tirto.id - Gerakan stabilisasi pangan di wilayah hukum Polda Metro Jaya mulai diresmikan hari ini, Kamis (14/12/2017) untuk menyidak operasi pasar cadangan beras pemerintah. Operasi ini diinisiasi Polda Metro Jaya bekerja sama dengan Perum Bulog dan Kementerian Perdagangan.
Mulainya gerakan ini ditandai pengibaran bendera terhadap keberangkatan 13 truk yang akan tersebar di seluruh titik Jabodetabek sesuai arahan kepolisian resor masing-masing.
Wakapolda Metro Jaya, Brigjen Purwandi Arianto memaparkan bahwa ada 3 truk boks dan 10 truk pasukan yang disiapkan. Personel yang diturunkan mencapai 60 orang dan tersebar menjadi beberapa tim dengan masing-masing tim memiliki 5 anggota.
Gerakan ini ditargetkan bagi ibu-ibu rumah tangga dan masyarakat umum yang biasanya jumlah permintaannya terhadap barang pokok naik jelang hari raya dan Tahun Baru. Operasi ini akan dilakukan selama seminggu sampai dengan Kamis (21/12/2017).
"Kita memberikan bukti kepada masyarakat bahwa Polri, Bulog, dan Pemerintah DKI berusaha hadir di tengah-tengah masyarakat mewakili negara," kata Purwandi.
Dengan operasi ini, ia berharap agar tidak ada lagi harga pangan yang meningkat terlalu pesat. Purwandi juga menyatakan bahwa pihaknya akan menindak tegas sesuai hukum jika memang ada tindak pidana di lapangan yang ditemukan oleh tim gabungan, seperti misalnya penimbunan barang pokok.
"Semoga kegiatan ini dapat dimanfaatkan masyarakat dengan sebaik-baiknya dan terkendalinya harga pokok di masyarakat," kata dia lagi.
Tim gabungan ini menyebarkan sejumlah barang pokok seperti beras, gula, dan minyak. Masing-masing truk membawa 3 ton beras kualitas menengah, 50 dus sak gula seberat 1 kg (1 dus total 24 kg) dan 20 dus minyak goreng ukuran 1 liter (1 dus isi 12 liter). Bila dijumlahkan maka untuk DKI Jakarta tersebar 39 ton beras, 15.600 kg gula, dan 3.120 liter minyak goreng.
Hal ini diterangkan oleh Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Karyawan Gunarso. Ia menuturkan bahwa sudah ada sekitar 80 titik pasar yang selesai dilakukan operasi dari 198 titik pasar di Indonesia. Ia mengapresiasi kerja sama antar-instansi terkait ini dan meyakini bahwa hasilnya akan bisa dinikmati masyarakat.
"Pemerintah melalui regulator, yakni pihak Kementerian Perdagangan menugaskan kita semua untuk melakukan operasi pasar di seluruh 198 titik pasar di pemukiman-pemukiman penduduk dan di tempat-tempat yang berkemungkinan bersentuhan langsung dengan para konsumen," tuturnya.
Karyawan atau akrab disapa Wawan menjelaskan bahwa masih ada 1 juta ton cadangan beras dan lebih dari 260 ribu ton cadangan beras pemerintah yang siap diedarkan. Untuk gula dan minyak sendiri, Wawan tidak mau menerangkan lebih lanjut.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Tjahya Wijayanti, mengatakan bahwa penetapan harga barang pokok dari tim gabungan sudah disesuaikan dengan daya beli masyarakat. Harga barang pokok tersebut ada yang di bawah harga pasar ataupun berada di harga eceran tertinggi yang trlah ditetapkan pemerintah. Tidak ada satupun yang mengalami kenaikan.
Untuk rincian harga, beras dari tim gabungan dijual dengan harga Rp40 ribu, Rp11 ribu untuk 1 liter minyak goreng, dan Rp12 ribu untuk gula pasir 1 kg.
Ketika ditanyakan soal urgensi operasi pasar dan gerakan stabilisasi pangan, Tjahya tidak mau menilai terlalu dini. Ia juga tidak mau menerangkan daerah mana yang dikhawatirkan mengalami kenaikan harga barang pokok yang tidak stabil.
"Jangan ngomong gejolak dulu. Yang jelas saat ini seluruh daerah terpantau stabil," kata dia.
Gerakan stabilisasi pangan ini dilakukan atas dasar surat Menteri Perdagangan Nomor 450 pada April 2017, surat Menteri BUMN Nomor S-274 pada Mei 2017, dan koordinasi antara Bulog dan Polri pada 5 dan 8 Desember 2017 kemarin.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Yuliana Ratnasari