Menuju konten utama

Nasib Warga Kalteng: Sudah Corona, Ditimpa Banjir & Karhultla Pula

Beberapa kecamatan di Kalteng dilanda banjir. Sebelumnya di provinsi itu terjadi kebakaran hutan. Semua 'lengkap' plus pandemi COVID-19.

Nasib Warga Kalteng: Sudah Corona, Ditimpa Banjir & Karhultla Pula
Warga menaiki rakit di depan rumahnya yang terendam banjir. ANTARA FOTO/Jojon/aww.

tirto.id - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sembilan kecamatan di Provinsi Kalimantan Tengah masih terendam banjir sejak 7 September 2020. Ketinggian air beragam, antara 100-200 sentimeter.

Sembilan kecamatan itu adalah Seruyan Tengah, Batu Ampar, Antang Kalang, Marikit, Mentaya Hulu, Seruyan Hulu, Suling Tambun, Manjul, dan Danau Seluluk.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati mengatakan 4.509 kepala keluarga atau sebanyak 16.459 jiwa terdampak. “Mereka mengungsi secara mandiri,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (15/9/2020). Lalu 4.000 rumah juga mengalami kerusakan beragam.

Kabupaten Kotawaringin Timur bahkan menetapkan status tanggap darurat dari 14-27 September 2020. Di sana 1.118 rumah terendam. “Banjir dengan tinggi muka air 80-150 sentimeter disebabkan meluapnya Sungai Mentaya,” ujarnya.

Satu bulan lalu, Kalteng terlebih dulu menghadapi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Wakil Komandan Satuan Tugas Karhutla Kalteng Darliansjah menyebutkan 524,09 hektare lahan terdampak dengan 1.575 titik panas tersebar di Barito Timur, Lamandau, dan Kapuas. Ada pula daerah dengan status siaga darurat karhutla, yaitu Barito Utara, Kotawaringin Timur, Murung Raya, Katingan, Palangka Raya, Kotawaringin Barat, Sukamara dan Seruyan.

“Kami bersama seluruh instansi terkait terus melakukan upaya pencegahan maupun penanganan karhutla di Kalteng, baik dengan memaksimalkan penyampaian informasi dari berbagai pihak di lapangan, hingga patroli oleh masing-masing tim,” ujar Darliansjah, dikutip dari Antara.

Agustus lalu Darliansjah mengatakan sembilan helikopter bom air diterjunkan, dibagi sesuai zona.

Beban Berlipat Nakes

Gubernur Kalteng Sugianto Sabran mengatakan untuk mengatasi tiga bencana sekaligus, diperlukan gerak cepat dan koordinasi yang optimal antara provinsi dan kabupaten/kota. Ia meminta pemerintah kabupaten/kota segera menyampaikan informasi terkait daerah mana yang butuh perhatian.

“Tapi sekalipun belum ada informasi atau permintaan bantuan, kami dari pemerintah provinsi tetap bergerak,” katanya, mengutip Antara.

Dari sisi kesehatan, banjir dan karhutla yang terjadi di tengah pagebluk COVID-19 membuat Kepala Dinas Kesehatan Kalteng Suyuti Syamsul perlu memutar otak, mengatur strategi distribusi sumber daya untuk seluruh korban.

“80 persen sumber daya kita terserap untuk COVID-19. Sekarang harus membagi kekuatan untuk mengatasi banjir dan karhutla,” ujar Suyuti kepada reporter Tirto, Selasa (15/9/2020). “Ini jadi beban berlipat-lipat bagi kami,” tambahnya.

Diputuskan menempatkan tenaga kesehatan reguler untuk menangani banjir, sementara nakes yang lebih ahli untuk penanganan COVID-19. “Untuk karhutla, belum kami fokuskan karena dampak kebakaran tidak seperti tahun lalu. Kami hanya menggunakan posko reguler di puskesmas,” ujarnya.

Bukan tanpa sebab mengapa tenaga kesehatan reguler yang dikerahkan untuk menangani ribuan korban banjir. Ia mengatakan “kebetulan yang kena banjir rata-rata di daerah hulu, yang selama ini masuk kategori kuning dan hijau, sehingga dampak langsung penyebaran COVID-19 boleh dikatakan tidak ada.”

“Memberikan satu 'keuntungan', karena dengan banjir itu pergerakan manusia jadi terhambat. Kumpul-kumpul jadi terhambat, sehingga risiko penularan sebetulnya menurun,” katanya.

Selain itu, potensi penyebaran di antara korban banjir juga minim karena tak ada tempat sentral bagi para pengungsi. Sebagian besar dari mereka memilih mengungsi secara mandiri di rumah kerabat.

Meski demikian, ia memastikan penanganan kesehatan di daerah terdampak banjir tetap dilakukan sesuai protokol kesehatan.

Akhirnya, Suyuti memastikan penanganan banjir, karhutla, dan COVID-19 tetap berjalan normal.

Dilansir dari laman corona.kalteng.go.id, jumlah kasus COVID-19 di Kalteng sebanyak 3.068 per 15 September pukul 15.00, atau naik 46 kasus dari kemarin. Kasus sembuh mencapai 2.360, sementara kasus meninggal 121. Terdapat 11 daerah berstatus zona merah, yakni Murung Raya, Barito Utara, Gunung Mas, Kapuas, Barito Selatan, Barito Timur, Palangka Raya, Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur, dan Kotawaringin Barat.

Meskipun jumlah kasus COVID-19 di Kalteng relatif rendah, epidemiolog dari Universitas Airlangga Laura Navika Yamani meminta pemerintah tetap memperhatikan terutama kelompok rentan semisal penderita ISPA. Penderita ISPA yang terinfeksi COVID-19 kemungkinan akan mengalami efek lebih parah.

“Ini menjadi alarm dengan banyaknya kasus ISPA di Kalimantan terutama daerah yang terjadi karhutla. Kapasitas pemeriksaan COVID-19 harus diperbanyak,” ujarnya kepada reporter Tirto, Selasa.

Berulang

Persoalan banjir di Kalteng bukan hal baru. Tiga kecamatan di Kabupaten Kapuas bahkan pernah terendam hingga dua meter pada Mei 2019.

Menurut Staf Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalteng Ayu Kusuma, banjir berulang karena beberapa faktor: alih fungsi lahan, deforestasi, eksploitasi lingkungan, dan pemanasan global. Ketika curah hujan tinggi, daya resap tanah berkurang dan mengakibatkan banjir.

“Lebih dari 80 persen lahan di Kalteng ditindih izin industri: HTI (Hutan Tanaman Industri), sawit, dan batu bara. Sedangkan yang diserahkan pengelolaan ke rakyat hanya sekitar 0,22 persen,” ujarnya kepada reporter Tirto, Selasa.

Data yang dihimpun Walhi Kalteng menyebut pada 2017 lalu luas sektor usaha pertambangan (batu bara, zircon, bijih besi, dan emas) mencapai 2.386.267 hektare, sektor usaha perkebunan (kelapa sawit dan karet) 4.098.103 hektare, dan sektor usaha kehutanan (IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT) 4.744.090 hektare.

“Dengan fakta kondisi yang dapat kita lihat, dengar, dan rasakan, jangan lagi kita pungkiri kalau lingkungan Kalteng sedang menderita. Perlu tindakan cepat untuk menghindari kerusakan lebih lanjut,” ujarnya.

Baca juga artikel terkait BANJIR atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Rio Apinino