tirto.id - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pemerintah bakal menggenjot pemanfaatan slag (limbah sisa pemurnian) nikel untuk industri semen di Indonesia.
Selama ini, penggunaan slag memang sudah dipakai sebagai bahan campuran bagi semen. Di pabrik PT Smelting, misalnya, sisa slag terak tembaga dipasok untuk kebutuhan campuran bahan baku semen oleh PT Semen Indonesia.
"Kalau bisa digunakan semua paling bagus. Kalau nikel kan dari satu ton, konten nikel cuma 1,7 kilogram," ucap Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kamis (15/8/2019).
Peningkatan pemanfaatan slag nikel untuk bahan baku campuran di industri dalam negeri itu dibahas seiring rencana pemerintah menghentikan ekspor bijih nikel (ore).
Nantinya, slag bakal dipasok dari smelter-smelter nikel yang telah dibangun perusahaan-perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Khusus (IUP OPK). Apalagi, 60 smelter yang ditargetkan bisa rampung di tahun 2022 didominasi oleh pabrik pemurnian nikel.
Rencananya, akan ada 57 smelter yang dibangun oleh pemegang IUP OPK, sementara tiga lainnya dibangun oleh perusahaan pemegang izin dari Kementerian Perindustrian.
Namun, hingga tahun 2018, kata Direktur Jendral Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono, baru ada 27 smelter yang sudah bisa beroperasi di mana 13 di antaranya merupakan smelter nikel.
"13 perusahaan sudah jalankan smelter nikel (per-Desember 2018). 22 sedang direncanakan, jadi totalnya untuk nikel ada 35. Nikel ini merupakan yang paling maju dari logam lain, penyediaan bahan baku dari industrialisasinya sudah besar," terangnya.
Tahun ini, kata Gatot, akan ada 3 smelter nikel yang beroperasi. Selain smelter milik Antam di Halmahera Selatan, ada smelter yang dibangun oleh PT Bintang Smelter Indonesia di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, serta PT Wanatiara Persada di Pulau Obi, Maluku Utara.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Alexander Haryanto