tirto.id - Jurnalis Najwa Shihab terpilih menjadi tokoh anti-korupsi pilihan Indonesia Corruption Watch. Rekam jejak dan konsistensinya dijadikan dasar penilaian. Tak hanya itu, pemilihan ini juga berdasarkan jumlah pengikut di media sosial.
"Kami lihat secara konsistensi, rekam jejak, ada banyak faktor yang kami lihat, dan Nana [panggilan akrab Najwa] menjadi pilihan yang menarik," kata dosen Hukum Tata Negara Zainal Arifin Mochtar yang juga menjadi salah satu Dewan Juri, selepas acara penghargaan di kantor ICW, Jakarta Selatan, Kamis (11/1/2017).
Peneliti dari Pusat Kajian Anti Korupsi UGM ini menilai Najwa mampu merangkul generasi milenial dalam menyuarakan pesan-pesan anti korupsi. Hal ini dinilai berdasarkan jumlah pengikut Najwa Shihab di media sosial yang mencapai 8 juta orang.
"Dia [Najwa Shihab] mengambil pangsa pasar yang belum diambil oleh tokoh-tokoh yang lain. Nana barangkali sasarannya anak muda, karena kami bayangkan anak muda membangun semangat ketokohan melalui tokoh yang dia gemari, dan Nana sangat representatif untuk itu," lanjut Zainal.
Generasi milenial menjadi sorotan oleh dewan juri dalam penganugerahan ini. Menurut Zainal, gerakan anti-korupsi bukan hanya gerakan hukum, melainkan harus menjadi kultur. Untuk itu, generasi milenial harus dilibatkan untuk menanamkan pesan-pesan anti-korupsi sejak dini.
"Kalau kita tidak mengambil porsi di situ, kita akan kehilangan generasi yang kita harapkan," lanjut Zainal.
ICW memulai proses penilaian sejak bulan Agustus 2017. Tercatat ada 44 nama dari berbagai profesi dan latar belakang menjadi nama yang dipertimbangkan. Banyak di antaranya yang berprofesi sebagai penulis, aktor, bahkan komika.
Najwa Shihab sendiri mengaku terkejut saat diberitahu dirinya dianugerahi penghargaan ini. Selain itu ia pun merasa masih banyak tokoh yang dirasa lebih layak mendapat penghargaan ini dibanding dirinya sehingga ia merasa terbebani.
Menurut Najwa, menyampaikan pesan anti-korupsi adalah pilihan satu-satunya bagi jurnalis. Selain itu Najwa menilai jurnalis harus mampu mengangkat isu anti-korupsi menjadi isu yang dibicarakan publik keseluruhan, bukan hanya bancakan golongan tertentu.
"Jurnalisme kan identik dengan berdiri di atas kejujuran dan integritas, dua hal yang bertolak belakang dengan jurnalis. Jadi hal yang sangat wajar, alamiah dan pilihan satu-satunya untuk menyuarakan pesan-pesan anti korupsi bagi jurnalis," kata Najwa.
Selepas penghargaan ini Najwa mengaku akan terus menyuarakan pesan-pesan anti-korupsi lewat program yang dipandunya, yakni Mata Najwa dan Narasi. Ia pun menambahkan dirinya kerap menyuarakan pesan anti-korupsi saat berkeliling ke daerah-daerah sebagai duta literasi, dan saat menjadi pembicara di kampus-kampus.
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Yuliana Ratnasari