tirto.id - Sejumlah pemimpin dan tokoh politik dunia mengkritik keras keputusan pemerintahan Donald Trump yang pada Rabu (6/12/2017) waktu setempat resmi mengakui Yerualem sebagai ibu kota Israel. Langkah ini bertentangan dengan resolusi PBB dan dapat mengobarkan salah satu konflik paling berdarah di dunia.
PBB dan Paus Fransiskus mengungkapkan kekhawatirannya terkait keputusan Trump atas Yerusalem. Pengumuman tersebut dinilai akan memancing ketegangan baru di kota suci bersejarah yang dipuja oleh orang-orang Yahudi, Kristen, dan Muslim itu.
"Saya tidak dapat tetap diam," ucap Paus Fransiskus seperti dilansir New York Times.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres berbicara tentang "kegelisahannya yang hebat" terkait keputusan Trump ini.
Dalam pidato pengumuman beberapa menit itu Trump juga mengatakan kedutaan besar AS juga akan dipindahkan dari Tel Aviv ke Yerusalem. Terkait hal itu, Guterres menyatakan pihaknya akan memberikan teguran diplomatik.
Membaca sebuah pernyataan di luar ruang Dewan Keamanan di markas besar PBB di New York, Guterres mengkritik hal itu sebagai "tindakan sepihak yang akan membahayakan prospek perdamaian bagi orang Israel dan Palestina."
"Isu status akhir Yerusalem harus diselesaikan melalui perundingan langsung antara kedua pihak berdasarkan resolusi Dewan Keamanan dan Majelis Umum yang relevan, dengan mempertimbangkan masalah yang sah dari pihak Palestina dan Israel," kata Guterres sebagaimana dikutip New York Times.
Sementara itu di Roma, Paus Fransiskus berdoa agar status netral Yerusalem dipertahankan sehingga konflik yang tidak perlu bisa dihindari.
"Saya tidak dapat tetap diam dengan keprihatinan mendalam saya terhadap situasi yang telah berkembang dalam beberapa hari ini," kata Francis pada audiensi umum mingguannya di Vatikan.
"Dan pada saat yang sama, saya ingin melakukan seruan yang tulus untuk memastikan bahwa setiap orang berkomitmen menghormati status quo kota [Yerusalem], sesuai dengan resolusi yang relevan dari PBB."
"Yerusalem adalah kota yang unik," kata Paus, "sakral bagi orang Yahudi, Kristen dan Muslim, di mana Tempat Suci untuk agama masing-masing dihormati, dan [Yerusalem] memiliki panggilan khusus untuk perdamaian."
Dalam bahasa yang sangat kuat, Paus menambahkan, "Saya berdoa kepada Tuhan agar identitas semacam itu dipertahankan dan diperkuat untuk kepentingan Tanah Suci, Timur Tengah dan seluruh dunia. Kebijaksanaan dan kehati-hatian berlaku, untuk menghindari penambahan elemen baru. Ketegangan di dunia sudah terguncang dan diliputi oleh banyak konflik yang kejam."
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari