Menuju konten utama

Obsesi Memutihkan Alat Kelamin

Praktik pemutihan penis dan vagina telah dilakukan di berbagai benua.

Obsesi Memutihkan Alat Kelamin
Praktik pemutihan penis di Lelux Hospital, Bangkok, Thailand. FOTO/REUTERS

tirto.id - Dinasti Ming menilai ketampanan sorang pria dari kulitnya yang putih. Anggapan ini meluas dan dipraktekkan oleh sejumlah pria yang menetap di luar Cina baik di Asia maupun Amerika sampai saat ini. Di Filipina, seorang pria berusia 19 tahun merawat wajah dengan berbagai produk yang mengandung unsur mencerahkan kulit mulai dari skrub, tabir surya, sampai pelembab.

Pada 2000, penari populer asal Jamaika Vybz Kartel meluncurkan produk perawatan kulit pria dengan khasiat mencerahkan. Ia jadi salah satu pria yang punya upaya konsisten untuk mencerahkan warna kulitnya. Vbyz tetap memilih untuk berusaha di bidang produk perawatan wajah meski ia sempat mendekam di penjara. Setelah menuntaskan masa penahanan, November 2016, ia meluncurkan produk terbaru Skin Whitening Lotion.

Laporan dari Global Industry Analysts mengungkap bahwa industri pencerahan kulit akan sampai di angka $23 juta pada 2020. Salah satu negara di Asia yang banyak menggunakan produk pencerah ialah India. Sejak tahun 2009, penjualan produk pencerah kulit sampai di angka $432 juta setiap tahunnya. Enam puluh satu persen produk perawatan wajah yang dipasarkan di India punya efek mencerahkan kulit.

Di Thailand, 69,5 persen pria yang berstatus mahasiswa menggunakan produk perawatan pencerah kulit. Tak hanya mahasiswa, belakangan ini ratusan pria berusia 22-55 tahun yang tinggal di negara tersebut juga melakukan perawatan untuk memutihkan kulit. Bukan tubuh dan wajah tetapi juga alat kelamin.

Beberapa bulan lalu Lelux Hospital menerima permintaan dari kliennya tentang layanan pemutihan penis. Adanya permintaan itu membuat tim dokter membuka layanan perawatan pemutihan penis. Dalam kurun waktu empat bulan, Lelux Hospital rata-rata menerima sekitar 100 klien setiap bulannya. Per hari, mereka melayani tiga sampai empat klien yang datang dari sejumlah negara Myanmar, Kamboja, dan Hong Kong.

Pemutihan penis dilakukan dengan menggunakan teknik laser dan harus dilakukan selama lima sesi perawatan. Biaya perawatan tersebut sekitar 8 juta rupiah. Popol Tansakul, Marketing Manager Lelux Hospital, dikutip Telegraph, berkata bahwa perawatan pemutihan penis dilakukan oleh orang yang sangat memperhatikan area privatnya. Salah satu pasien merasa lebih percaya diri saat menggunakan pakaian renang.

infografik perawatan penis vagina

Kepopuleran tindakan pemutihan penis membuat pemerintah Thailand mendatangi klinik Lelux untuk memeriksa kredibilitas mereka. Menurut laporan The Telegraph, Menteri kesehatan Thailand Dr, Thongchai Keeratihuttayakorn menganggap praktik pemutihan penis punya lebih banyak efek negatif, seperti rasa sakit, infeksi atau luka, dan pengaruh terhadap sistem reproduksi.

Layanan pemutihan kulit jadi layanan favorit di Lelux. Lebih dari 50 persen pasien datang ke klinik tersebut untuk mendapat perawatan pencerahan kulit.

Perawatan pemutihan alat kelamin tak hanya dilakukan oleh kaum pria. Wanita pun melakukan jenis perawatan serupa. Menurut buku Female Genital Plastic and Cosmetic Surgery, hiperpigmentasi pada area vagina dan anus wanita disebabkan karena proses penuaan, perubahan hormon akibat kehamilan, infeksi, penggunaan g-string, dan ketatnya pakaian dalam. Faktor genetik juga bisa menjadi salah satu penyebab penggelapan warna vagina.

Orang yang pertama kali mempraktikkan layanan pemutihan vagina dan anus ialah mereka yang bekerja di industri hiburan.

“Teknologi HD TV membuat permintaan terhadap praktik ini meningkat drastis. Selebritas Hollywood juga melakukan hal tersebut karena adanya peningkatan permintaan untuk tampil di film tanpa busana,” tulis Michael P. Goodman dalam buku tersebut.

Salah satu metode yang praktis dilakukan ialah pengangkatan sel kulit mati melalui teknik mikrodermabrasi. Efek dari pemutihan vagina ini baru bisa dilihat dalam hitungan bulan.

Di Asia, kepopuleran aktivitas pemutihan vagina salah satunya dipicu oleh kemunculan krim pemutih vagina di India pada 2012. Iklan produk tersebut menyiratkan hubungan pasangan suami-istri yang nampak kurang harmonis sebelum sang isteri memakai krim pemutih vagina.

Obsesi ini tak sehat. Seperti ditulis Broadly Vice, level terang alat kelamin seseorang tergantung pada kulit paling terang dari tubuh seseorang. Kulit terang yang didapat dari penggunaan krim tidaklah permanen.

Selain menggunakan krim, penggunaan laser juga jadi salah satu jalan dalam memutihkan vagina. Waktu perawatan bisa memakan waktu selama 10-15 menit. Jessica Wu, ahli dermatologi di USC School of Medicine Los Angeles berkata bahwa ia banyak menerima permintaan pemutihan vagina dan anus dari para pasiennya.

Pemutihan ini bukan tanpa efek samping. Jennifer Wider, MD, seorang pakar kesehatan wanita berkata efek iritasi, sensasi terbakar, dan luka ialah efek yang ditimbulkan.

Orang-orang yang memutihkan barangnya tentu bukan tak tahu risiko itu. Kelamin yang putih menjadi obsesi, padahal seperti ditulis laporan Broadly Vice: "Alat-alat kelamin secara alamiah berbeda-beda warnanya, tapi entah kenapa kita berpikir bahwa vulva dan anus mesti berwarna pink seperti high-heels milik Barbie."

Baca juga artikel terkait KECANTIKAN atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Joan Aurelia
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Maulida Sri Handayani