tirto.id - Pasar saham sebelumnya mengantisipasi kemenangan Hillary Clinton. Selama berbulan-bulan, selalu muncul peringatan bahwa Trump akan menciptakan ketidakpastian dan kerusakan sentimen. Namun, pasar akhirnya mengalirkan uang ke sektor-sektor yang dapat mengambil manfaat dari kemenangan mantan bintang reality TV show ini
"Pasar saham bertindak seperti seorang remaja. Mereka membuat banyak permintaan tapi tidak tahu apa yang diinginkan," kata Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma, dikutip oleh Reuters.
Pada perdagangan Rabu (9/11/2016), indeks Dow Jones ditutup naik 1,4 persen menjadi 18.589,69, hanya 0,25 persen di bawah level tertinggi sepanjang masa pada Agustus. S & P 500 naik 1,11 persen menjadi 2.163,26 dan Nasdaq Composite menguat 1,11 persen menjadi 5.251,07.
Sekitar 11,7 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, jauh di atas rata-rata harian 7 miliar selama 20 sesi terakhir, demikian mengutip Reuters.
Bursa Asia ikut pulih, mengikuti pulihnya bursa global yang sempat tumbang karena syok atas terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat.
“Pasar sepertinya menghitung ulang proyeksi ekonomi di bawah Trump, menuju pertumbuhan yang lebih tinggi dan juga inflasi yang bertambah,” kata Imre Speizer, ekonom dari Westpac, seperti dilansir dari Reuters.
Trump sebelumnya menjanjikan pemotongan pajak, dan juga belanja infrastruktur dan pertahanan yang lebih besar.
Pada perdagangan Kamis (10/11/2016), indeks Nikkei berhasil membalikkan keadaan setelah kemarin terpangkas hingga 5%. Nike diperdagangkan naik hingga 6%. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,7 persen, Australia naik 3 persen yang merupakan kenaikan harian terbesar sejak akhir 2011.
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti