Menuju konten utama

Musim Dingin Mengancam Jutaan Anak di Wilayah Krisis

UNICEF menyebutkan udara yang sangat dingin saat ini akan menimbulkan kesulitan bagi para pengungsi untuk bertahan hidup dengan kondisi minim. Terutama bagi anak-anak, musim dingin ini menjadi hukuman terberat.

Musim Dingin Mengancam Jutaan Anak di Wilayah Krisis
Anak-anak pengungsi Suriah berjalan di kamp pengungsi Elbeyli dekat perbatasan Turki-Suriah di provinsi Kilis, Turki, Kamis (1/12). ANTARA FOTO/REUTERS/Umit Bektas.

tirto.id - Organisasi PBB untuk pengembangan anak-anak (UNICEF) menyatakan, musim dingin dan temperatur sangat rendah menyelimuti seluruh Timur Tengah, sehingga mengancam jutaan anak yang terpengaruh oleh krisis di wilayah tersebut.

Dalam satu pernyataan pers, UNICEF menyatakan pihaknya menghadapi kesenjangan dana sebanyak 38 juta dolar AS saat lembaga itu berusaha menyediakan bantuan penyelamat nyawa, termasuk pakaian dingin, selimut dan pasokan musim dingin, buat anak-anak dan keluarga saat udara menggigit menyelimuti Timur Tengah.

Udara sangat dingin dengan temperatur berada pada titik beku, topan dan salju tebal diperkirakan menimbulkan kesulitan buat semua keluarga yang terpengaruh oleh konflik di Suriah dan Irak. Mereka sudah berjuang untuk bertahan hidup dengan kondisi sangat minim, demikian pernyataan UNICEF sebagaimana dilansir Antara, Kamis (22/12/2016).

Diketahui bahwa banyak keluarga telah meninggalkan rumah mereka akibat kerusuhan dan kini tinggal di berbagai kamp serta pusat penampungan sementara, dengan perlindungan minim dari serangan udara dingin yang menembus kulit.

"Bulan-bulan musim dingin bahkan lebih kejam buat anak-anak yang rentan di wilayah tersebut," kata Geert Cappelaere, Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.

"Mereka [anak-anak] lemah akibat kekurangan perawatan kesehatan dan kekurangan gizi selama berbulan-bulan, dan menderita infeksi pernafasan serius akibat udara dingin. Jika mereka tak memperoleh bantuan, musim dingin dapat menjadi hukuman berat lain buat banyak di antara mereka," kata pejabat UNICEF itu.

Banyak keluarga sudah lelah akibat bertahun-tahun konflik, dipaksa pengungsian dan menganggur. Sumber keuangan mereka sudah terkuras, sehingga mereka tak bisa membeli pakaian dan bahan bakar untuk penghangat.

Pada musim dingin saat ini, UNICEF berencana menjangkau lebih dari 2,5 juta anak di Suriah, Irak, Jordania, Lebanon, Turki dan Mesir dengan memberi pakaian hangat, selimut hangat dan bantuan uang kontan buat banyak keluarga --banyak di antara mereka telah menyelamatkan diri dari konflik tanpa membawa harta mereka.

Reaksi musim dingin UNICEF memastikan bahwa anak-anak yang rentan di seluruh wilayah tersebut dan keluarga mereka memperoleh manfaat dari penghangat sekolah, pakaian hangat, seragam sekolah dan bantuan uang kontan.

Dukungan musim dingin adalah tambahan bagi program yang dilancarkan UNICEF di bidang kesehatan, gizi, air dan kebersihan, perlindungan dan pendidikan --yang dilanjutkan untuk menjangkau jutaan anak yang rentan di seluruh wilayah itu.

Berbagai upaya sudah diluncurkan untuk membagikan perangkat musim dingin, termasuk pakaian, syal, sarung tangan, sepatu dan selimut hangat, serta paket bantuan uang kontan.

Di Suriah, perangkat musim dingin telah dikirim buat hampir 50.000 anak, termasuk di tempat penampungan anak-anak dari Aleppo Timur.

Sebanyak 95.000 anak di Lebanon diberikan penghangat sekolah. Adapun lebih dari 50.000 anak di Jordania menerima bantuan uang kontan untuk musim dingin.

Sementara itu di Irak, 38.000 anak dan 400 perempuan hamil atau ibu yang menyusui telah menerima pakaian musim dingin.

Namun keperluan melampaui dukungan. UNICEF baru menerima separuh dari 82 juta dolar AS dana yang sangat diperlukannya untuk membantu melindungi anak-anak yang rentan di seluruh wilayah tersebut dari serangan musim dingin, termasuk di daerah yang terkepung dan sulit dicapai.

“Tanpa dana tambahan, UNICEF takkan bisa menyediakan tambahan pakaian musim dingin dan layanan penyelamat nyawa, sehingga lebih dari satu juta anak akan terancam udara dingin,” tambah siaran pers itu.

Baca juga artikel terkait KRISIS PENGUNGSI atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari