Menuju konten utama

Nama-nama Wayang Kulit Banjar dan Penjelasan Singkat Sejarahnya

Berikut nama-nama Wayang Kulit Banjar beserta penjelasan karakter tokohnya, dan sejarah wayang di Kalsel.

Nama-nama Wayang Kulit Banjar dan Penjelasan Singkat Sejarahnya
Dalang Ririt mementaskan wayang sampir di kawasan Wisata Alam Manggasang, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Sabtu (17/12/2022). Wayang Sampir merupakan Wayang Kulit Banjar yang dipentaskan untuk memenuhi hajat atau nazar dengan alur cerita yang masih mengadopsi Mahabharata dan mengacu sejarah masyarakat Banjar. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/rwa.

tirto.id - Nama-nama wayang kulit banjar tercatat mencapai jumlah 70-an karakter. Dalam pementasannya, juga ada gunungan sebagaimana yang berlaku di tradisi Jawa.

Berbeda dari kesenian serupa di tradisi Jawa, pementasan wayang kulit banjar menggunakan dua jenis bahasa pengantar. Keduanya adalah Bahasa Melayu Banjar dan Bahasa Kawi.

Namun, mengutip laman Warisan Budaya Kemdikbud, pengucapan Bahasa Kawi dalam pementasan wayang ini kerap tidak jelas jika ditelusuri lebih jauh. Meski begitu, mutu cerita dan lakon Wayang Kulit Banjar tetap tinggi sekaligus memikat.

Sejarah Singkat Wayang Kulit Banjar

Wayang Kulit Banjar selama ini populer di kalangan masyarakat Kalimantan Selatan. Mujiyat dan Koko Sondari dalam Album Wayang Kulit Banjar (2002) memperkirakan pertunjukan wayang mulai dikenal masyarakat di Kalimantan Selatan, khususnya suku banjar, pada awal abad ke-14. Dugaan ini berhubungan dengan masuknya pengaruh Majapahit ke Kalimantan pada kurun 1300-1400 M.

Saat datang ke wilayah Banjar, pemimpin pasukan Majapahit, Andayaningrat konon membawa pula seorang dalang wayang bernama Sakar Sungsang. Namun, pagelaran wayang yang disajikan oleh Sakar Sungsang waktu itu kurang diminati masyarakat Banjar karena penyampaian ceritanya lebih didominasi nuansa seni dan idiom-idiom Jawa.

Baru setelah pengaruh Majapahit surut yang diikuti kebangkitan Kesultanan Demak dan datangnya pengaruh Islam ke Kalimantan, pertunjukan wayang beranjak populer. Menurut Mujiyat dan Koko Sondari (2022), dakwah Islam sejak awal Abad 16 di Kalimantan Selatan kerap dibarengi dengan pertunjukan wayang kulit.

Yang membuat banyak masyarakat Banjar tertarik, dengan dipelopori oleh sosok bernama Datuk Toya, pertunjukan wayang kulit waktu itu mulai menyerap sejumlah unsur lokal. Secara berangsur kemudian lahir konsep kesenian wayang kulit dengan cita rasa seni dan estetika yang khas sesuai dengan selera masyarakat Banjar.

Pementasan wayang kulit banjar biasanya dilengkapi dengan uba rampe tidak terlalu rumit. Salah satu ciri khasnya adalah penggunaan lampu belencong yang mobat-mabit karena terpengaruh oleh sabetan wayang. Terkadang, lampu belencong digoyang-goyang agar wayang terlihat lebih hidup.

Ciri khas lainnya dari wayang kulit banjar ialah masih kokohnya prinsip bahwa wayang merupakan bayang-bayang. Maka, tempat penonton umumnya tidak menghadap dalang, melainkan berada di balik kelir dengan pencahayaan yang minim.

Perbedaan lain antara wayang kulit dalam tradisi Banjar dan Jawa terletak pada bahan pembuatan wayang. Di Jawa bahan utama wayang adalah kulit kerbau, sementara wayang Banjar lebih sering dibikin dari kulit sapi atau kambing.

Adapun postur wayang kulit banjar cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan wayang kulit di Jawa. Tatahan atau ornamen wayang kulit banjar juga lebih sederhana.

Selain untuk pertunjukan biasa, wayang kulit banjar bisa dipentaskan dalam rangka ritual dengan tujuan hajat atau nazar tertentu. Biasanya ia disebut wayang sampir.

Nama-Nama Wayang Kulit Banjar

Dari segi cerita, pagelaran wayang kulit banjar lebih sering menampilkan lakon-lakon yang populer di kalangan masyarakat Kalimantan Selatan. Meski sumber utama cerita wayang masih dari epos Ramayana dan Mahabarata, lakon-lakon yang dimunculkan di Banjar sering kali keluar dari pakem alias lakon carangan.

Berikut ini nama-nama wayang kulit Banjar beserta penjelasan singkat karakter seperti dinukil dari Album Wayang Kulit Banjar (2002) terbitan Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata RI.

1. Sanghyang Pramesti Guru (Raja yang memimpin tiga dunia)

2. Batara Narada (Patih Kahyangan Suralaya, putra Sanghyang Catur Kanwaka dan Dewi Laksani)

3. Batara Brahma (Dewa Api, putra Sanghyang Pramesti Batara Guru)

4. Batara Indra (putra Batara Guru)

5. Batara Kamajaya (Dewa penjaga "Bidadari Kayangan" di Kayangan Tunjungmaya)

6. Batara Asmara (Dewa Kesenangan)

7. Batara Kala/Gundawijaya (Raksasa yang dilahirkan dari api berkobar dan sulit dipadamkan)

8. Dewa Mandu/Arjunawijaya (Keturunan Batara Surya, anak Raja Maespati Prabu Kartawirya)

9. Batara Nagaraja (Raja ular yang bersemayam di sumur Jalatunda)

10. Sanghyang Ismaya/Semar (Di pewayangan Banjar, Semar adalah Dewa yang mengejawantah. Dia datang dalam wujud Sanghyang Ismaya, jika dibutuhkan pada saat genting]

11. Nala Gareng (salah satu anak dari Semar)

12. Jambu Leta Petruk (Pembantu keturunan ksatria Protogonis. Sebelum berubah wujud, ia bernama Bambang Petruk Panyukilan, anak pendeta raksasa bernama Begawan Salantara yang bersemayam di bawah laut)

13. Bagong (Sosok yang tercipta dari bayangan Sanghyang Ismaya atas sabda Sanghyang Tunggal)

14. Togog (Putra Sanghyang Tunggal berwujud manusia dan menjadi abdi para raja di negeri

seberang)

15. Sarawita/Bilung (Teman Togog saat mengabdi kepada raja seberang lautan)

16. Subali (Anak Resi Gotama dan Dewi lndradi di Padepokan Grastina, serta saudara dari Dewi Anjani dan Sugriwa. Subali menjadi guru Rahwana.)

17. Sugriwa (Anak bungsu Resi Gotama yang semula tampan tetapi wajahnya berubah seperti kera setelah berebut Cupu Manik Astagina dengan kakaknya, Subali)

18. Jembawan (Pengasuh anak Resi Gotama)

19. Prabu Maesasura (Raja kerajaan Gua Kiskenda yang berwujud raksasa berkepala kerbau)

20. Patih Lembusura (Patih negara Gua Kiskenda di bawah pemerintahan Prabu Maesasura)

21. Prabu Rama/Raden Ragawa (Putra mahkota kerajaan Ayodya, anak Prabu Dasarata dengan Dewi Ragu, serta suami dari Dewi Shinta)

22. Lesmana Widagda (Sosok yang selalu mendampingi Rama, dan anak Prabu Dasarata dengan Dewi Sumitra)

23. Dewi Sinta (Anak Prabu Janaka dari negeri Mantili)

24. Wibisana (Sosok penting di Perang Alengka, anak Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi, serta titisan Wisnu Anjali)

25. Anoman (Senopati perang Sri Rama yang berwujud kera putih)

26. Anala/Anila (Senapati kera pasukan prabu Sugriwa Raja negara Kiskenda)

27. Anggada (Senapati negara Gua Kiskenda, anak Resi Subali dan Dewi Tara)

28. Suwida (Putra narapati Sugriwa dengan Endang Suwarsih, abdi Dewi Anjani. Ia berujud kera berbulu hitam legam)

29. Rahwana (Musuh Sri Rama di Perang Alengka. Dia berjuluk Raja Dasamuka yang memimpin Kerajaan Alengka)

30. Patih Prahasta (Anak Prabu Sumali, Raja Alengka sebelum Prabu Dasamuka/Rahwana)

31. Patala Maryam (Anak Raja Dasamuka/Rahwana dengan Dewi Urangrayung)

32. Cakil (Raksasa bertaring di ujung mulut yang digunakan dalam lakon apa pun)

33. Kedagit Habang (Raksasa yang tubuhnya berwarna merah, dan punya mata bengis)

34. Kedakit Biru (Disebut juga Raksasa Prepat, dan menjadi punggawa terkemuka Kerajaan Raksasa)

35. Kedkait Klawu (Raksasa yang bisa berperan di lakon apa pun, seperti Cakil, Kedagit Habang, dan Kedagit Biru)

36. Raksasa Katong (Raksasa yang kerap menganggu keamanan karena rakus makannya)

37. Prabu Kresna (Penasihat Pandawa yang bertakhta di negara Dwarawati)

38. Samba Panumpingan Gunungsari (Anak Prabu Kresna yang berwajah tampan)

39. Padmanagara (Di tradisi Wayang, Padmanagara adalah nama lain Satyaki. Dia merupakan anak Raja Negara Leksanpura Prabu Setyajid dengan Dewi Sini)

40. Pandu Dewanata (Putra Prabu Kresna Dwipayana/Abiyasa, Raja Astina sebelum Pandu. Ia adalah ayah dari 5 Pandawa)

41. Dewi Kunti (Putri Basudewa, Raja Negara Mandura, keturunan Prabu Yadawa. Dia adalah salah satu istri Pandu.)

42. Prabu Puntadewa (Di tradisi wayang Jawa, ia dikenal sebagai Yudhistira. Dia menjadi Raja Astina setelah perang Baratayudha. Dia sulung dari 5 Pandawa, anak Pandu dan Dewi Kunti)

41. Bima/Bratasena (Putra Pandu yang nomor 2 setelah Puntadewa/Yudhistira. Bima adalah putra Pandu dengan Dewi Kunti. Saat dewasa, ia bernama Wrekudara)

42. Arjuna/Janaka (Salah satu Pandawa, anak Pandu dengan Dewi Kunti. Di wayang Banjar, Arjuna diceritakan punya 8 istri dan 10 pusaka sakti)

43. Nakula (Salah satu Pandawa, putra Pandu dengan Dewi Madrim)

44. Sadewa (Salah satu Pandawa, putra Pandu dengan Dewi Madrim)

49. Dewi Sembadra (Salah satu istri Arjuna, yang punya putra bernama Angkawijaya, yang menurunkan Parikesit, penerus Raja Astina)

50. Dewi Wara Srikandi (Putri Prabu Durpada Raja Negara Campalareja, yang menjadi salah satu istri Arjuna, dan berperan sebagai panglima perang di Baratayudha)

51. Sasi Udya Mustika (Putri Prabu Bumiloka, Raja Negara Maimantaka)

52. Raden Antareja (Cucu Pandu, putra sulung Bima dengan Dewi Nagagini)

53. Gatutkaca (Anak Bima/Werkudara dengan Dewi Arimbi dari Pringgadani)

54. Jaka Tawang/Antasena (Putra Bima/Werkudara dengan Dewi Urang Ayu dari dasar laut)

55. Angkawijaya (Putra Arjuna dengan Dewi Sembadra, sekaligus ayah Parikesit, raja besar Astina)

56. Duryudana (Putra Prabu Destarastra dengan Dewi Gendari, musuh Pandawa dalam perang Baratayuda)

57. Dursasana (Adik Prabu Duryudana yang bersemayam di kasatrian Banjarjungut)

58. Patih Arya Sakuni (Maha patih Kerajaan Astina pada masa Raja Drestarasta)

59. Dahyang Durna (Guru para Kurawa dan penasihat utama Prabu Duryudana)

60. Adipati Karna (Anak Dewi Kunti yang didapat secara gaib. Dalam prang Baratayuda, dia memihak Kurawa dan tewas di tangan Arjuna)

61. Arya Tirtanata (Sosok yang tercipta dari kulit bungkus saat Bima lahir)

62. Prabu Baladewa (Raja Mandaraka yang sebelum naik takhta bernama Kakrasana. Di dalam perang Baratayuda, ia memihak Prabu Duryudana)

63. Raden Narasoma (Putra mahkota Kerajaan Mandaraka, anak Prabu Mandrapati)

64. Burisrawa (Dalam wayang Banjar, Burisrawa adalah anak Prabu Salya yang punya wajah setengah raksasa dan gagah perkasa tetapi sombong dan pendendam)

65. Rukmarata (Putra Raja negara Mandaraka Prabu Salya dengan Dewi Setyawati)

66. Prabu Kusuma Dalwih (Raja Kerajaan Salimpang Kuning Pajar Tiga Gurdasarsaran yang pernah bertempur dengan Arjuna karena berebut Dewi Srikandi)

67. lndrajit (Putra Mahkota Alengka, anak Prabu Rahwana dengan Dewi Tari)

68. Bambang Rasian Dewa Ikatan (Salah satu tokoh wayang Banjar yang tidak baku/pakem. Tokoh ini merupakan Raja Tersila Amparan, kerajaan di negeri seberang)

69. Patih Rangsian Dewa (Salah satu tokoh wayang Banjar yang bisa digunakan di berbagai cerita lakon)

70. Prabu Mandala (Raja negara Awu-awu Langit dan murid Dahyang Suwela, pandita pertapa di Sidara)

71. Lengleng Buwana/Jayamurcita (Raja Negara Plangkawati, kerajaan yang takluk di tangan Abimanyu, putra Arjuna)

72. Arya Gibang (Raja kerajaan seberang. Dia termasuk tokoh wayang banjar yang tidak baku/pakem sehingga bisa dipakai di lakon apa pun)

73. Wayang Bangbangan (Tokoh kesatria berasal dari gunung. Biasanya dipakai sebagai tokoh samaran dalam wayang Banjar).

Baca juga artikel terkait WAYANG atau tulisan lainnya dari Mohamad Ichsanudin Adnan

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Mohamad Ichsanudin Adnan
Penulis: Mohamad Ichsanudin Adnan
Editor: Addi M Idhom