Menuju konten utama

Obama: Trump akan Pragmatis dan Dipaksa Hadapi Realitas

Dalam jumpa pers di Gedung Putih, Barack Obama mengatakan bahwa Presiden terpilih Donald Trump akan lebih pragmatis dan tidak akan mendekati masalah yang dihadapi AS dari perspektif ideologis.

Obama: Trump akan Pragmatis dan Dipaksa Hadapi Realitas
Presiden Amerika Serikat Barack Obama bertemu dengan Presiden terpilih Donald Trump (ki) untuk membicarakan rencana transisi di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat, Kamis (10/11). ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque/cfo/16

tirto.id - “Presiden terpilih Donald Trump harus selalu siap untuk panggilan telepon cepat [siaga 24 jam] dan harus menyesuaikan temperamennya manakala dia harus menghadapi realitas dalam tugas barunya sebagai presiden pada 20 Januari.” Pesan itu disampaikan Presiden Barack Obama dalam jumpa pers di Gedung Putih.

Pada kesempatan itu pula, Obama mengatakan Trump tidak bisa lagi bicara blak-blakan seperti selama kampanye calon presiden lalu, yang secara mengejutkan dia menangkan setelah mengalahkan kandidat Demokrat Hillary Clinton, Selasa (8/11/2016).

Dengan hati-hati memilih kata, Obama memberikan nasihat kepada penggantinya itu yang selama kampanye berulang kali mengutarakan pesan-pesan partisan.

"Kantor [kepresidenan] ini punya cara untuk membangunkan orang. Aspek-aspek posisi atau predisposisi dia [Trump] tidak bersambungan dengan realitas. Dia akan segera terguncang karena realitas punya cara dalam menegaskan jati dirinya," kata Obama seperti dilansir dari Antara, Selasa (15/11/2016).

Obama dan Trump bertemu di Ruang Oval pekan lalu untuk memulai transisi kekuasaan. Obama berkata bahwa Trump akan pragmatis dan tidak akan mendekati masalah yang dihadapi AS dari perspektif ideologis.

"Akan ada unsur-unsur tertentu dari temperamen dia yang tidak akan membuat dia nyaman, kecuali dia mengakui dan memperbaikinya," kata Obama.

"Karena ketika Anda jadi calon dan Anda bilang sesuatu itu tidak akurat atau kontroversial maka itu tidak begitu berdampak dibandingkan ketika Anda saat menjabat Presiden Amerika Serikat. Semua orang di dunia memperhatikan. Pasar bergerak," sambung Obama.

Ditanya mengenai langkah Trump menunjuk tokoh sayap kanan Stephen Bannon sebagai kepala strategisnya, Obama menolak mengomentari. Ia menyatakan dirinya tidak pantas mengomentari penunjukan anggota kabinet oleh Trump.

Namun, Obama yang pernah mengkritik temperamen Trump selama kampanye, menyatakan adalah penting bagi Trump untuk mengirimkan sinyal kesatuan setelah kampanye berdarah-darah setelah Pemilu 8 November lalu.

"Saya berbesar hati atas pernyataan dia pada malam Pemilu lalu mengenai perlunya persatuan, dan tekadnya menjadi presiden untuk semua orang. Pada Pemilu yang begitu panas dan begitu memecah belah seperti ini, bahasa tubuh itu penting," demikian Obama menjelaskan.

Baca juga artikel terkait PEMILU AS atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari