tirto.id - Wawan, seorang pemuda yang tinggal di Desa Salembaran Jaya, Teluk Naga, Tangerang, masih belum menemukan ibunya, Maci (46) pasca insiden ledakan gudang kembang api di Kompleks Pergudangan 99, Tangerang, Kamis (26/10/2017). Sang ibu adalah pekerja di pabrik kembang api itu.
Sejak mendapat kabar tempat kerja sang ibu habis dilalap si jago merah, Wawan langsung mencari tahu kabar sang ibu di berbagai rumah sakit. "Saya sudah tanya ke RSIA Bun dan RS Mitra Husada tapi enggak ada makanya ke sini [RS Polri]," kata Wawan di RS Polri, Jakarta, Jumat (27/10/2017).
Wawan tidak menyangka firasat sang ibu akan tepat. Tidak lama sebelum kejadian, sekitar minggu lalu, sang ibu sempat bercerita seberapa berbahayanya pabrik tempat ia bekerja. Meski baru bekerja selama 14 hari, sang ibu sudah amat menyadari bahaya yang akan menimpa para pekerja. Pasalnya, di tempat sang ibu bekerja dipenuhi bahan mercon yang sangat berbahaya jika meledak.
"Tempat kerjanya tertutup bahan mercon. Badannya kena juga," kata Wawan.
Selain itu, Maci juga menceritakan kepada Wawan mengenai kondisi pabrik yang tidak baik karena mudah terbakar dan minim alat pemadam. Selain itu, gaji Maci pun tidak setimpal dengan bahaya yang harus ditanggung. "Digaji Rp40.000 sehari," kata Wawan.
Setelah mendengar adanya bahaya dan bayaran yang tidak setimpal, Wawan dan keluarga sempat melarang sang ibu bekerja. Namun, ibu tetap bekerja hingga saat ini.
Baca:
- Korban Bertambah Jadi 47 Jiwa, Kebakaran Gudang Petasan Sudah Padam
- 20 Jenazah Korban Ledakan Petasan Diidentifikasi di RS Polri
Sementara itu, Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kombes Edy Purnomo mengatakan, pihaknya baru mengidentifikasi sebagian dari 47 jenazah yang ditemukan.
"Saya (identifikasi) baru 20-an, 20 itu kan belum separuh dari 47 kantong jenazah, kan belum separuh," kata Edy di RS Polri, Jakarta, Jumat (27/10/2017).
Edy mengaku sulit melakukan indentifikasi karena kondisi korban yang terbakar cukup parah. Selain itu, perusahaan pun tidak memiliki data resmi karyawan, sehingga menyulitkan pihak kepolisian mengidentifikasinya. "Kita minta data karyawannya enggak ada," kata Edy.
Untuk itu, Edy berharap pihak keluarga korban bisa mendatangi posko post mortem RS Polri untuk pemeriksaan DNA. Ia menyampaikan, keluarga korban cukup datang dengan membawa data seperti ijazah, KTP, KK, rekam medik, rekam gigi kalau ada, foto-foto, terutama yang tampak giginya, serta foto korban.
Ia berharap, keluarga yang datang adalah keluarga dekat sehingga memudahkan identifikasi dengan DNA. Hasil pencocokan akan disinkronkan dengan jenazah yang ada. Saat ini, sepengetahuan Edy, baru 32 keluarga yang sudah melapor ke RS Polri.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Alexander Haryanto