Menuju konten utama

Pandemi Corona Bikin Babak Belur Penjualan Mobil Baru & Bekas

Saat COVID-19, penawaran mobil dari masyarakat ke showroom mobil bekas meningkat. Mereka kesulitan membayar sisa kredit atau memang butuh sekali uang segar.

Pandemi Corona Bikin Babak Belur Penjualan Mobil Baru & Bekas
Pengunjung mengamati mobil bekas yang dijual pada ajang Bazaar Mobil Bekas di JX International Convention Hall, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/8). ANTARA FOTO/Zabur Karuru

tirto.id - Pandemi COVID-19 dan pembatasan sosial membuat pendapatan masyarakat berkurang bahkan hilang sama sekali, sementara di sisi lain pengeluaran tidak bisa dibendung sepenuhnya. Salah satu cara paling masuk akal untuk mengakalinya adalah menjual apa yang ada di rumah, termasuk mobil.

Mobil88, anak perusahaan Astra Internasional yang bergerak di sektor jual beli mobil bekas, mencatat peningkatan penawaran mobil dari masyarakat selama masa pandemi. Presiden Direktur Halomoan Fischer mengatakan saat ini perusahaan bisa menerima 40 penawaran, padahal biasanya hanya 15. Sebagian besar penawaran masuk secara daring seperti surel, telepon, maupun live chat.

“Naik terus. Naik dua kali lipat,” ucap Halomoan kepada reporter Tirto, Kamis (14/5/2020).

Setengah dari penawar mengurungkan niat karena harga rata-rata yang dapat Mobil88 tawarkan turun sekitar 10-15 persen dari waktu normal. Penyebabnya ada ketidakseimbangan: suplai kendaraan bekas melonjak tetapi permintaannya malah turun. Halomoan mengatakan tren ini akan terus terjadi. “Makin lama pandemi, supply-demand makin enggak imbang, harga akan makin turun.”

Di tengah pandemi ini, Halomoan bilang perbankan dan perusahaan pembiayaan semakin berhati-hati menyalurkan kredit lantaran mereka perlu menjaga rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Misalnya, mengeluarkan kebijakan menaikkan minimum DP dari 20 menjadi 40 persen. Imbasnya bagi showroom, konsumen bakal semakin sulit membeli mobil bekas.

Bagi yang sepakat dengan harga yang ditawarkan, Mobil88 akan langsung mengecek kendaraan di rumah konsumen sebelum benar-benar dipindahtangankan.

Sebagian konsumen ingin menjual mobil karena mulai kesulitan membayar kredit kendaraannya. Kasus ini lebih sering dialami konsumen yang belum lama memulai kredit, misalnya baru berjalan dua tahun. Harga jual kembali mobil mereka biasanya belum terlalu jatuh.

Manager Senior Bursa Mobil Bekas WTC Mangga Dua Herjanto Kosasih mengatakan tren itu memang sudah mulai terasa, namun menurutnya bakal meningkat tajam pada Juni nanti. “Mustinya Juni 2020 mulai banyak,” ucap Herjanto saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (14/5/2020). Pada tiga bulan pertama usai COVID-19 dideteksi di Indonesia, pemilik kendaraan roda empat masih punya cadangan uang. Mereka baru akan memutuskan menjual mobil setelah itu. Setidaknya mereka terbebas dari tanggungan kredit tiap bulan.

Selain itu, ia juga memprediksi penawaran mobil bekas meningkat pada Juni karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mungkin akan dilonggarkan. Saat ini para pengusaha masih tutup karena mengikuti kebijakan tersebut. Lagipula tidak semua perusahaan jual-beli mobil bekas memiliki fasilitas online.

Herjanto mengatakan situasi ini membuat susah para pengusaha jual-beli mobil bekas. Saat penjualan menurun, mereka harus tetap menanggung gaji pegawai, biaya sewa, sampai ongkos reparasi mobil bekas. “Minimal ada biaya 20 persen. Kalau dua bulan enggak jualan, apa enggak bonyok itu?”

Country Manager Indonesia iCar Asia Limited Regia Glaumouria mengatakan dari situs Mobil123, masyarakat yang ingin menjual kendaraan memang meningkat. Kenaikannya sekitar 70 persen dari Februari-Maret 2020. Ia mencatat ada tren penurunan di bulan Mei 2020 meski datanya masih bergerak.

Seperti di Mobil88, kisaran mobil bekas di Mobil123 juga terdepresiasi. Angkanya “sekitar 20-30 persen,” ujar Regia. Di tempat jual-beli mobil bekas di Depok, mobil populer seperti Toyota Avanza produksi 2014 yang biasanya dapat dijual dengan harga Rp120, kini anjlok jadi Rp100 juta.

Angka persisnya “tergantung dari tipe diler,” kata Regia. Jika diler memiliki modal cukup besar, biasanya mereka masih berani mengambil harga agak jauh dari pasaran dengan asumsi ada perbaikan harga dan memiliki stok yang cukup. Sementara diler dengan modal kecil geraknya lebih terbatas.

Regia tidak menampik kemungkinan konsumen ingin menjual mobil karena kesulitan membayar kredit. Namun, saat ini ia lebih melihat tingginya suplai disebabkan karena kebutuhan dana darurat selama pandemi Corona.

Situasi serupa juga terjadi di industri otomotif secara umum. Sepanjang kuartal pertama tahun ini, penjualan sejumlah mobil baru terjerembab dengan penurunan persentase mencapai dobel digit dibandingkan tahun sebelumnya. Penjualan Toyota Astra Motor (TAM) pada Maret 2020, misalnya, tercatat anjlok hingga 30 persen dari bulan sebelumnya (month to month/mtm) menjadi hanya 17 ribu unit.

Kepala Marketing Toyota PT Hasjrat Abadi Hulman Sitorus mengatakan para pembeli cenderung memutuskan menunda pembelian sampai situasi normal lagi.

Baca juga artikel terkait MOBIL BEKAS atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Rio Apinino