Menuju konten utama

PAN Khawatirkan Sainte Lague Terpilih di Sidang RUU Pemilu

PAN berat untuk memilih sainte lague murni karena jumlah kursi partainya yang sangat mungkin berkurang apabila metode itu digunakan.

PAN Khawatirkan Sainte Lague Terpilih di Sidang RUU Pemilu
Anggota DPR menghadiri Rapat Paripurna ke-32 masa persidangan V tahun sidang 2016-2017 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (20/7). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

tirto.id - Partai Amanat Nasional (PAN) mengaku mengkhawatirkan metode hitung divisor sainte lague terpilih menjadi salah satu hasil rapat paripurna DPR tentang RUU Pemilu. Hal ini yang membuat PAN sampai sekarang belum menentukan sikap di antara paket yang ada, terlebih soal presidential threshold.

"Kalau boleh diranking antara presidential threshold dan metode, ya metode hitung. Pokoknya kami akan pilih yang bukan sainte lague," kata Anggota DPR F-PAN Yandri Sutanto yang juga menjadi Wakil Pansus RUU Pemilu di Komplek DPR Senayan, Kamis (20/7/2017).

  • Baca juga: Istilah Kuota Hare dan Sainte Lague dalam RUU Pemilu

Yandri tidak memungkiri yang membuat PAN berat untuk memilih sainte lague murni adalah karena jumlah kursi partainya yang sangat mungkin berkurang apabila metode itu digunakan.

"Ya, itu salah satu pertimbangan kami. Sangat subjektif kan, tapi itu layak," katanya menegaskan.

Terkait jumlah yang akan hilang, Yandri menyatakan tidak sampai lima kursi. Namun, menurutnya, itu bisa berimbas kepada DPR di kabupaten/kota dan provinsi.

"Enggak sampai lah. Tapi itu kan imbasnya bukan hanya DPR-RI, DPRD kab/kota, provinsi, sama. Partai lain juga banyak yang kena akibat dari perubahan sistem itu. Kami tidak hanya melihat ego nasional saja, tapi kabupaten dan provinsi kontraksinya lumayan besar untuk partai-partai menengah ke bawah," kata Yandri.

Untuk itu, Yandri menyebut sistem quota hare yang merupakan pilihan selain sainte lague murni adalah ikon dari partai mereka.

"Quota hare itu menjadi ikon kami lah kira-kira begitu. Makanya kami usulkan di paket A itu ada enggak quota hare-nya. Tapi kan itu ditolak sama mereka untuk paket," kata Yandri.

Meski begitu, secara pribadi, apabila harus dilakukan voting tanpa ada jalan tengah opsi paket baru, Yandri mengusulkan PAN memilih paket B.

"Saya pribadi mengusulkan PAN memilih paket B," jelas Yandri.

Kekhawatiran perihal metode hitung ini disampaikan juga oleh Achmad Baidowi dari Fraksi PPP Komisi II. Menurutnya, metode hitung itu menjadi masalah bagi partai menengah ke bawah.

"Itu akan mengurangi kursi partai menengah ke bawah. PAN bisa kehilangan tiga kursi. PKS dua kursi. Ini cuma menguntungkan partai besar," kata Baidowi di komplek DPR Senayan, Kamis (20/7/2017).

Meski begitu, Baidowi mengklaim itu tidak menjadi masalah bagi PPP. Karena, menurutnya, memakai metode hitung manapun partainya akan tetap stabil.

"Kami tetap. Enggak akan berubah," kata Baidowi.

Sampai saat ini lobi masih berjalan alot, meskipun kecenderungan sudah terlihat di antara fraksi-fraksi yang ada. Menurut Ketua Pansus RUU Pemilu Lukman Edy, kecenderungan ada enam partai memilih paket A, tiga partai paket B, dan satu partai belum menentukan sikap.

"Sudah tadi jelas komposisinya 6,3,1," kata Lukman di komplek DPR Senayan setelah melakukan lobi.

Lukman menyatakan sidang diskors kembali sampai pukul 19.30 WIB untuk kemudian dilanjutkan lagi dengan sesi lobi. "Nanti jam setengah delapan lobi lagi. Ada juga yang mengusulkan ditunda untuk bertemu ketua-ketua partai dan pemerintah," katanya menjelaskan.

Baca juga artikel terkait RUU PEMILU atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Yuliana Ratnasari