Menuju konten utama

Mobil APM vs Importir Umum, Apa Untung-Ruginya?

Mobil yang dijual oleh importir umum menarik karena unik dan berkualitas. Namun, mobil dari APM resmi punya beberapa keunggulan juga.

Mobil APM vs Importir Umum, Apa Untung-Ruginya?
Suzuki Jimny. FOTO/globalsuzuki.com

tirto.id - Beberapa waktu lalu, Suzuki Jimny terbaru (2019) jadi perbincangan hangat. Pasalnya, mobil ini sempat terpantau berada di suatu lokasi di Indonesia. Gambarnya banyak beredar di dunia maya.

Jimny terbaru sejatinya baru dijual secara resmi di Jepang dan Thailand. Sedangkan di Indonesia, mobil ini baru diperkenalkan lewat ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018. Meski baru sebatas perkenalan, Jimny ternyata mampu menyedot perhatian khalayak ramai.

Situasi yang sama sempat terjadi pula pada Jimny generasi sebelumnya yang pernah resmi dijual oleh Suzuki Indonesia saat GIIAS 2017. Menurut Kontan, saat itu Suzuki hanya menyediakan 88 unit Jimny dengan banderol sekitar Rp285 juta. Semua unit pun langsung ludes terjual bahkan sebelum pameran usai.

Sayangnya, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) selaku agen pemegang merek (APM) Suzuki di Indonesia masih enggan menjual Jimny terbaru meski popularitasnya tengah meroket. PT SIS sendiri telah mengkonfirmasi bahwa gambar-gambar yang beredar di media sosial bukanlah produk Jimny yang mereka bawa.

"Terkait dengan yang muncul di media sosial, kami tidak mengamini apakah mobilnya akan benar-benar berada di Indonesia atau tidak. Kemudian apakah mobil itu milik orang Indonesia atau tidak, lalu apakah mobil itu benar-benar eksis di sini atau tidak. Karena menurut sepengetahuan kami, memang belum ada satu pun unit yang masuk ke Indonesia. Mungkin dari teman-teman Importir Umum (IU),” jelas Harold Donnel, Head of 4W Brand Development & Marketing Research PT SIS kepada Tirto.

Situasi ini menjadi peluang emas yang dimanfaatkan IU. Seperti dilansir Kompas, mereka kabarnya sempat mendatangkan Jimny terbaru secara utuh meski dalam jumlah yang sangat sedikit.

Masuknya Jimny terbaru lewat 'jalan pintas' ini jelas sangat membantu para penggemar yang sudah tak sabar meminang SUV legendaris Suzuki ini. Dengan memiliki dan mengendarai mobil yang lagi nge-hits lebih dulu daripada orang lain, para penggemar Jimny tentu akan merasakan pesona eksklusivitas yang menyenangkan. Apalagi mobil ini masih langka sehingga secara tak langsung meningkatkan nilainya di pasaran.

Meski begitu, tentu ada keuntungan tersendiri bagi konsumen bila nanti Jimny terbaru hadir dengan status 'anak kandung' PT SIS. Harold mengatakan, konsumen yang membeli unit dari IU tak mendapat fasilitas pelayanan sebaik produk APM. Sebagai catatan, Jimny sendiri saat ini masih berstatus sebagai mobil CBU (Completely Built-Up).

Pertama, produk CBU yang dibawa secara resmi oleh PT SIS harganya akan lebih kompetitif dibandingkan yang hadir lewat IU. Walaupun secara umum produk CBU memang punya harga yang relatif lebih mahal ketimbang CKD, karena harus menanggung biaya impor dan pajak yang lebih tinggi.

"Jimny [2017] dari IU harganya kisaran Rp300-an juta sampai Rp 400-an juta, kalau APM kan Rp285 juta kemarin," ujarnya.

Kemudian, karena dibawa secara resmi, konsumen juga dapat menikmati jaringan dealer yang sudah tersebar di seluruh Indonesia untuk perawatan mobil CBU tersebut. Artinya, konsumen yang membelinya tak perlu khawatir soal perawatan berkala dan ketersediaan spare part karena sudah dijamin aman.

Jikalau terjadi sesuatu di jalan, pihak bengkel resmi juga bisa melakukan tindakan responsif. "Lewat pelacakan nomor mesin dan nomor rangka pada database, mereka bisa melakukan servis dengan mudah karena data recording berlaku nasional," lanjut Harold.

Terakhir Harold juga menyebutkan, mobil CBU yang dibawa secara resmi mendapat quality control (QC) yang ketat. "Setiap keluar produksi mobil pasti akan melewati QC, tapi buat mobil CBU yang masuk secara resmi, kami QC lagi," imbuhnya.

Hal ini dilakukan karena ada beberapa kondisi yang membuat mobil harus disesuaikan dengan iklim serta letak geografis suatu negara. Untuk negara dengan iklim tropis atau iklim musim dingin yang panjang, lanjut Harold, tentu terdapat perbedaan fitur maupun standar kelengkapan pada sebuah mobil.

"Di Indonesia kami lakukan double check, jadi mereka benar-benar dapat barang yang lebih bagus dan jauh lebih menguntungkan," terang Harold.

Infografik Mobil CBU vs CKD
Infografik Mobil CBU vs CKD. tirto.id/Fuad

Daya Tarik Mobil Impor

Fenomena tingginya minat orang-orang terhadap mobil impor ketimbang mobil produksi APM atau rakitan lokal ternyata tak hanya terjadi di Indonesia. Di beberapa negara di dunia, keinginan orang membeli mobil dengan skema CBU tak hanya didasari alasan ingin up-to-date, tapi lebih mengincar kualitas yang lebih baik. Amerika Serikat salah satunya.

Dilansir dari The Truth About Cars, meski sudah ada merek-merek besar di AS, masih ada sebagian konsumen di Negeri Paman Sam itu yang cenderung lebih suka mobil Eropa maupun Jepang. Menurut beberapa konsumen, alasannya bukan karena mobil Amerika jelek, tapi lebih karena perbedaan pada faktor kehalusan mesin, sistem transmisi, suspensi, rem, hingga kemudinya.

Ford, GM, hingga Chevrolet tentu saja membuat mobil dengan bahan dan material yang baik. Truk dan SUV dari produksi mereka memang terkenal awet dipakai. Namun, apakah komponen tersebut masih tetap menjadi daya tarik?

Saat ini, mesin yang punya daya tahan lama dinilai bukan sebagai keunggulan utama sebuah mobil. Konsumen lebih tertarik dengan mesin yang halus, kuat, dan hemat bahan bakar. Singkatnya, beberapa produk rakitan dalam negeri sudah tak memenuhi ekspektasi konsumen.

Dengan adanya pilihan penjualan mobil melalui dealer resmi dan importir, konsumen dapat dengan mudah memilih sendiri mobil dengan kualitas dan jenis yang mereka inginkan.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI OTOMOTIF atau tulisan lainnya dari Dio Dananjaya

tirto.id - Otomotif
Penulis: Dio Dananjaya
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara