tirto.id - Komite Partai Demokrat, Amerika Serikat memperingatkan agar tidak lagi menggunakan FaceApp yang dikembangkan oleh Rusia.
Hal ini berkaitan dengan kekhawatiran mereka bahwa, aplikasi editing tersebut bisa memengaruhi Pilpres AS 2020.
Melansir The Washington Post, aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk mengunggah foto wajah mereka dan secara otomatis diedit agar terlihat seperti diri mereka di masa tua.
Kekhawatiran itu muncul di antara banyak penggunanya, termasuk para pejabat Partai Demokrat, terkait dengan bagaimana foto-foto itu dapat disalahgunakan oleh perusahaan, yang pengembangnya berkantor pusat di St. Petersburg.
"Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk melakukan transformasi berbeda pada foto orang, seperti menua orang dalam gambar. Sayangnya, kebaruan ini bukan tanpa risiko: FaceApp dikembangkan oleh Rusia," ujar Kepala petugas keamanan Demokrat, sebagaimana dilansir CNN.
Bob menambahkan, “Saat ini belum jelas apa risiko privasi yang bisa ditimbulkan dari FaceApp, tapi yang jelas bahwa, tidak menggunakan FaceApp lebih banyak manfaatnya ketimbang risiko saat menggunakannya. Jika Anda telah menggunakan aplikasi itu, kami sarankan segera menghapusnya."
Face App dirilis di Google Playstore dan Apple Store pada 15 Januari 2017 oleh Wireless Lab, sebuah start-up yang berasal dari Rusia.
Face App sendiri memiliki beberapa efek, seperti memberikan efek cerah pada kulit, mengubah wajah anda menjadi versi wanita dan pria sesuai pilihan, serta yang sedang populer saat ini, mengubah wajah Anda menjadi versi tua wajah Anda.
Aplikasi ini menggunakan kecerdasan buatan untuk menggambarkan bagaimana bentuk wajahmu di masa tua nanti.
Pendiri dan kepala eksekutif Yaroslav Goncharov mengatakan kepada The Washington Post bahwa tim penelitian dan pengembangan FaceApp memang berbasis di Rusia, tetapi tidak ada data pengguna yang ditransfer ke negara itu, dan "sebagian besar gambar" dihapus dari server perusahaan dalam waktu 48 jam.
Aplikasi tersebut mengunggah foto penggunanya ke "cloud" server yang dijalankan oleh Amazon dan Google, kata perusahaan itu.
Hal itu berarti, menghapus aplikasi kemungkinan tidak akan membuat perbedaan tentang bagaimana foto-foto itu digunakan.
Masalah lain yang berkembang ialah di mana data akan disimpan. Berdasarkan kebijakan privasinya, informasi dan data akan diproses di Amerika Serikat, atau di negara lain di mana FaceApp menjalankan bisnisnya.
Dalam kebijakan FaceApp tertulis, “FaceApp, pihak yang berafiliasi, atau penyedia layanan dapat mentransfer informasi personal yang kita dapat tentangmu keseluruh dunia.”
Mendapati ketakutan mengenai bocornya informasi pengguna, CEO Yaroslav Goncharov mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menyebarkan foto, informasi, dan data pengguna ke pihak ketiga dalam situs TechCrunch.
“FaceApp melakukan pengeditannya di cloud server, kita hanya mengunggah foto yang dipilih oleh pengguna. Kita tidak mengirim foto lain dalam galeri ponsel ke server.”
Yaroslav Goncharov meyakinkan bahwa tidak ada informasi yang bocor ke Pemerintah Rusia.
“Kami tidak menjual atau membagiakan data yang kami dapat ke pihak ketiga.”
Dia menambahkan, bahwa pengguna dapat meminta agar datanya dihapus. Caranya adalah dengan klik Setting, kemudian mereport-nya dengan klaim bug menggunakan kata ”privacy” sebagai subjeknya.
Goncharov mengatakan bahwa hal ini akan mempercepat proses penghapusan data.
Editor: Agung DH