selasa (22/3/2016).

Apabila hal ini terjadi, lanjut dia, maka nasib masyarakat, bangsa dan negara akan menjadi korban. Karena itu, kata dia, sebelum terlambat, situasi ini perlu sesegera mungkin dikembalikan.

Pamor politik kata dia, harus segera dikembalikan dengan menempatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara pada posisi yang paling atas.

Upaya mengembalikan pamor politik itu, menurut dia harus dimulai dari hulu, terutama menyangkut sistem rekrutmen calon-calon politisi.

“Sadar atau tidak, sistem rekrutmen melalui pesta demokrasi pemilu legislatif secara diam-diam, sudah dikuasai oleh kaum kapitalis alias orang-orang yang memiliki kekuatan ekonomi yang memadai,” kata dia.

Akibatnya, banyak kader-kader handal yang memiliki integritas memadai terpaksa harus gigit jari karena tidak memiliki modal yang memadai untuk mempengaruhi masyarakat pemilih.

“Apa yang saya katakan itu, bukan berarti semua politisi yang berekonomi kuat saja yang menempatkan politik sebagai lahan bisnis, tetapi banyak juga politisi dari kalangan menengah ke bawah yang kemudian ikut-ikutan berperilaku seperti kaum kapitalis alias ikut-ikutanan bermain proyek, dan sebagainya,” ujarnya. (ANT)

Baca juga artikel terkait KAROLUS KOPONG MEDAN atau tulisan lainnya

tirto.id - Politik
Reporter: Abdul Aziz