Menuju konten utama

Para Tokoh Muslim Berkomentar Soal Kutipan Alquran Ahok

Pernyataan Ahok yang mengutip Al Maidah ayat 51 telah memicu kontroversi dan menyinggung umat Islam. Namun, tokoh agama meminta agar publik tidak menyikapinya dengan melampaui batas.

Para Tokoh Muslim Berkomentar Soal Kutipan Alquran Ahok
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat tiba di gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Senin (22/8). Ahok hadir untuk mengikuti sidang perdana perkara pengujian UU Pilkada Pasal 70 (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016, mengenai cuti selama masa kampanye Pilkada yang diajukan sendiri oleh Ahok. TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tentang surat Al Maidah dinilai melampaui batas. Meski demikian, umat Islam diminta untuk tidak menyikapinya dengan melampaui batas.

Pernyataan itu disampaikan KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) menanggapi beredarnya video Ahok di depan warga Kepulauan Seribu dengan menyebutkan surat Al Maidah yang telah memancing berbagai reaksi dari publik.

Lewat akun resmi di Facebook, pimpinan pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung ini, Jumat, sekitar pukul 09.30 WIB mengunggah video berdurasi tujuh menit 20 detik yang berisi pernyataannya tentang pidato Ahok di Kepulauan Seribu yang menyebutkan surat Al Maidah.

"Kemarin terjadi kehebohan dengan viral tersebarnya pidato saudara Ahok di Kepulauan Seribu sehingga banyak umat Islam yang terluka," kata Aa Gym.

Dalam video tersebut Aa Gym menuturkan Ahok yang terlahir sebagai Etnis Tionghoa bukan pilihannya namun hal tersebut adalah takdir yang menciptakannya. "Sehingga bukan wilayah kita untuk mengomentari etnis," kata dia.

"Kedua bahwa saudara Ahok beragama non Islam itu adalah pilihan dan setiap orang berhak menentukan apa yang akan dipertanggungjawabannya dunia akhirat bagi kita umat Islam tidak ada masalah, lakum dinukum waliyadin," ujarnya.

Namun, kata dia, Ahok yang menyebutkan surat Al Maidah pada sebuah acara yang digelar di Kepulauan Seribu tidaklah tepat.

"Adapun saudara Ahok memberikan statemen pernyataan terhadap Alquran dengan perkataan yang tidak pada tempatnya dengan cara yang tidak pada tempatnya ini adalah perbuatan melampaui batas, ini adalah perbuatan tercela, ini adalah perbuatan yang akan menimbulkan konsekuensi dari perkataannya," kata dia.

Oleh karena itu, kata Aa Gym, sangat bisa dimaklumi jikalau umat Islam merasa tersinggung terluka oleh pernyataan yang melampaui batas ini. "Apalagi seorang yang diberikan cobaan jadi pimpinan di Jakarta," ujarnnya.

Walaupun demikian, Aa Gym mengimbau kepada umat Islam agar bisa menyikapi pernyataan Ahok dalam video tersebut dengan tidak melampaui batas yang ada.

"Namun pada saat yang sama kita pun harus menyikapi orang yang melampaui batas ini dengan sikap yang ada dalam koridor ahlakul karimah. Islam tidak mengenal kedzoliman kepada siapapun. Kita sikapi perbuatan Ahok ini dengan sikap yang tidak melampaui batas bahkan menunjukkan bagaimana Islam menyikapi dengan sikap terhormat akhlakul karimah," kata dia.

Ia berharap dengan adanya kejadian ini benar-benar membuat semua umat Islam memahami apa yang semestinya dilakukan.

Sebelumnya, beredar di media sosial potongan video Ahok berbicara di hadapan warga Kepulauan Seribu dengan menyebutkan surat Al Maidah ayat 51 yang memancing berbagai reaksi dari publik, bahkan Pengurus Pemuda Muhammadiyah pusat rencananya akan melaporkan Ahok ke kepolisian atas dugaan penghinaan Alquran.

Ahok juga sudah menyampaikan klarifikasi melalui akun instagram miliknya, @basukibtp, yang menganjurkan masyarakat melihat langsung video versi utuh agar dapat menerima pernyataannya secara lengkap tanpa dipotong, terutama pada menit 23:40 hingga 25.35.

Sementara Wakil Katib Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta Taufik Damas juga menyatakan agar semua pihak melihat lebih lengkap pernyataan Ahok.

"Dari rekaman yang berdurasi satu jam 43 menit itu, saya tidak melihat ada kata-kata Ahok yang menistakan ayat Alquran sebagaimana ramai direspons oleh masyarakat belakangan ini," kata Taufik.

"Saya perhatikan ucapan Ahok itu tidak bermaksud melecehkan ayat dalam surat Al-Maidah itu. Ucapan Ahok itu bermakna memang ada orang yang menggunakan ayat tersebut dalam konteks pemilihan kepala daerah di Jakarta, khususnya menyangkut larangan memilih pemimpin non-muslim. Jadi titik tekannya adalah kalimat 'membohongi pakai ayat', bukan ayatnya yang membohongi," katanya, seperti dilansir dari Antara.

Taufik mengatakan rekaman video pembicaraan Ahok menjadi perbincangan karena isi potongan video berdurasi 30 detik yang beredar hanya memuat pernyataan: "Bapak Ibu enggak bisa pilih saya, karena dibohongin pake surat Al-Maidah 51 macem-macem itu. Itu hak Bapak Ibu ya. Jadi kalau Bapak Ibu perasaan enggak bisa pilih nih, karena saya takut masuk neraka, dibodohin gitu ya, enggak papa. Karena ini kan hak pribadi Bapak Ibu. Program ini jalan saja. Jadi Bapak Ibu enggak usah merasa enggak enak dalam nuraninya enggak bisa pilih Ahok".

Menurut Taufik, dalam rekaman video itu cukup jelas bahwa yang dituju dalam kalimat Ahok adalah orang-orang yang menggunakan ayat untuk kepentingan politik, bukan menganggap Surat Al-Maidah 51 sebagai kebohongan.

Alumnus Universitas Al-Azhar itu menyatakan bahwa tidak semua orang yang membawa-bawa ayat Alquran dalam konteks pemilihan kepala daerah berarti membohongi masyarakat karena memang ada yang tulus meyakini larangan memilih pemimpin non-muslim dengan dalil ayat Alquran.

"Itu harus dihargai. Namun, dalam politik tak menutup kemungkinan ada orang yang menjadikan ayat-ayat hanya sebagai alat politik. Memperlakukan ayat-ayat sebagai alat politik. Justru inilah yang berbahaya, karena berpotensi mengaburkan fakta politik yang sebenarnya," kata dia.

Oleh karena itu, menurut Taufik, sebaiknya masalah suku, agama, ras dan antar-golongan benar-benar dihindari dalam politik karena selalu melahirkan kontroversi tak berujung.

Baca juga artikel terkait PILKADA DKI JAKARTA atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Hard news
Reporter: Nurul Qomariyah Pramisti
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti