tirto.id - Aneka masakan bebek kini menjamur di berbagai kota di Indonesia, termasuk Jakarta. Popularitasnya mulai mengalahkan ayam ataupun lele. Warung-warung, rumah makan ataupun restoran penjual bebek nyaris tak pernah sepi.
"Serbuan" bebek ini sudah marak dalam beberapa tahun belakangan. Di Tebet misalnya, Sejarawan JJ Rizal, mengungkapkan, konon dulunya kawasan ini menjamurnya gerai-gerai makanan olahan bebek. Warung bebek di Tebet sangat variatif dari yang harganya terjangkau mahasiswa hingga berkelas resto.
Salah satu yang cukup terkenal adalah Bebek Kaleyo. Saban hari tempat makan ini ramai digeruduk pembeli hingga sekarang. Saat hari libur, pengunjung harus antre demi untuk menyantap Bebek Kaleyo. Tak jauh dari Bebek Kaleyo, ada Bebek Ginyo. Bebek ini sempat menjadi pergunjingan penikmat kuliner. Bahkan ketenarannya pun lebih dulu ketimbang distro Bloop dan Endorse yang sama-sama berada di Jalan Tebet Utara Dalam , Jakarta Selatan itu.
Kalau mau murah, yang harganya cuma Rp13 ribuan di sekitaran Tebet juga banyak. Bergeser ke Jalan Tebet Raya, Jalan Tebet Barat, atau ke Jalan Dr Soepomo ada juga warung nasi bebek Madura. Meski harganya cuma Rp13 ribu, nyatanya warung-warung itu sangat digemari. Saking antrenya, untuk duduk pun sulit. Ada sekitar enam tempat makan di Tebet menyediakan menu olahan bebek. Empat, didominasi warung nasi bebek Madura yang belakangan sedang ekspansi ke berbagai penjuru daerah.
Bebek Madura memang mudah ditemui. Di daerah Kemang misalnya, ada tiga warung nasi bebek jaraknya lumayan berdekatan. Menunya sama, bebek goreng dipadu sambal ijo dan lalapan mentimun. Harganya pun relatif serupa, paling mahal warung nasi bebek Madura membandrol per porsi Rp15 ribuan.
Di sekitar Kampung Melayu, ada Nasi Bebek Mak Isa di Cipinang, Jakarta Timur. Meski warungnya kecil, Nasi Bebek Mak Isa menghabiskan hampir 500 ekor setiap hari. Wajar jumlah bebek yang dibutuhkan begitu banyak, sebab sambal Nasi Bebek Mak Isa begitu menggoda. Lidah ini pun menari-nari dibuatnya. Bagi yang suka cengek, cocok menikmati gurihnya Nasi Bebek Mak Isa.
Bebek Kampung Rejeki Kota
Jakarta memang keras, begitu juga dengan persaingan antara para pebisnis makanan bebek. Mengutip buku biografi mendiang Benyamin S yang dikenal Bang Bens “Muka kampung rejeki kota” rasanya pas untuk menggambarkan bisnis bebek. Bebek-bebek yang dipasok dari kampung-kampung mampu menghasilkan uang di sudut-sudut Jakarta bagi mereka yang jeli. Mereka bisa mengambil celah dari jumlah populasi bebek di Jakarta yang defisit.
Data Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian menunjukkan angka yang signifikan mengenai berkurangnya populasi daging itik di Provinsi DKI Jakarta. Pada 2013, populasi itik di DKI Jakarta hanya 24.111 ekor dan menurun pada 2014, sebanyak 22.495 ekor atau ada penurunan sebanyak 1.661 ekor dalam setahun.
Jumlah ini sangat kecil dibandingkan dengan daerah tetangga Jakarta, misalnya Jawa Barat dan Banten. Populasi daging itik di dua daerah itu jauh lebih tinggi dibanding dengan Jakarta. Faktor ketersedian lahan fakta penyebab paling kuat populasi daging itik di Jakarta terus menurun.
Melihat angka populasi itik yang kecil, maka terbuka peluang bisnis pemasok bebek dari Jawa Barat dan Banten ke Jakarta. Kedua provinsi ini, daerah paling memungkinkan untuk memasok kebutuhan konsumsi bebek di ibu kota.
Di Indonesia, Jawa Barat memang sudah tersohor sebagai sentra budidaya bebek terbanyak dibanding dengan 33 provinsi lain di Indonesia. Populasinya mengalami peningkatan dalam kurun lima tahun terakhir. Dari 2014 hingga 2015, petumbuhan populasi bebek di Jawa Barat sebesar 10,56 persen. Secara total, pertumbuhan populasi dan produksi itik di Indonesia mencapai 46.875.310 ekor atau setara 3. 484.000 ton daging. Di Provisi Banten, populasi daging itik lebih besar di banding dengan Jakarta. Pada 2014, populasi daging itik mencapai 2.131.381 ekor.
Kedekatan dua provinsi ini dengan Jakarta menjadi faktor bebek-bebek ini bermigrasi ke Jakarta melalui tangan para pedagang, untuk menjadi santapan bagi para penggemarnya di ibu kota.
Mendatangkan Uang
Di Jakarta, warung-warung penjual daging bebek berkembang dari skala kecil hingga besar dan ada yang sudah punya nama. Usaha Bebek Goreng Haji Slamet misalnya, awalnya hanya buka di Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah. Kini , Bebek Goreng Haji Slamet sudah merambah ke beberapa kota besar di Indonesia termasuk Jakarta. Tercatat ada sekitar 20 cabang tersebar mulai dari Malang, Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung.
Dalam situs bebekgorengslamet.com, ada sebuah pengumuman tentang lima cabang baru yang telah dibuka di Bandung. Pembukaan cabang itu untuk memenuhi permintaan pelanggan juga mendekatkan diri pemburu kuliner di Kota Priangan. Peminat bebek pun dimanjakan oleh Haji Slamet.
Selain Bebek Goreng Haji Slamet, bebek Sauna D-Sri juga merasakan gurihnya di bisnis ini. Dalam laman situs bebeksaunadsri.com, mereka menawarkan kemitraan bagi siapa saja yang tertarik. Ilustrasi bisnisnya pun dijabarkan dalam situs itu. Jika bermitra dengan uang Rp22 juta, duit itu bakal balik dalam waktu 5 bulan. Ada dua kemitraan ditawarkan Bebek Sauna D-Sri, paket mitra Rp22 juta dan paket master mitra Rp150 juta.
Buat menarik mitra berinvestasi di ranah perbebekan, Bebek Sauna D-Sri menawarkan bebas royalty fee atau franchase fee. Berkat kemitraan itu juga, Bebek Sauna D-Sri sudah banyak menjamah kota-kota besar seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bandar Lampung, Kalimantan Tengah, dan Bali. Ada 16 outlet Bebek Sauna D-Sri di tersebar di berbagai kota.
Selain Bebek Sauna D-Sri, Bebek Goreng Pak Ndut juga merasakan lezatnya bisnis dunia perbebekan dengan strategi membuka kemitraan. Berkat kerjasama kemitraan itu, Bebek Goreng Pak Ndut bisa dinikmati sampai Singapura. Dalam laman pakndut.co, cabang-cabang outletnya terdapat di daerah Jakarta, Solo, Jambi, Lampung, Medan, Makassar, Pontianak, Samarinda, Probolinggo, Magelang, Banjarmasin hingga Palangkaraya.
Saking seksinya bisnis perbebekan, Bank Indonesia (BI) melalui Direktorat Kredit, BPR dan UMKM pernah membuat model pembiayaan Komoditas Budidaya Bebek Pedaging pada 2009. Tujuannya untuk meningkatkan pembiayaan komoditi yang dinilai potensial oleh perbankan.
Ilustrasinya pun dijabarkan, jika peternak memelihara 4.000 ekor bebek, setiap bulan dia memperoleh laba bersih Rp12,5 juta atau Rp150 juta per tahun. Keuntungan itu di dapat dari ilustrasi jika harga jual bebek per kg Rp15 ribu dengan jumlah panen setiap tiga bulan 3.600 ekor. Laba itu juga sudah dipotong pajak penghasilan sebesar 15 persen.
Bisnis perbebekan memang menggiurkan dan bebek pun banyak membuat orang senang, dari konsumen, peternak hingga pemilik rumah makan restoran pun dibuat tersenyum.
Penulis: Arbi Sumandoyo
Editor: Suhendra