Menuju konten utama

Peluang dan Kendala Duet Ridwan Kamil-Dedi di Pilgub Jabar

Ridwan Kamil mengaku siap dipasangkan dengan siapa saja saat Pilgub Jabar nanti, termasuk Dedi Mulyadi sekalipun.

Peluang dan Kendala Duet Ridwan Kamil-Dedi di Pilgub Jabar
Ketua Umum Nasdem Surya Paloh (kiri) bersama Ridwan Kamil (kanan) berjalan usai mengikuti acara Deklarasi Ridwan Kamil sebagai calon Gubernur Jabar 2018-2023 yang diusung Partai Nasional Demokrat (Nasdem) di Monumen Bandung Lautan Api, Jawa Barat, Minggu (19/3). Ridwan Kamil siap mengikuti Pilkada untuk mendapatkan posisi Gubernur Jabar. ANTARA FOTO/Agus Bebeng/pd/17

tirto.id - Hari ini Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengeluarkan pernyataan mengejutkan. Dia mengaku tidak masalah jika dipasangkan dengan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Pilgub Jabar) 2018. Seperti diketahui, Dedi adalah kandidat kuat yang akan bersaing dengan Emil pada Pilgub nanti.

"Saya mah nggak masalah dengan siapa saja. Sayanya nggak masalah," ujar Ridwan Kamil di Pendopo Kota Bandung, Kamis.

Pria yang akrab disapa Emil ini menuturkan, pemilihan pasangan dalam Pilgub harus diuji kepada publik bukan hanya pencocokkan semata. Sehingga siapa pun yang disandingkan harus berdasar pada respon masyarakat.

"Tapi kalau dalam politik, kan, siapa dipasangkan dengan siapa, kan, harus ditesting ke pasar. Jadi artinya nggak ada problem tapi harus dicek secara ilmiah respon masyarakat seperti apa," kata dia.

Ia pun mengaku, saat ini dirinya sudah disodori beberapa nama untuk mendampinginya dalam Pilgub Jabar nanti. Akan tetapi, ia tetap menunggu hasil respon masyarakat. "Sudah ada lebih dari enam (nama disodorkan)," kata dia.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Muradi, menilai jika betul Emil dan Dedi maju berdampingan ini akan jadi pasangan yang ideal. Pertama keduanya punya basis massa yang berbeda, Emil di perkotaan dan Deddi di pedesaan, Pantura dan Kuningan. " Kemudian ini menyangkut soal pembagian tugas, kalau pasangan ini jadi maka Jawa Barat akan menjadi daerah makmur karena satu fokus ke pedesaan dan satunya di kota, saling melengkapi," katanya.

Kedua jika koalisi ini betul terjadi maka dapat dipastikan ada koalisi cukup besar yakni Golkar, Nasdem dan partai-partai lain pengusung Jokowi. Namun status Emil yang bukan kader parpol akan jadi masalah baginya.

Kata Muradi, Emil akan sulit maju sebagai Calon Jabar 1. Namun langkah ini akan jadi mulus jika merapatnya Emil ke PDIP diikuti keberanian menjadi kader resmi PDIP, seperti yang dilakukan Risma Tri Harini, Walikota Surabaya.

"Kalau Emil dan Dedi berpasangan siapa yang berpotensi menjaid gubernur? Yang punya partai, dong. Kecuali Emil mau dikader jadi PDIP," kata Muradi.

Muradi menuturkan, Emil bisa belajar dari kekalahan yang didapat Ahok di Jakarta. Dengan menjadi kader, otomatis basis partai akan lebih semangat mengusungnya. "Pelajaran dari Jakarta sendiri, kan, karena Ahok tidak secara eksklusif menjadi kader partai sehingga basis partai di bawah tidak terlalu semangat," ucapnya.

Masalahnya jika Emil jadi kader PDIP mungkinkah Dedi rela memberikan posisi calon Jabar 1 itu kepada Emil? Dengan menjabat sebagai Ketua DPD Golkar Jabar, Dedi punya ruang untuk menggerakkan mesin partai. Kemenangannya menjadi Ketua DPD Golkar Jabar pun didapat secara aklamasi saat Musda Jabar 2016 silam.

Seperti diketahui dalam dua gelaran pilkada terakhir, Golkar tak pernah absen memajukan kadernya sebagai cagub di arena pilkada. Pada Pilgub Jabar mereka mencalonkan Danny Setiawan, lalu pada 2013 giliran Irianto MS Syafiuddin alias Yance yang maju. Hasilnya cukup buruk, Golkar kalah telak dan bahkan tak sanggup masuk dua besar.

Ketika ditanya soal hal ini, Muradi menjawab Golkar merasa Jabar adalah basis mereka. Wajar jika selalu berupaya memajukan kader mereka. Namun apakah pola ini terjadi di Pilgub Jabar 2018? "Meski sulit menyandingkan Emil dan Dedi, saya pikir semua masih bisa 50:50 namun itu harus dengan syarat Emil didukung oleh partai besar yang lebih besar dari Golkar, seperti PDIP. Tapi semua dikembalikan ke Dedi, Pertanyaaannya adalah dia mau atau tidak?"

Kans Emil untuk maju bersama Dedi tampaknya akan susah, mengingat pada Rapat Pimpinan Daerah Partai Golkar se-Jawa Barat 27 April lalu di Karawang, seluruh perwakilan DPD Kabupaten/Kota sepakat mengusung Dedi maju di Pilgub Jabar 2018. Tak tanggung-tanggung dukungan itu diberikan langsung sampai pengurus tingkat desa.

"Rekomendasi ini akan sangat kami perhatikan dalam pembicaraan tingkat Pusat. Ini rekor bagi Golkar, karena mampu memastikan pengusungan calon gubernur mulai dari tingkat desa," kata fungsionaris DPP Golkar Agung Laksono yang hadir di lokasi acara.

Masalah lain adalah saat ini, selain Golkar, Dedi pun sudah mendapat dukungan dari DPD Partai Hanura Jabar. "Terkait Pilgub, tadi malam DPD melakukan penjaringan, muncul beberapa nama, tadi malam memang menguat nama Kang Dedi yang diusulkan 24 DPC dari 27 DPC se-Jabar," ujar Ketua DPD Hanura Jawa Barat Fitrun Fitriansyah kepada wartawan pada 22 April lalu.

Jika Dedi tetap bersikukuh maju sebagai Cagub, Koalisi Golkar-Hanura sudah cukup memuluskan ambisinya itu. Jika digabungkan, kursi di DPRD Jawa Barat milik Golkar (17 kursi) dan Hanura (3 kursi) telah melewati batas ambang pencalonan lewat jalur parpol.

Baca juga artikel terkait PILGUB JABAR 2018 atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Politik
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Aqwam Fiazmi Hanifan