tirto.id - Perayaan Iduladha 2023 membawa berkah bagi penjual arang. Hal ini diakui oleh pemilik usaha arang di Jakarta Timur bernama Dian (29). Ia mengaku, usaha arangnya ini meningkat dibanding tahun lalu.
"Kalau dilihat, omzetnya dari tahun lalu sampai sekarang sudah meningkat hingga 240 persen," ucap Dian saat dihubungi Tirto, Jakarta, Senin (26/6/2023).
Untuk arang yang diproduksi, Dian mengaku mempunyai 23 jenis arang yang diproduksi dan siap untuk dijual. Banyaknya jenis arang yang dijual, bisa membuat konsumen bebas untuk memilih arang yang ingin mereka beli serta menyesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Menurut Dian dari 23 jenis arang yang ia jual, ada 3 jenis arang yang paling laris atau diminati oleh konsumen. Yaitu, arang briket sawdust charcoal BBQ, arang batok resto food grade, dan arang briket kualitas ekspor.
"Kalau dari kami ada 3 arang yang memang laku dibeli oleh para konsumen dari arang briket sawdust charcoa BBQ, arang batok yang punya grade restoran, dan arang briket kualitas ekspor. Untuk ekspor sendiri, arang ini sudah ke negara-negara seperti Turki, Korea, Jepang, Timur Tengah, Australia, dan Jerman," jelasnya.
Kemudian ketika ditanya soal tantangan dan kendala, Dian mengaku saat ini tantangan dan kendala yang dialami oleh para pengusaha arang adalah mulai dari bahan baku yang terbatas hingga munculnya kompetitor baru di dunia usaha arang ini.
"Kendalanya terkadang bahan baku yang terbatas, tantangannya semakin banyak kompetitor yang berdatangan," ungkapnya.
Untuk menangkal permasalahan tersebut, Dian mengaku harus bisa mencari supplier bahan baku pembuatan arang sebanyak-banyaknya, dan juga dari sisi periklanan atau marketing juga harus lebih ditingkatkan menurutnya.
"Untuk Bahan baku sendiri, mau tidak mau kita upayakan cari supplier sebanyak-banyaknya dan menjalin hubungan baik dengan supplier lama maupun yang baru," jelasnya.
Sementara untuk kompetitor, mau tidak mau harus lebih tingkatkan marketing di internet baik marketplace maupun di website.
"Mencoba harga yang bersaing, dan meningkatkan kualitas baik pelayanan maupun kualitas produk, dan untuk marketplace sendiri mencoba menciptakan produk yang jarang dimiliki kompetitor lain, mencoba menjadi unggul seperti memiliki jenis arang terlengkap," lanjutnya.
Arang yang dijual menurut Dian, bisa dimulai dari yang terkecil yaitu 250 gram (gr) hingga diatas 10 ton. Untuk pesanan diatas 10 ton, menurut Dian perlu melakukan pemesanan terlebih dahulu dalam beberapa hari sebelumnya.
"Ada yang 250 gr, 500gr, sampai diatas 10 ton itu perlu menghubungi kita sebelum-sebelumnya, agar kita siapkan dulu, dan tidak langsung ada," imbuhnya.
Pengusaha arang selanjutnya, Nanda (22), berbeda dengan Dian. Menjelang Iduladha, Nanda hanya menjual satu jenis arang saja yaitu arang briket. Namun ia mengaku, penjualan arang briket ini sudah mencapai dua kali lipat dari biasanya. Maka dari itu, ia mengaku bersyukur penjualannya melebihi hari-hari lainnya.
"Karena kita masih bersaing dengan areng biasa juga ya areng kuya kami alhamdulillah walaupun masih sedikit, dengan adanya idul adha ini penjualan meningkat 2x lipat," ungkapnya.
"Dan juga jelas meningkat karena banyak masyarakat yang akan mendapatkan daging gratis dan biasanya pasti daging tersebut dibuat menjadi sate, lalu yang pastinya untuk membakar sate membutuhkan arang," tambahnya.
Untuk penjualannya, ia mulai menjual dari harga Rp12.000 hingga Rp15.000 per kilogram untuk varian arang briket jenis bahan limbah batok kelapa, dan jenis untuk bahan murni Batok kelapa.
Menurut Nanda, tantangan dalam berjualan usaha arang briket ini ialah harus bisa bersaing dengan arang lainnya yang jauh lebih populer yaitu arang biasa yang terbuat dari bahan kayu.
"Kalau bagi saya orang-orang masih memakai arang biasa dikarenakan masyarakat belum terlalu familiar untuk arang briket dan penjualan arang briket pun masih belum mudah didapatkan di warung2 seperti arang biasa," jelasnya.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang