Menuju konten utama

Nasab Ba'alawi dan Pro-Kontra Klaim Keturunan Nabi Muhammad

Pro-kontra klaim nasab Ba'alawi keturunan Nabi Muhammad kembali mencuat. Bagaimana ceritanya?

Nasab Ba'alawi dan Pro-Kontra Klaim Keturunan Nabi Muhammad
Foto orang Baalawi (Habib Ali Al-Habsyi, Habib Ali bin Husein Al-Attas, Habib Salim bin Jindan dan Ba'alawi lainnya). (FOTO/Wikimedia Commons)

tirto.id - Nasab Ba'alawi masih menjadi perdebatan hingga menimbulkan pro dan kontra. Sebagian pihak meragukan klaim nasab Ba'alawi sebagai keturunan Nabi Muhammad. Kendati demikian, ada juga yang berpendapat bahwa orang-orang Ba'alawi masih punya garis darah dari Rasulullah SAW.

Klan Ba'alawi atau Bani Alawi merupakan sekelompok keluarga yang berasal dari Tarim, Hadramaut, Yaman. Klan ini menelusuri asal-usul keluarga mereka terhubung dengan Nabi Muhammad dari tokoh bernama Ubaidillah yang disebut sebagai anak dari Ahmad bin Isa.

Klaim klan Ba'alawi tersebut melalui jalur Ahmad bin Isa bin Muhammad al-Naqib bin Ali al-Uraidi bin Ja'far al-Sadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah binti Muhammad.

Namun, tulis Imaduddin Utsman al Bantani dalam Membongkar Skandal Ilmiah dan Genealogi Sejarah Ba 'Alwi (2024), klaim tersebut masih menjadi kontroversi karena belum ditemukan sumber dari kitab sejaman yang mencatat bahwa Ubaidillah sebagai anak Ahmad bin Isa.

Siapa Saja Marga dari Klan Ba'alawi di Indonesia?

Dikutip dari Sejarah Ba Alawi Indonesia suntingan Tubagus M. Nurfadil Satya, Hadralmaut mengalami perang saudara pada akhir abad ke-19 Masehi. Situasi tersebut membuat banyak klan atau keluarga dari Hadralmaut yang melakukan migrasi besar-besaran menuju wilayah yang lebih aman, termasuk klan Ba'alawi.

Klan Ba'alawi pun tersebar ke berbagai kawasan, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, India, Bangladesh, Maladewa, Afrika Selatan, Somalia, Ethiopia, kenya, Uganda, Tanzania, Kongo, hingga ke Asia Tenggara macam Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, atau yang kala itu masih bernama Hindia Belanda (Nederland Indie) karena merupakan wilayah pendudukan pemerintahan kolonial Belanda, imigran klan Ba'alawi bekerja di berbagai bidang, ada yang bekerja di perkebunan, menjadi buruh pabrik, serta ada pula yang memperoleh kedudukan terhormat.

Keturunan dari klan Ba'alawi terus mewarnai perjalanan sejarah di tanah air, hingga setelah Indonesia merdeka pada 1945 bahkan sampai saat ini.

Lantas, siapa saja marga dari klan Ba'alawi? Ada beberapa marga yang cukup familiar di Indonesia, seperti marga Al-Haddad, Al-Haddar, Al-Hamid, Al-Hadi, Al-Jufri, Bin Sumaith (Smith), Bin Jindan, dan seterusnya.

Berikut ini daftar marga dari klan Ba'alawi:

  • Al-Attas
  • Al-Aydarus
  • Al-Aydid
  • Ba Aqil
  • Al-Maqdi
  • Ba Abud
  • Al-Bar
  • Ba Surrah
  • Al-Baydh
  • Balfaqih
  • Al-Habshi
  • Al-Haddad
  • Al-Haddar
  • Al-Hadi
  • Al-Hamid
  • Jamalullail
  • Al-Jufri
  • Al-Junied
  • Al-Kaf
  • Khaniman
  • Al-Mashoor
  • Al-Muhdhar
  • Al-Musawa
  • Al-Mushayyakh
  • Al-Mutahar
  • Al-Saqqaf
  • Al-Shihabuddin
  • Al-Shatiri
  • Al-Sheikh Abu Bakr
  • Bin Sumaith (Smith)
  • Bin Yahya
  • Al-Ayun
  • Azamat Khan
  • Al-Ba Hashim
  • Al-Ba Rum
  • Al-Ba Sakut
  • Al-Ba Haroon Jamalullail
  • Al-Ba Raqbah
  • Bin Haroon
  • Bin Hashim
  • Bin Murshed
  • Al-Bin Shahel
  • Bin Jindan
  • Al-Hinduan
  • Al-Hiyed
  • Al-Ibrahim
  • Al-Jadid
  • Al-Khirid
  • Al-Nadhiry
  • Al-Adani
  • Al-Mazimi
  • Al-Tapiri
  • Ba Alawi
  • Ba Faraj

Apakah Nasab Ba'alawi Keturunan Nabi Muhammad?

Pro dan kontra klaim Ba'alawi keturunan Nabi Muhammad sebenarnya sudah lama terjadi. Beberapa kalangan berpendapat Ba'alawi bukan termasuk keturunan Nabi Muhammad. Namun, ada yang meyakini marga ini adalah keturunan Rasulullah.

Isu semakin memanas setelah Imaduddin Utsman mengatakan dalam kesimpulan penelitiannya berikut ini:

"Sangat sukar sekali menurut takaran ilmiyah untuk menyebut bahwa Ba alawi adalah anak keturunan Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali alUraidi bin Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain Bin Fatimah bin Nabi Besar Muhammad s.a.w".

Metode yang dipakai Imaduddin Utsman adalah metode library research. Ia mengumpulkan data-data ilmiah berupa kitab-kitab nasab dari masa ke masa. Data lalu diolah menjadi sistematis, rasional, dan valid.

Sontak, klaim bahwa Ba'alawi bukan termasuk keturunan Nabi Muhammad memicu perdebatan serta menimbulkan pro dan kontra.

Apakah nasab Ba'alawi keturunan Nabi Muhammad masih saja menjadi perdebatan berbagai kalangan. Menurut FamilyTreeDNA, Ba'alawi termasuk sebutan lain untuk Alawiyyin.

Ba'alawi merupakan gelar yang diberikan kepada keturunan Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi. Keluarga ini bermula ketika Imam Ahmad al-Muhajir meninggalkan Basrah, Irak pada tahun 317H/929M. Ia pergi bersama keluarga dan pengikutnya. Mereka menuju Hadramaut di Yaman Selatan.

Alawi, cucu Imam Ahmad, adalah orang pertama yang lahir di lokasi itu. Alhasil, keturunannya dipanggil Ba'alawi atau Bani Alawi alias keturunan Alawi. Kemudian, panggilan Ba'alawi digunakan untuk memisahkan keluarga ini dari cabang-cabang keluarga lain keturunan Nabi Muhammad.

Di lain sisi, keluarga Ba'alawi sangat dihormati karena aktivitas perdagangan, filantropi, dan pengetahuan agama. Keturunan Alwi bin Ubaidillah dikatakan tercatat sebagai cucu Ahmad bin Isa. Ahmad adalah keturunan Nabi Muhammad melalui cucunya, Husein bin Ali.

Klaim tersebut lantas ditentang Imaduddin Utsman karena Ahmad bin Isa dinilai tidak memiliki anak Ubaidillah atau cucu bernama Alwi. Hal ini berdasarkan pemeriksaan terhadap kitab-kitab yang mencatat keturunan Nabi (kitab nasab) dari masa hidup Ahmad bin Isa pada abad keempat Islam hingga lima abad setelahnya. Konon, kitab-kitab itu tidak ada yang mencantumkan Alwi dan Ubaidillah.

Fulcrum yang diterbitkan Yusof Ishak Institute menyebutkan, organisaasi milik Ba'alawi seperti Rabithah Alawiyah sudah memberikan respons. Mereka katanya menolak klaim Imaduddin. Ba'alawi dan para pengikutnya menegaskan banyak manuskrip yang berusia lebih dari seribu tahun telah hilang atau tidak ada lagi.

Menyikapi Pro dan Kontra Klaim Ba'alawi

Sejumlah cendekiawan muslim dan ulama turut memberikan pendapat terkait klaim keturunan Rasulullah dengan lebih bijak. Salah satunya adalah Prof. Dr. Quraish Shihab yang berkata:

"Orang boleh berbeda pendapat, apakah si A keturunan Rasulullah atau tidak. Di sini lahir yang dinamai ilmu nasab. Ingat ajaran Rasulullah, tidak perlu mengklaim, buktikan hal tersebut melalui akhlak, ilmu Anda," ucapnya, dikutip dari laman NU Online.

Mantan Menteri Agama RI dan ayah dari Najwa Shihab ini menambahkan, perdebatan mengenai keturunan Rasulullah yang mengarah pada sikap saling hina, memojokkan, dan merendahkan justru tidak membuat Rasulullah bangga, lantaran Rasul lebih mengutamakan akhlak dan ilmu dalam sebuah perdebatan.

Ulama besar KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya juga mengungkapkan pandangannya terkait persoalan ini. Menurut Buya Yahya, dilansir laman tvonenews, mencintai Rasulullah SAW dan keturunannya adalah kewajiban.

Apabila ada seseorang yang dipercaya kelompoknya punya garis keturunan orang terpandang, lanjut Buya Yahya, sebaiknya jangan mengusiknya.

“Ulama mengatakan, sekelompok orang itu kalau sudah mengatakan nasabnya kepada orang tuanya dipercaya, anda jangan suka mengotak-atik, siapapun,” kata Buya Yahya.

“Apalagi ini kisah nasab masa lalu, ini akhlak, adabnya itu. Jadi kalau kita mencari celah oh mungkin begini, mungkin begitu, ini bahaya sekali,” tambahnya.

Buya Yahya juga menyarankan, apabila ada sekelompok orang mengaku memiliki nasab Rasulullah SAW, sebaiknya dipercaya agar tidak terjadi keributan.

Baca juga artikel terkait PERISTIWA atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Beni Jo
Editor: Iswara N Raditya