tirto.id - William D. Chalmers, seorang penulis dan pelancong, membuat kalimat bagus di Huffington Post, 4 hari sebelum pergantian tahun. Chalmers menuliskan prediksinya tentang tren melancong untuk 2017 nanti: "Pejalan milenial itu nyaris online 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, dan mereka selalu mencari deal terbaik," tulis Chalmers.
Dalam satu kalimat, dia berhasil menggambarkan tentang dunia travel di masa depan. Kata kunci: milenial, online, deal terbaik.
Saat ini pelancong milenial makin bertumbuh. Menurut David Chapman, mantan direktur umum World Youth Student and Educational (WYSE) Travel Confederation, saat ini pelancong milenial mewakili setidaknya 20 persen dari seluruh pelancong internasional. Pada 2020 nanti, diperkirakan akan ada 320 juta perjalanan yang dilakukan oleh para pelancong usia muda ini. Dengan kata lain: mereka adalah masa depan industri pariwisata dan perjalanan.
Para pelancong muda yang tumbuh besar bersisian dengan internet ini adalah para pejalan yang mencari sesuatu dari internet, termasuk media sosial. Menurut situs Hospitality.net, sekitar 87 persen pelancong milenial ini mencari inspirasi jalan-jalan di Facebook. Tak asing. kan, dengan album-album di Facebook yang berisi foto-foto indah dan ajakan untuk pergi ke sana?
Mereka juga akan melongok segala sesuatunya via internet. Entah itu inspirasi, harga tiket pesawat, lasan hotel, tempat-tempat terbaik, hingga melakukan pemesanan hotel maupun transportasi. Para generasi muda ini, sekitar 46 persen memesan segala hal terkait perjalanan via ponsel pintar atau tablet. Ketika berlibur pun, mereka tak bisa benar-benar lepas dari internet, apalagi media sosial. Mereka masih menggunakan Facebook, Instagram, juga Twitter, baik untuk menulis status atau mengunggah foto liburan.
Kata kunci ketiga adalah deal terbaik. Sederhananya: cari fasilitas terbaik dengan harga termurah. "Banyaknya pelancong muda yang mencari pilihan dengan harga terjangkau, membuat hostel menjadi pilihan yang lebih menggoda untuk akomodasi," tulis Sarah Clark, General Manager di Topdeck Travel di Huffington Post.
Hostel sudah lama menjadi pilihan utama bagi para pelancong dengan dana terbatas. Hostel menawarkan pilihan yang tak neko-neko, yakni tempat untuk meluruskan punggung saja. Tak ada kamar mandi berukuran raksasa, atau kasur seharga puluhan juta. Namun karena para pelancong muda ini lebih banyak menghabiskan waktu di luar kamar, maka hostel jadi pilihan utama.
Tapi sekarang seiring berkembangnya pasar online travel, ada semakin banyak pilihan. Airbnb, misalkan. Awalnya pangsa pasar mereka adalah para pelancong muda. Karenanya Brian Chesky, sang pendiri, menggunakan istilah "bnb", yang merupakan singkatan dari bed and breakfast. Mereka menjadi perantara dari pemilik hunian dengan para tamu.
Hingga akhir 2016, Airbnb diperkirakan punya sekitar 1,5 juta rumah dan/atau kamar yang disewakan. Properti itu menyebar di sekitar 34 ribu kota di 191 negara. Valuasi perusahaan yang didirikan pada 2008 ini sudah mencapai angka 30 miliar dolar. Selain harga yang kerap lebih murah ketimbang hotel, bahkan hostel sekalipun, keunggulan Airbnb adalah menghadirkan suasana rumah. Selain itu, properti Airbnb biasanya sudah merupakan paket lengkap dalam arti mereka juga menyediakan dapur, tempat parkir, juga berbagai fasilitas pemilik properti.
Mereka sekarang tidak sekadar membidik pelancong yang mencari harga termurah dengan fasilitas baik. Jika dulu mereka ibarat petinju amatir yang malu-malu menghadapi juara bertahan, kini mereka semakin percaya diri dengan kekuatannya. Mereka tak segan meluncurkan jab, bahkan upper cut, kepada lawan.
Para pelaku industri perhotelan tahu bahwa konsumen inti mereka adalah para pebisnis. Mereka tak sensitif harga, alias tak perduli dengan harga kamar yang mahal asal mendapat fasilitas terbaik. Itu karena ongkos hotel mereka ditanggung oleh perusahaan. Mereka inilah yang sekarang dibidik oleh Airbnb. Di Amerika Serikat saja, perjalanan bisnis ini diperkirakan akan bernilai 300 miliar pada 2017. Sebuah angka yang menggiurkan.
Sejak dikembangkan pada Juli 2015, Airbnb mengatakan sudah ada sekitar 50.000 pekerja dari sekitar 5.000 perusahaan yang memakai jasa mereka. Perusahaan-perusahaan itu memberikan testimoni bahwa biaya perjalan bisnis mereka lebih hemat 30 persen.
Pada 22 Desember 2016, perusahaan riset Morgan Stanley mengeluarkan temuan yang bisa bikin pelaku industri hotel tersedak. Sekitar 36 persen konsumen loyal hotel sudah menggunakan jasa Airbnb. Padahal selama ini, konsumen loyal --yang diberikan fasilitas lebih baik oleh hotel-- dianggap sebagai kunci penting bagi berlangsungnya bisnis perhotelan. Mereka dianggap tidak akan goyah hanya karena ada saingan yang lebih murah.
Sialnya lagi, konsumen loyal hotel yang menggunakan jasa Airbnb adalah mereka yang paling sering melakukan perjalanan. Para pejalan yang melakukan perjalan lebih dari 11 kali dalam setahun, sekitar 51 persennya sudah menggunakan Aibnb. Para pejalan yang hanya melakukan perjalanan 1 hingga 4 kali dalam setahun, malah hanya 27 persen saja yang mencoba Airbnb.
Airbnb semakin melaju setelah mengumumkan kerja sama dengan tiga perusahaan perjalanan besar, yakni American Express Global Business Travel, BCD Travel dan Carlson Wagonlit Travel. American Express punya klien besar seperti IBM, McKinsey, dan Microsoft.
Selain Airbnb yang masih akan terus membesar di tahun mendatang, bisnis travel online juga akan tetap menggiurkan. Perusahaan riset Statista baru-baru ini mengeluarkan laporan tahunan tentang pemesanan perjalanan online.
Ada tiga kategori besar dalam online travel booking ini. Pertama adalah Package Holiday. Ini adalah kelompok yang terdiri dari transaksi yang dilakukan via internet dengan menggunakan agensi perjalanan online (semisal Opodo, atau Expedia) atau langsung dari operator tur (semisal TUI atau Thomas Cook). Di segmen ini, biaya perjalanan dan akomodasi dijual dengan satu harga.
Kemudian ada kategori Hotel. Ini adalah pemesanan akomodasi yang bisa dilakukan via situs penyedia seperti Hotels.com, Trivago, atau Booking.com; ataupun dari agen perjalanan online.
Sedangkan Vacation Rentals adalah akomodasi privat yang diatur dan dipesan via online. Ini termasuk rumah yang dipesan secara privat, juga apartemen atau kamar yang dipesan untuk jangka waktu pendek. Biasanya transaksi dilakukan via situs penyedia, semisal Airbnb.
Pada 2016, untuk kategori Package Holiday, pasarnya senilai 49,2 miliar dolar. Juaranya adalah Expedia.com, yang membukukan nilai pasar sebesar 50,3 juta dolar. Disusul oleh Ctrip.com (32,5 juta dolar), dan Priceline (30,1 juta). Untuk kategori hotel dengan nilai pasar sekitar 104,6 miliar dolar, juaranya adalah Booking.com dengan nilai pasar 248,2 juta dolar. Diikuti oleh hotels.com (43,8 juta dolar), dan Agoda.com (31,5 juta dolar).
Di segmen Vacation Rental yang memiliki nilai pasar 25 miliar, juaranya siapa lagi kalau bukan Airbnb. Mereka punya nilai pasar 47 juta dolar. Diikuti oleh vrbo.com (10,3 juta) dan homeaway.com (8 juta dolar).
Tak ada yang bisa memungkiri kalau pasar travel online ini akan semakin besar dan sukar dibendung. Anak-anak muda akan tumbuh makin banyak. Melancong akan semakin jadi kebutuhan, bahkan mungkin akan jadi primer tak lama lagi. Mereka akan merencanakan segala perjalanan, memesan akomodasi dan transportasi, melalui internet. Di saat seperti itu, akan lahir penguasa-penguasa baru di industri perjalanan: mereka yang memaksimalkan internet.
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Zen RS