tirto.id - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah, Sunanto menilai pemerintah Selandia Baru gagal mengantisipasi aksi penembakan di dua masjid di kota Christchurch.
Sebab, menurutnya, salah satu pelakunya yakni Brenton Tarrant pernah menulis manifesto setebal 73 halaman untuk menyatakan aksinya tersebut.
"Hal ini tentu diketahui oleh semua orang terutama intelijen New Zealand [Selandia Baru]. Sangat mencurigakan di mana tidak ada tindakan pencegahan dari pihak terkait," ujarnya kepada Tirto, Jumat (15/3/2019).
"Dengan aksi penembakan yang disiarkan langsung oleh pelaku teror tersebut ini membuktikan pemerintah New Zealand gagal melindungi warga negaranya," ungkap dia.
Sunanto juga berharap agar Kementerian Luar Negeri melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia segera berkoordinasi dengan pemerintahan Selandia Baru untuk memberikan perlindungan kepada warga negara Indonesia yang berada di kota Christchurch.
"Karena ada lebih kurang 331 Warga Negara Indonesia yang tinggal di Chirstchurch dan 6 WNI diperkirakan berada di lokasi terror tersebut," ujar dia.
Ia juga berharap agar umat muslim di Indonesia tidak terprovokasi oleh kejadian penembakan di dua masjid Selandia Baru tersebut.
Kemudian, kejadian tersebut bukan sebuah sikap teologis, karena ia meyakini teroris apapun latar belakangannya tetaplah terorisme.
Ia menilai semua selalu mendorong umatnya untuk bersikap memuliakan sesama manusia, toleransi, saling asih dan asuh di tengah masyarakat yang beragam dan mengecam pembunuhan, estrimisme, dan terorisme.
"Sehingga tidak ada agama apapun yang mendorong melakukan terorisme," kata dia.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Zakki Amali