Menuju konten utama

Mudik Lewat Jalur Alternatif: Pantai Selatan Jawa

Jalur pantai selatan Jawa bisa jadi alternatif untuk perjalanan mudik. Jalan mulus, tetapi belum ada sarana pendukung seperti penerangan, SPBU, dan bengkel.

Mudik Lewat Jalur Alternatif: Pantai Selatan Jawa
Foto udara jalur pantai selatan Jawa (Pansela) di Cimerak, Pangandaran, Jawa Barat, Selasa (22/5). Jalan nasional yang menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Tengah itu dapat digunakan sebagai jalur mudik alternatif dengan pemandangan laut. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc/18.

tirto.id - Salah satu jalur mudik yang dilalui para pemudik di Pulau Jawa pada lebaran tahun 2018 adalah Pantai Selatan Jawa atau Pansela. Seperti halnya jalur Pantai Utara (Pantura), jalur ini terbentang dari Banten sampai Jawa Timur. Namun, ruas jalan yang tersambung baru sampai perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sisanya sebetulnya bisa dilalui, tapi masih dalam tahap pengaspalan.

Dalam catatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) seperti dikutip Kompas, sebagian ruas jalan yang belum diaspal itu terdapat di Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Lumajang, Jember, dan Banyuwangi.

Dari Merak, Banten, jalur ini disuguhi pemandangan laut selatan yang menyusuri pesisir Labuhan, Bayah, Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, dan Pangandaran, kemudian masuk ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sepanjang Pantai Selatan Jawa Barat, selain pemandangan laut, jalur ini juga melalui sejumlah perkebunan PTPN VIII, di antaranya perkebunan Agrabinta di Cianjur dan Mira Mare di Garut. Para pengguna jalan bisa memanfaatkan beberapa titik di perkebunan tersebut yang teduh untuk sekadar beristirahat. Kondisi ruas jalannya mulus terdiri dari kombinasi jalan aspal dan beton, relatif sedikit jalan berlubang di perbatasan Tasikmalaya dan Pangandaran.

Meski kondisi jalanan relatif baik, tapi sarana pendukung di jalur Pantai Selatan Jawa Barat seperti penerangan jalan, pom bensin, dan bengkel masih jarang. Tempat pengisian bahan bakar masih dikuasai para pedagang bensin eceran dan bengkel baru sebatas jasa tambal ban yang disediakan alakadarnya oleh warga yang bermukim di sepanjang ruas jalan tersebut.

Beberapa kali menyusuri jalur ini, tidak ditemukan bus angkutan lintas Jawa yang melalui ruas Pantai Selatan Jawa Barat, kecuali bus perintis DAMRI jurusan Pangandaran-Sindangbarang dan Sindangbarang-Tegalbuleud. Begitu pula kendaraan pribadi, sehingga jalur ini relatif sepi.

Memasuki Jawa Tengah, tepatnya mulai Cilacap, volume kendaraan mulai bertambah. Sebagian pemudik, termasuk yang memakai angkutan umum, tidak keluar lewat Banjar dan masuk Purwokerto, tapi ada juga yang lewat Kalipucang dan masuk Cilacap.

Dari Pantai Suwuk, Kebumen, ada jalur alternatif baru yang tersambung sampai Purworejo. Kondisi jalannya amat mulus dan lebar. Hanya saja, karena baru selesai dibangun, beberapa sisa material pembangunan jalan masih tercecer di kiri kanan jalan, sehingga para pengguna jalan mesti ekstra hati-hati untuk menghindari material tersebut.

Selain itu, banyak sekali persimpangan kecil yang biasa dilalui warga yang bermukim di sepanjang ruas tersebut. Dalam kecepatan tinggi, pengguna jalur alternatif tersebut kadang melakukan rem mendadak karena warga tiba-tiba muncul menggunakan motor dan sepeda di sejumlah persimpangan kecil.

Yang amat riskan dari jalur alternatif baru Kebumen-Purworejo adalah minimnya ketersediaan penerangan jalan, pom bensin, dan bengkel yang sangat minim. Lebih sedikit dibanding ruas Pantai Selatan Jawa Barat. Bahkan jasa tambal ban dan penjual bensin eceran pun sangat terbatas. Tirto hanya mendapati satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU), sehingga antrian kendaraan yang hendak mengisi tangki bensin pun mengular.

Jika ban pengguna sepeda motor dihunjam paku atau benda lain yang menyebabkan bocor, maka ia mesti mendorongnya cukup jauh sampai menemukan jasa tambal ban. Bahu jalan yang masih dipenuhi material sisa pembuatan jalan pun cukup menyulitkan untuk menuntun sepeda motor yang bocor.

Karena baru, di sepanjang ruas itu pun masih sangat sedikit bangunan yang berdiri. Kiri kanan jalan dikuasai oleh perkebunan palawija, buah-buahan, dan pohon kelapa yang tumbuh berjauhan. Hal ini menyebabkan angin dari samping jalan sangat kencang dan membuat laju kendaraan, terutama sepeda motor kurang stabil. Kondisi jalan yang sangat mulus memang menggoda para pengguna jalan untuk memacu kecepatan tinggi, tapi hal ini tentu berisiko diterjang angin dari samping yang sangat kencang.

Infografik Jalur Mudik Pantai selatan jawa

Di Purworejo, ruas jalan ini tersambung dengan jalan A.D. Daendels. Volume kendaraan semakin tinggi karena bersatu dengan pemudik yang tidak melalui ruas jalan baru Kebumen-Purworejo. Meski jalan Daendels cukup bagus, tapi kemacetan di beberapa titik tak bisa dihindari. Terlebih karena sejumlah pengguna jalan banyak yang menyerobot jalur yang berlawanan, termasuk bus angkutan umum yang berukuran besar.

Jalan A.D. Daendels yang menghubungkan Cilacap-Yogyakarta ukurannya tidak terlalu lebar, dan di beberapa ruas dipisahkan oleh pembatas jalan yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan kesabaran untuk mengantri. Sebagai jalan yang jarang digunakan pemudik, sarana pendukung ruas jalan ini pun masih terbatas.

Jika dibandingkan dengan jalur mudik lain di Pulau Jawa, kelebihan jalur Pansela adalah sajian pemandangan Samudera Hindia dan bentang alam lain yang memanjakan mata, serta tujuan wisata pantai yang cukup banyak. Minus dari jalur ini adalah belum lengkapnya sarana pendukung pengguna dan sebagian ruas di Jawa Timur belum tersambung oleh jalan beraspal, sehingga jalur ini masih cukup riskan untuk dilalui.

Namun, untuk menghindari kemacetan yang kadang cukup parah di jalur lain, Pansela adalah alternatif yang bisa dipilih oleh para pemudik.

Baca juga artikel terkait MUDIK LEBARAN 2018 atau tulisan lainnya dari Irfan Teguh

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Irfan Teguh
Editor: Maulida Sri Handayani