tirto.id - Para pemain dan staf pelatih Juventus sepakat menerima pemotongan gaji selama empat bulan sejak Maret hingga Juni 2020. Pandemi virus corona COVID-19 membuat seluruh pertandingan di Liga Italia dan Liga Champions yang diikuti Juve, dihentikan.
"Klub Sepak Bola Juventus mengumumkan, karena darurat kesehatan global saat ini menghambat kinerja kegiatan olahraga, kami telah bersepakat dengan para pemain dan pelatih tim utama (Juve) terkait kompensasi (gaji) dalam sisa musim ini," keterangan situs web resmi Juventus pada Sabtu (28/3/2020).
Kesepakatan yang dimaksud Juventus adalah pengurangan kompensasi gaji Maret, April, Mei, dan Juni 2020. Semua pemain dan pelatih tim utama Bianconeri mendapatkan persentase pengurangan yang sama.
Setelah kesepakatan bersama ini, Juventus segera merampungkan kesepakatan pribadi dengan tiap-tiap pemain dan pelatih, mengingat regulasi mengatur hal tersebut.
Juventus menyebutkan, kesepakatan ini membuat mereka bisa berhemat sekitar 90 juta euro (Rp1,61 triliun) untuk kas klub. Meskipun demikian, jika kemudian Serie A --yang sejauh ini terhenti di giornata 26-- kembali bergulir, Juventus akan kembali membuka negosiasi soal pemotongan gaji ini.
"Jika pertandingan musim ini dijadwal ulang, pihak klub akan bernegosiasi berdasarkan itikad baik dengan para pemain dan pelatih, syarat peningkatan kompensasi akan disesuaikan dengan dimulainya kembali dan finalisasi kompetisi resmi," keterangan lanjutan Juventus.
Serie A saat ini mengalami pembekuan sementara sejak 9 Maret 2020. Posisi puncak klasemen dimiliki Juventus yang mengoleksi 63 angka dari 26 pertandingan. Juara delapan musim beruntun tersebut unggul satu angka dari Lazio yang duduk di urutan kedua.
Tidak ada kepastian soal kapan Serie A diputar kembali, meski sejauh ini Dekret Perdana Menteri Italia soal karantina berlaku hanya hingga 3 April 2020.
Menteri Olahraga Italia, Vincenzo Spadafora, pada Jumat (27/3) meragukan jika Serie A bisa bergulir kembali pada awal Mei 2020. Ia bahkan membuka opsi kompetisi baru selesai pada Juli atau Agustus atau melewati batas pertengahan tahun.
"Keputusan akhir akan jatuh ke tangan FIGC, tetapi hampir mustahil kompetisi dilanjutkan pada awal Mei. Federasi mungkin memutuskan untuk menunda pertandingan sampai akhir musim panas, saya telah membaca saran tentang (akhir musim pada) Juli dan Agustus, tetapi situasinya rumit," kata Spadafora.
Italia sendiri, berdasarkan data Center for Systems Science and Engineering (CSSE) John Hopkins University hingga Sabtu (28/3/2020) ada di urutan kedua negara dengan kasus positif corona terbanyak, 92.472 kasus, hanya di bawah Amerika Serikat (124.686 kasus).
Terkait jumlah kematian, tercatat 10.023 warga Italia meninggal karena pengaruh COVID-19, terbanyak dibandingkan negara-negara lain, seperti Spanyol (5.982 orang) atau Cina (3.182 orang).
Editor: Yandri Daniel Damaledo