tirto.id - Aliran dana asing yang mulai memasuki pasar domestik diharapkan mampu memberikan kompensasi bagi pembengkakan defisit transaksi berjalan (CAD) dan memperbaiki neraca pembayaran Indonesia (NPI).
Data yang dirilis Bank Indonesia (BI) menunjukkan, arus modal asing yang masuk ke pasar keuangan, baik surat utang pemerintah maupun korporasi mencapai 7,9 miliar dolar hingga akhir November 2018. Belum lagi, pemerintah juga menerbitkan obligasi global senilai 4 miliar dolar AS pada Desember ini.
Masuknya modal asing juga tecermin dari peningkatan posisi kewajiban finansial luar negeri (KFLN) yang lebih tinggi ketimbang aset finansial luar negeri (AFLN).
Pada kuartal III/2018 KFLN tercatat mencapai 633,6 miliar dolar AS atau lebih tinggi 0,3 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Sementara posisi AFLN yang ditopang oleh transaksi perolehan aset investasi langsung dan investasi portofolio naik 0,5 persen (qtq) atau 1,5 miliar dolar AS menjadi 336,6 miliar dolar AS.
“Perkembangan ini merupakan cerminan optimisme terhadap kinerja ekonomi domestik,” demikian penjelasan BI dikutip dari situs resminya, Jumat (28/12/2012).
Peneliti dari Institute for Development of Economies and Finance (Indef) Bima Yudisthira menyampaikan, peluang NPI untuk mencatatkan surplus di kuartal IV memang terbuka lebar.
Namun, kata dia, surplus NPI di kuartal IV tidak akan sebesar tahun sebelumnya. “Surplus di kisaran 600-700 juta dolar AS. Sebagai perbandingan Kuartal 2017 surplusnya 974 juta dolar AS,” kata Bhima saat dihubungi reporter Tirto.
Penyebabnya, kata Bima, adalah capital inflow Indonesia yang cukup besar di akhir tahun, terutama di pasar surat utang. Hal ini berbeda dengan kuartal sebelumnya yang tertekan gara-gara maraknya perusahaan transfer laba ke induk atau investor asing.
“Penerbitan SUN senilai total 3 miliar dolar AS dilakukan untuk penuhi kebutuhan pembiayaan anggaran 2019. Pasar surat utang pemerintah semakin menarik karena tawarkan yield yang tinggi,” kata Bhima.
Meski demikian, Bhima memprediksi bahwa surplus NPI ini tidak akan lama. Sebab, di tahun politik 2019, arus modal masuk kemungkinan bakal melambat karena investor berhati-hati untuk masuk ke Indonesia.
"Jadi NPI tetap harus dijaga dengan kebijakan yang struktural, tidak bisa andalkan modal masuk dari utang,” kata Bhima.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution tak terlalu optimistis NPI akan mengalami surplus di kuartal IV 2018. Sebab, kata dia, butuh waktu untuk mengembalikan tren surplus NPI di tengah besarnya defisit neraca perdagangan.
“Paling tidak transaksi berjalan yang negatif itu bisa diimbangi oleh transaksi modal dan finansial. Belum bisa melampaui,” kata Darmin.
Sama seperti Darmin, Direktur Riset Center of Reform on Economic (CORE), Piter Abdullah juga memperkirakan NPI kuartal IV/2018 bakal mengalami defisit lantaran pembengkakan CAD yang cukup besar di kuartal IV.
"Kuartal IV neraca modal akan surplus, tetapi saya tidak cukup yakin menutup defisit transaksi berjalan yang diprediksi akan kembali melebar,” kata Piter saat dihubungi reporter Tirto.
Ia memperkirakan, CAD di kuartal IV bakal mencapai 10 miliar dolar AS. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tiga kuartal sebelumnya yang masing-masing sebesar 5,6 miliar dolar AS (Q1); 7,9 miliar dolar AS (Q2) dan kuartal 8,8 miliar dolar AS (Q3).
"CAD bisa mencapai di atas 10 miliar dolar AS bila neraca perdagangan Desember kembali defisit. Oktober, November neraca perdagangan kita sudah defisit 3,7 miliar dolar AS. Kalaupun Desember surplus tipis, dibawah 1,7 miliar dolar, CAD akan tetap di kisaran 10 miliar dolar AS,” kata dia.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Abdul Aziz