Menuju konten utama

PBNU Minta Ibadah Sakral Tak Dikotori Kepentingan Politik

PBNU berharap Pilgub DKI putaran kedua dapat berjalan dengan lancar, sukses, dan damai. Said menegaskan untuk jangan sekali-kali menjadikan agama untuk alat dukung politik.

PBNU Minta Ibadah Sakral Tak Dikotori Kepentingan Politik
Pasangan Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (kanan) dan Djarot Saiful Hidayat (kedua kiri) berjabat tangan bersama Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj (ketiga kiri) dan Ketua Umum PPP Djan Faridz (kiri) saat melakukan pertemuan di Kantor Pusat PBNU, Jakarta, Senin (10/4). Pertemuan tersebut dalam rangka silaturahmi serta meminta doa agar Pilkada DKI putaran kedua dapat berjalan lancar dan damai. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja.

tirto.id - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), KH Said Aqil Siradj meminta untuk tidak mengotori urusan ibadah dengan kepentingan politik sebab sifatnya yang sakral.

"Oleh karena itu, ibadah yang sangat sakral ini tidak boleh dikotori oleh kepentingan politik," kata Said saat menerima kunjungan silaturahmi dengan pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur nomor urut dua, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (10/4/2017).

Untuk itu, PBNU pun berharap Pilgub DKI putaran kedua dapat berjalan dengan lancar, sukses, dan damai. Said menegaskan untuk jangan sekali-kali menjadikan agama untuk alat dukung politik.

"Tapi kalau berpolitik untuk agama itu benar. Berpolitik untuk agama benar, tapi kalau agama untuk tujuan politik itu yang salah," ujar Said menambahkan.

Di tempat-tempat ibadah, kata dia, seperti masjid, gereja, vihara, dan kelenteng seharusnya tidak boleh untuk kampanye dan dipakai untuk bicara politik.

"Nanti substansi dari ibadahnya jadi nol kalau ibadah tujuannya politik. Berangkat salat Jumat untuk berpolitik, maka nol. Ibadah hakekatnya nol. Ibadah tujuannya bukan ibadah nilai ibadahnya nol. Zero betul ibadahnya," ujarnya.

Ia mencontohkan khotbah dalam salat Jumat harus digunakan untuk meningkatkan ketakwaan jamaah, amanah, jujur, damai dan gotong royong. Tak hanya iu, khotbah dalam ibadah juga sebaiknya berupa cara membangun kesejahteraan, kesehatan, dan pendidikan.

"Itu saja isi khotbahnya. Cuma itu yang paling benar. Selain itu, salat. Karena khotbah Jumat itu mengganti dua rakaat salat zuhur. Jadi bukan sembarangan bukan pidato, fungsinya mengganti salat zuhur. Itu hukumnya," ujarnya.

Lebih lanjut, dalam silaturahmi tersebut Said menegaskan bahwa PBNU mendoakan Ahok-Djarot agar diberikan kesehatan dan kekuatan lahir batin dalam menjalani proses di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta.

"Mendoakan boleh. Terutama mudah-mudahan Pak Ahok dan Pak Djarot sehat walafiat, diberikan kekuatan lahir batin oleh Tuhan. Serta Pilkada bisa berjalan dengan damai, dan sukses dunia akhirat," ujarnya.

Menanggapi pernyataan KH Said Aqil Siradj, Djarot mengatakan bahwa ia dan Ahok selalu berjalan sesuai dengan PBNU.

"Perlu saya sampaikan Pak Kiai, kita itu selalu berjalan digaris PBNU, yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan UUD 1945. Berarti kami sah kalau gitu," ucap Djarot di lokasi yang sama.

Baca juga artikel terkait AHOK-DJAROT atau tulisan lainnya dari Chusnul Chotimah

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Chusnul Chotimah
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Yuliana Ratnasari