Menuju konten utama

Organda: Pendapatan Operator Angkot dari OK Otrip Terlalu Rendah

Menurut Organda DKI, banyak pegusaha operator angkot selama ini enggan bergabung dengan program OK Otrip karena tawaran skema tarif yang terlalu murah.

Organda: Pendapatan Operator Angkot dari OK Otrip Terlalu Rendah
Petugas menawarkan kartu One Karcis One Trip (OK Otrip) kepada warga di hari pertama ujicoba sistem untuk program OK Otrip di halte transjakarta Harmoni, Jumat (22/12/2017). ANTARA FOTO/Rosa Panggabean.

tirto.id - Sebagian pengusaha operator angkot di DKI Jakarta sampai sekarang enggan bergabung dengan program One Karcis One Trip (OK Otrip) karena hanya menjanjikan pendapatan yang minim.

Ketua Organda DKI Jakarta Shafruhan Sinungan menjelaskan banyak pengusaha angkot menilai skema tarif tawaran Pemprov DKI di program OK Otrip tak menguntungkan bagi mereka. Sementara setoran dari para sopir angkot memberikan pendapatan bulanan lebih besar untuk mereka ketimbang OK Otrip.

Program OK Otrip menawarkan tarif Rp3.430 per-kilometer untuk angkot. Sementara rata-rata jarak tempuh satu angkot OK Otrip dalam sehari mencapai 150-170 kilometer. Artinya, selama 30 hari atau sebulan tanpa libur, satu unit angkot OK Otrip maksimal bisa menghasilkan pendapatan Rp17,4 juta.

Shafruhan menjelaskan pendapatan itu tidak memuaskan bagi para pengusaha operator angkot. Sebab, mereka harus membayar gaji 2 sopir dan 1 kernet yang besarnya masing-masing Rp3,6 juta. Gaji itu masih ditambah iuaran BPJS kesehatan. Selain itu, biaya operasional angkot, mulai dari bensin hingga perawatan mesin, masih harus ditanggung para pengusaha operator peserta OK Otrip.

"Enggak mau gabung karena biasanya mereka dapat setoran, misalkan sehari, Rp200 ribu, itu enggak perlu bayar bensin dan lain-lain (gaji sopir dan kernet)" kata Shafruhan di Balai Kota, Jakarta Pusat, pada Selasa (30/1/2018).

Apalagi, dia menambahkan, tidak semua trayek, yang masuk program OK Otrip, ramai penumpang. Jika trayek sepi, menurut Shafruhan, maka kemungkinan kilometer yang ditempuh oleh angkot akan semakin kecil dan berpengaruh pada pendapatan bulanan operator.

Karena itu, Shafruhan meminta Pemprov DKI menaikkan tarif per-kilometer bagi operator angkot peserta program OK Otrip. Selain itu, Organda juga meminta pembayaran OK Otrip ke pengusaha dilakukan perminggu, bukan perbulan.

"Makanya kami tadi sampaikan ke Gubernur (Anies Baswedan). Kalau bisa, kami (minta) naikkan. Supaya pembagiannya enak, dan pengusaha tertarik," imbuhnya.

Menanggapi usulan Organda, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah berencana akan membahas hal itu. Andri menyampaikan besaran tarif OK Otrip yang ditetapkan saat ini masih sangat mungkin untuk berubah karena dalam tahap ujicoba.

"Ya harus dievaluasi dulu, terus kemudian kita sesuaikan. Oh ternyata ada yang kurang, karena (tarif per-kilometer) Rp3.430 itu belum melingkupi semua komponen," ujarnya. "Misalnya kemarin kita hitung komponen sopirnya satu, nah ternyata tadi ada tiga (2 sopir dan satu kernet) dan ada BPJS."

Baca juga artikel terkait OK OTRIP atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Addi M Idhom