tirto.id - Freeport sudah berpuluh-puluh tahun bercokol dan mengeruk kekayaan alam bumi cenderawasih. Namun, hingga saat ini, peran orang asli Papua di perusahaan raksasa asal Amerika Serikat itu masih sangat kecil. Maka dari itu, muncul desakan kepada Freeport dan pemerintah Republik Indonesia untuk menempatkan orang Papua di posisi-posisi penting.
Usulan tersebut diungkapkan oleh akademisi dari Kampus Universitas Cenderawasih (Uncen), Marinus Yaung. Menurutnya, Amerika Serikat sangat membutuhkan Papua sehingga orang Papua seharusnya memiliki daya tawar yang tinggi untuk bisa menempati posisi-posisi vital di Freeport.
Bahkan, tambah Marinus Yaung, bukan sesuatu hal yang aneh jika jabatan Direktur Freeport diisi oleh nama-nama lokal. Begitu pula dengan kepemilikan saham Freeport yang seharusnya juga melibatkan orang asli Papua.
"Berbagai saran dan masukan terkait Freeport sangat diperlukan oleh negara tersebut (Amerika Serikat), termasuk daya tawar agar orang Papua menjadi Presiden Direktur Freeport, termasuk sahamnya," ujar Marinus Yaung di Jayapura, Papua, Senin (15/2/2016).
"Kita tahu bahwa orang Papua punya daya tawar, ini yang coba dimainkan oleh Duta Besar Amerika Serikat Roberth Blake yang langsung datang ke Papua, meski Jakarta tahu bahwa diplomasi yang dimainkan itu telah melanggar etika, itu karena Freeport," lanjutnya.
Marinus Yaung pun meminta kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menindalanjuti tentang hal ini, yaitu diberikannya peluang kepada orang Papua untuk menempati jabatan-jabatan vital di PT Freeport Indonesia.
"Saya menyarankan kepada Presiden Jokowi, kalau memang tidak menyerahkan sepenuhnya kepengurusan tentang Freeport kepada Papua, tolong meninjau kembali SK Menteri ESDM terkait tim divestasi tentang Freeport itu,” kata Marinus Yaung.
“Orang Papua harus ada dalam tim divestasi Freeport jika kami dianggap punya posisi tawar kuat dalam bicara tentang Freeport ke depan," tandasnya.
Marinus Yaung juga mengingatkan bahwa Amerika Serikat akan terguncang jika Freeport mendapat perlawanan dari masyarakat Papua. "Kalau tidak, kami akan ancam tutup Freeport, kami tahu Freeport punya sumbangsih 30 persen ekonomi Amerika,” tukasnya.
“Kalau Freeport tutup, ekonomi Amerika akan goyah, ini kepanikan luar biasa di Washington. Kami tangkap itu dan Amerika juga panik. Amerika akan ikut dorong agar orang Papua bisa jadi presiden direktur, termasuk punya saham," pungkas Marinus Yaung.