tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, menyebut pentingnya melakukan operasi modifikasi cuaca di wilayah Kalimantan Timur dan sekitarnya untuk menghindari kemungkinan adanya gangguan pembangunan proyek di IKN akibat cuaca buruk.
Hal itu disampaikannya dalam konferensi pers setelah memimpin Rapat Tingkat Menteri (RTM) di Gedung Kemenko PMK, Jakarta, Senin (2/8/2024).
Muhadjir memaparkan bahwa operasi modifikasi cuaca itu diputuskan usai mempertimbangkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Laporan tersebut mencatat bahwa curah hujan di wilayah Kalimantan Timur, terkhusus IKN, masih tinggi sampai bulan September 2024 ini.
“Kemungkinan terjadi ancaman longsor dan banjir itu masih besar. Karena itu, atas usulan dari Pemerintah PPU (Penajam Paser Utara) dan juga Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, tentu saja juga dari Kepala Otorita IKN, untuk supaya operasi modifikasi cuaca yang dilakukan oleh BNPB itu tetap dilanjutkan,” ujar Muhadjir.
Muhadjir juga mengatakan bahwa operasi ini akan berlanjut sampai 12 September 2024 dan harapannya semua target pembangunan di IKN dapat tercapai dengan maksimal.
“Termasuk untuk melanjutkan pembangunan bandara yang sekarang sudah 1.300 meter dan kurang 1.000 meter lagi,” ucap Muhadjir.
Selain itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal TNI Suharyanto, menyebut bahwa operasi modifikasi cuaca ini dilakukan atas permintaan dari pemerintah daerah serta rekomendasi dari BMKG.
“Salah satu cara untuk mengurangi resiko bencana dan dampak bencana, dewasa ini kita sudah bisa memodifikasi cuaca. Kalau bahasa pendeknya adalah mengurangi atau mengalihkan atau mendatangkan hujan,” jelas Suharyanto.
Dia juga menyebut bahwa operasi ini tidak terbatas di Provinsi Kalimantan Timur atau Kabupaten PPU saja, tapi di seluruh wilayah di Indonesia.
Lebih lanjut, Suharyanto juga menyampaikan perkembangan setelah melakukan program menyemai garam di kawasan IKN untuk kelancaran proyek IKN. Katanya, program tersebut berjalan baik dan menghasilkan kemajuan.
“Bulan Juli itu keberhasilannya 90 persen sampai 98 persen. Agustus juga rata-rata baik, bagus ya. Dan ketika sudah dilakukan OMC (operasi modifikasi cuaca), yang harusnya hujan jadi tidak hujan,” ungkap Suharyanto.
Suharyanto kemudian kembali menekankan bahwa pihaknya akan menelaah seluruh wilayah Indonesia yang paling rentan memiliki risiko bencana. Hal ini untuk mencegah potensi bencana lebih lanjut.
“Kita mencegah jangan sampai terjadi bencana kepada masyarakat. Itu memang tugas yang harus dilakukan. Karena jangan sampai kita bergerak ketika terjadi bencana saja,” ujarnya.
Terlepas dari hal itu, Menko Muhadjir mengaku sampai saat ini masih belum menentukan nominal anggaran yang diperlukan untuk melakukan operasi modifikasi cuaca ini. Dia mengatakan, pihaknya masih mengkaji terlebih dahulu dan akan terus berdiskusi denganKepala BMKG mengenai karakteristik cuaca, arus angin, dan jumlah volume hujan yang akan terjadi.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Fadrik Aziz Firdausi