tirto.id - Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra, menyebut bahwa tren pelemahan nilai tukar rupiah berpotensi terus berlanjut. Pada Rabu (19/6/2024), proyeksi pelemahan kurs rupiah diprediksi mencapai Rp16.450 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Potensi pergerakan rupiah hari ini masih melemah ke arah Rp16.450. Rupiah masih berpeluang melemah terhadap dolar AS setelah berhasil menembus ke atas level Rp16.300," ujar Ariston saat dihubungi Tirto, Rabu (19/6/2024).
Menurut Ariston, tren pelemahan rupiah masih akan berlanjut lantaran pelaku pasar masih mewaspadai sikap The Fed yang tidak mau terburu-buru memangkas suku bunga acuan dan hanya memproyeksikan satu kali pemangkasan suku bunga pada 2024.
"The Fed juga masih membuka peluang kenaikan suku bunga acuan apabila inflasi AS naik lagi," tambah dia.
Di sisi lain, pergerakan positif indeks saham Asia hari ini mengindikasikan minat pasar terhadap aset berisiko sedang positif. Hal ini dapat menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, menuturkan bahwa nilai tukar rupiah terus melemah karena supply dolar AS terbatas, sementara permintaannya lebih besar—di antaranya untuk bayar utang, kebutuhan impor, dan sebagainya.
Kemudian, pemerintah juga dinilai masih belum mampu men-generate devisa negara secara maksimal dari sektor ekspor, pariwisata, dan tenaga kerja Indonesia.
Untuk menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Esther menyebut bahwa pemerintah bisa mengurangi transaksi menggunakan dolar AS. Hal itu dapat dilakukan dengan mengurangi impor, mengurangi utang luar negeri, meningkatkan ekspor, memperbanyak orang bekerja di luar negeri dengan pendapatan yang tinggi, dan meningkatkan pendapatan yang menghasilkan dolar AS, misalnya dari sektor pariwisata.
"Belanja pemerintah seharusnya dialokasikan untuk program yang punya multiplier effect besar dan mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Esther saat dihubungi Tirto.
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Fadrik Aziz Firdausi