tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Januari 2020 defisit di angka 0,86 miliar dolar AS atau 860 juta dolar AS.
Nilai ini sedikit lebih baik dibandingkan capaian 2019 secara year on year yang berada di kisaran 1,16 miliar dolar AS.
“Januari 2020 defisit 0,86 miliar dolar AS,” ucap Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers berita resmi statistik di gedung BPS pada Senin (17/2/2020).
Selama Januari 2020, nilai ekspor Indonesia mencapai 13,41 milirar dolar AS turun 3,71 persen dari Januari 2019 secara yoy.
Penurunan terbesar disumbang oleh ekspor migas anjlok 34,73 persen di kisaran 805,9 juta dolar AS dari tahun 2019 yang berada di kisaran 1.234,7 juta dolar AS.
Sementara itu, ekspor non migas hanya turun tipis 0,69 persen secara yoy di angka 12.605,1 juta dolar AS dari Januari 2019 di kisaran 12.693,2 juta dolar AS.
Secara lebih rinci, ekspor pertanian dan industri pengolahan masih naik secara yoy di kisaran 4,54 persen dan 3,16 persen meskipun secara month to month (mtom) dengan Desember 2019 mereka turun 20,24 persen dan 3,13 persen.
Penurunan ekspor non migas terbesar disumbang oleh pertambangan di kisaran 19,15 persen secara yoy.
Per Januari 2020 nilainya hanya 1.787,3 juta dolar AS turun dari 2.210,7 juta dolar AS di Januari 2019.
“HS 2 digit turun curam. Lemak dan minyak nabati (HS 15) juga turun 13,44 persen yoy. Bijih, terak, dan abu logam turun 40,50 persen yoy,” ucap Suhariyanto.
“Ada kebijakan baru sejak Januari 2020 penghentian ekspor bijih nikel,” tambahnya.
Lalu impor Indonesia pada Januari 2020 mencapai 4,28 miliar dolar AS turun 12,57 persen secara yoy.
Penurunan impor disumbang anjloknya impor non migas di angka 17,17 persen yoy dari 10.507,4 juta dolar AS menjadi 8.702 juta dolar AS. Sementara itu, impor migas malah naik 1,71 persen dari 3.383 juta dolar AS menjadi 3.441,3 juta dolar AS.
Secara lebih rinci impor barang konsumsi tercatat naik signifikan 20,26 persen dari 1.219,9 juta dolar AS menjadi 1.467,1 juta dolar AS. Semenatra itu, impor bahan baku/penolong dan barang modal turun 7,35 persen dan 5,26 persen secara yoy.
“Impor plastik turun. Lalu impor barang dari besi-baja turun dalam 41,46 persen secara yoy. Buah-buahan juga turun 39,53 persen yoy,” ucap Suhariyanto.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana