Menuju konten utama

Penelitian Sebut Foto Bisa Kurangi Kualitas Kenangan

Foto memang bisa membantu mengingat peristiwa, tetapi kualitas dari kenangan akan terbatas.

Penelitian Sebut Foto Bisa Kurangi Kualitas Kenangan
Ilustrasi selfie. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Mendokumentasikan momen-momen tertentu seperti liburan kerap dilakukan oleh sebagian orang menggunakan perangkat eksternal atau kamera ponsel. Bagi sebagian orang, liburan tanpa foto itu rasanya kurang lengkap.

Semua foto saat liburan, akhirnya akan diunggah ke media sosial. Dalihnya adalah foto untuk kenangan, tapi apakah foto benar-benar mengingatkan kita pada masa lalu? Apakah foto menjadi medium yang baik utnuk kualitas memori kita?

Penelitian berjudul Photographic Memory: The Effects of Volitional Photo Taking on Memory for Visual and Auditory Aspects of an Experience menyatakan, orang yang berlibur dengan kamera, punya pengalaman yang lebih baik, daripada orang yang belibur tanpa kamera.

Foto memang bisa membantu mengingat peristiwa, tetapi kualitas dari kenangan akan terbatas. Kita mungkin ingat seperti apa sesuatu itu terlihat, tetapi tidak dengan jenis informasi lainnya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun foto dapat membantu orang mengingat apa yang mereka lihat selama beberapa acara, mereka mengurangi ingatan mereka tentang apa yang dikatakan.

Mengambil foto dari suatu acara alih-alih terbenam di dalamnya telah terbukti mengarah pada ingatan yang lebih buruk tentang peristiwa yang sebenarnya dan kita menjadi terganggu dalam prosesnya.

Dilansir dari Popular Science, masalah lain adalah fakta bahwa penelitian telah menemukan kurangnya spontanitas dalam selfie dan banyak foto lainnya. Pose-pose itu tidak alami dan kadang-kadang gambar orang tersebut terdistorsi.

Mereka juga mencerminkan kecenderungan narsis yang membentuk wajah dalam mimik yang tidak alami, senyum lebar buatan, cemberut sensual, wajah lucu atau gerakan ofensif. Selfie dan banyak foto lainnya juga merupakan tampilan umum dari sikap, niat, dan sikap tertentu.

Dengan kata lain, mereka tidak benar-benar mencerminkan siapa kita, mereka mencerminkan apa yang ingin kita perlihatkan kepada orang lain tentang diri kita saat ini.

Jika kita sangat bergantung pada foto ketika mengingat masa lalu kita, kita dapat membuat identitas diri yang terdistorsi berdasarkan gambar yang ingin kita promosikan kepada orang lain.

Memori alami kita sebenarnya tidak sepenuhnya akurat. Akhirnya, kita sering membuat ingatan palsu tentang masa lalu melalui selfie.

“Oleh karena itu, memiliki banyak laporan memori harian di telepon tentang bagaimana kita berada di masa lalu mungkin membuat memori kita lebih lunak.

Tetapi hal itu juga dapat menciptakan masalah jika identitas yang kita tampilkan saaat itu berbeda dengan yang sekarang,”jelas Giuliana Mazzoni di Popular Science.

Maka ingatan kita akan berusaha menghindari hal itu. Oleh karena itu, jika kita merasa tidak mampu mengubah cara kita memandang diri kita sendiri dari waktu ke waktu, ini dapat secara serius memengaruhi kesehatan mental.

Namun berfoto juga memiliki manfaat yang baik. Mengandalkan foto untuk mengingat akan mengubah keterampilan dari sekadar kemampuan mengingat menjadi kemampuan mengelola cara kita mengingat dengan lebih efisien.

Ini disebut metakognisi, dan ini adalah keterampilan menyeluruh yang juga penting bagi pelajar.

Baca juga artikel terkait LIBURAN atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo