Menuju konten utama

Pawai Kelompok Neo-Nazi di Swedia Berakhir Ricuh

Bentrok tak bisa dihindarkan antara kelompok neo-Nazi, anti-fasis, serta kepolisian.

Pawai Kelompok Neo-Nazi di Swedia Berakhir Ricuh
Gerakan Perlawanan Nordik (NRM) di Gothenburg tengah, Swedia. FOTO/REUTERS

tirto.id - Aksi pawai yang dilakukan kelompok ekstrem sayap kanan di Gothenburg, Swedia pada Sabtu (30/9/2017) lalu berakhir ricuh. Menurut laporan kepolisian setempat, beberapa petugas mengalami cedera dan sekitar 30 orang ditahan.

Kegiatan tersebut didalangi oleh The Nordic Resistance Movement (NRM), sebuah kelompok neo-Nazi yang didirikan di Swedia namun terus mengembangkan pengaruh hingga Finlandia dan Norwegia.

Berdasarkan situs resminya, sekitar 1.000 orang turut ambil bagian dalam aksi pawai itu. Akan tetapi, pihak kepolisian memperkirakan hanya 600 orang yang ada. Tak ayal, pawai yang dilakukan kemarin dianggap menjadi pawai neo-Nazi terbesar dalam beberapa tahun terakhir.

Para pendukung NRM yang mengenakan pakaian serba hitam membawa perlengkapan mulai dari perisai hingga bendera kelompok berwarna hujau-putih. Mengutip The Washington Post, mereka berbaris memenuhi jalanan Gothenburg.

Mulanya, NRM hendak melewati sinagoga (tempat berkumpulnya Yahudi) yang terletak pusat kota dalam rute pawainya. Melihat sikap mereka yang dikenal anti-Semit dan pada hari itu masyarakat Yahudi sedang merayakan hari suci Yom Kippur, pengadilan Swedia beserta aktivis lokal pun turun tangan mengalihkan rute mereka agar tak melewati sinagoga.

Namun, kelompok NRM tidak mengindahkan perintah pengadilan. Alhasil, bentrokan antara polisi dan NRM tidak bisa dihindari. Tak hanya dengan polisi, kelompok anti-fasis yang kontra dengan NRM juga ikut terjun dalam bentrokan tersebut.

Menurut juru bicara kepolisian setempat Hans Lippens, puluhan anggota NRM ditangkap termasuk di dalamnya pemimpin NRM Simon Lindberg. “Mereka yang membawa senjata dan melakukan penyerangan terhadap anggota polisi telah ditangkap,” kata Kullmyr seperti dilansir The Washington Post.

Malam sebelumnya, pihak kepolisian juga melarang sekitar 20 orang yang berasal Denmark dan Jerman untuk ikut dalam pawai tersebut. Mereka dihentikan polisi saat tiba di Swedia.

“Saya sangat prihatin akan terjadi lebih banyak lagi peristiwa semacam ini di masa depan,” tutur Maxim Thore, pelajar berusia 18 tahun yang menyaksikan pawai tersebut.

“Mereka mengatakan bahwa aksi pawai akan dilakukan setiap hari Sabtu. Saya paham bahwa masyarakat selalu menentang mereka, tapi saya pikir pawai dengan jumlah massa yang begitu banyak tidak bisa selalu berkumpul di hari Sabtu.”

Keberadaan kelompok yang mengagungkan Nazi tidak dilarang di Swedia. NMR dalam perkembangannya mengaku mengikuti doktrin Sosialis Nasional yang digaungkan Adolf Hitler. Selain itu mereka menyebut dirinya sebagai “elite Zionis global” serta menentang keras migrasi massal (termasuk arus pengungsi dari wilayah konflik).

Sementara itu, seminggu sebelum aksi pawai terjadi Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven menyerukan agar menghentikan aktivitas kelompok ekstrim sayap kanan di Swedia.

“Atas nama demokrasi, kita harus menentang nazisme dan ekstremisme, “ungkap Lofven seperti dikuti Al Jazeera.

Pawai yang dilakukan NRM menambah kekhawatiran akan bangkitnya kelompok ekstrim sayap kanan di Swedia dan Eropa.

Baca juga artikel terkait NEO-NAZI atau tulisan lainnya dari M Faisal Reza Irfan

tirto.id - Politik
Reporter: M Faisal Reza Irfan
Penulis: M Faisal Reza Irfan
Editor: Yuliana Ratnasari