tirto.id - Kehidupan modern yang serba cepat dan tidak menyisakan waktu untuk beristirahat dan melakukan refleksi dengan layak, membuat orang kelelahan, tidak hanya fisik, namun juga mental. Rasa kesepian sering kali didengung-dengungkan menjadi penyakit manusia modern.
Fenomena ini membuat alternatif-alternatif konsep keseimbangan hidup, seperti konsep spiritualisme, menjadi topik yang semakin banyak dicari baik dalam kelas, seminar, komunitas, atau konten di sosial media.
Tidak hanya mempelajari konsep spiritualisme, kini orang semakin berusaha untuk menerapkan laku spiritual sebagai kebiasaan sehari-hari. Tidak terkecuali, terkait pencarian penyembuhan penyakit.
Di sebuah komunitas di Indonesia yang sering membicarakan keseimbangan hidup, minat melakukan penyembuhan dengan menggunakan batu kristal atau crystal healing semakin meningkat, karena dapat menjadi alternatif lain dari pengobatan umum yang selama ini ditawarkan.
Di Amerika Serikat, mengutip laman theguardian.com, crystal healing sempat booming seiring dengan meningkatnya isu kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada 2020. Orang-orang menggunakannya untuk membantu menjaga kesehatan fisik dan mental.
Namun demikian, minat warga Paman Sam terhadap kristal mulia sebenanrnya sudah dimulai sejak tahun-tahun sebelumnya. Dikatakan bahwa sejak 2010, pencarian istilah "crystal healing" meningkat 65 persen. Sementara itu, pada 2018 pasar crystal quartz mencapai nilai $8,23 miliar dan diproyeksikan mencapai $13,61 miliar pada tahun 2026.
Sejumlah orang percaya bahwa penyembuhan lewat batu-batu kristal seperti quartz, citrine, obsidian, agate, mengandung energi penyembuhan yang bermanfaat bagi tubuh, pikiran, dan jiwa.
Namun, manfaat batu-batu kristal ini baik dalam kesehatan, maupun kecantikan, yang semakin populer rupanya memiliki dampak buruk bagi lingkungan. Permintaan batu kristal yang berlebihan, dan berbagai isu sosial lainnya, menjadi isu tak sedap terkait dengan penambangan batu mineral ini.
Namun orang yang percaya dengan cara penyembuhan ini mendatangi praktisi crystal healing yang relatif mudah dijumpai di kota-kota besar, untuk mendapatkan kesembuhan. Istilah yang sering digunakan bagi yang sudah familiar adalah untuk "menaikkan atau menyeimbangkan energi".
Penyembuhan batu kristal sebenarnya termasuk pengobatan alternatif yang dipraktikkan sejak bangsa Sumeria kuno sekitar 6000 tahun lalu di Mesopotamia. Mereka juga disebut sebagai bangsa pertama yang menghiasi tubuh dengan kristal - seperti lapis lazuli, akik, dan pirus - untuk menangkal penyakit dan energi negatif.
Bertahun-tahun setelahnya penyembuhan batu kristal dipraktikkan di Yunani, Tibet, dan Cina, dengan filosofi yang didasarkan pada konsep energi kehidupan Cina (chi atau qi) dan chakra Hindu atau Buddha.
Chakra adalah pusaran atau medan energi halus yang membantu organ, pikiran, dan kecerdasan tubuh bekerja pada tingkat terbaiknya. Terdapat tujuh titik chakra utama, yaitu chakra dasar (muladhara), chakra sakral (svadhishthana), chakra solar plexus (manipura), chakra hati (anahata), chakra tenggorokan (vishuddha), chakra mata ketiga (ajna), chakra mahkota (sahastrara).
Selama sesi perawatan, terapis akan menempatkan batu-batu kristal sejajar di titik-titik chakra, seperti kira-kira di daerah atas kepala, di dahi, di tenggorokan, di dada, di usus, dan di area genital. Batu yang digunakan dan posisinya dapat dipilih sesuai dengan gejala yang dilaporkan oleh pasien.
Namun terapis yang berpengalaman biasanya tahu di bagian tubuh mana yang terdapat keluhan atau rasa sakit. Ia kemudian meletakkan kristal di titik yang sakit tersebut.
Bagaimana Crystal Healing Bekerja?
Batu kristal yang digunakan dalam praktik penyembuhan tergolong sebagai batu mulia. Jenisnya pun ada ribuan. Kristal-kristal ini mengandung muatan listrik yang bisa menyeimbangkan frekuensi arus elektromagnetik di dalam tubuh.
Bagaimana penempatan kristal tertentu berpengaruh pada kesejahteraan tubuh kita? Dalam Asian Journal of Nursing Education and Research yang ditulis oleh praktisi penyembuhan kristal, Sneha R. Dubey, dijelaskan bahwa tidak ada keajaiban, hanya hukum fisika yang mungkin belum ditemukan.
Menurut Dubey, kristal memiliki kemampuan menahan dan memancarkan getaran energi. Misalnya ketika kristal tertentu dimasukkan ke dalam arloji, baterai mengirimkan muatan konstan melalui kristal.
Kristal menyerap muatan, dan kemudian melepaskannya dengan kecepatan yang tepat, sehingga digunakan untuk membuat jam tangan bekerja menjaga waktu dengan tepat.
Kristal juga memengaruhi medan energi elektro-magnetik kita atau tubuh halus yang mengelilingi dan menembus tubuh fisik. Ini termasuk tubuh eterik, emosional dan mental, yang secara kolektif disebut aura.
Dengan ditempelkan ke tubuh, kristal mampu menyerap, memfokuskan, mengarahkan, dan menyebarkan medan energi untuk memungkinkan bagian tubuh yang sakit atau tidak seimbang bisa menemukan ritme energi alaminya.
Penjelasan tersebut senada dengan yang dikatakan oleh praktisi penyembuhan kristal dari Barindra Yoga Class Cibinong, Christina Happy, bahwa atom kristal bereaksi dan memengaruhi kelistrikan tubuh.
"Sebenarnya kristal itu kan ada susunan atomnya, dan sususan atomnya itu, somehow dia berpengaruh dengan ditempelkan ke tubuh kita dengan susunan tertentu. Atau kristal dengan bentuk-bentuk tertentu, dia memengaruhi sistem kelistrikan di tubuh kita, dari sisi energetiknya," tutur Happy saat dihubungi Tirto, 4 Juni 2023.
Sementara itu, praktisi penyembuhan kristal di Bali, Haikal Pratama, mengatakan bahwa masing-masing jenis, bentuk, dan warna kristal memberikan vibrasi tertentu, "Setiap kristal memiliki getaran yang berbeda.Misalnya amethyst menggetarkan chakra ajna dan chakra mahkota, sehingga membantu kita untuk merasa lebih relaks. Sedangkan kristal citrine bekerja pada solar plexus sehingga membantu untuk lebih kreatif. Jadi getaranlah yang ditangkap oleh tubuh sebagai sinyal untuk penyembuhan," ujar Haikal.
Pada saat sesi terapi, efek kesembuhan yang akan dirasakan oleh klien tergantung pada kepercayaannya terhadap batu-batu kristal. Menurut Happy, kuncinya adalah menerima. Tidak perlu terlalu menganalisa dengan logika.
"Klien akan aku kondisikan untuk relaksasi sehingga dia bisa menikmati napasnya. Lalu aku katakan supaya receptive dengan energi kristal itu," ujar Happy.
"Kalau dia tidak receptive, ya, susah. Misalnya dia ikut crystal healing karena ingin membuktikan sesuatu, jadi saat sesi penyembuhan dia sambil menganalisa begitu, ya. Itu agak susah untuk bisa menerima atau merasakan efek saat terapi," Happy menjelaskan.
Klien yang datang untuk sesi penyembuhan kristal, akan menerima pemeriksaan terlebih dulu untuk diperiksa chakra mana yang perlu mendapat perhatian sebelum mendapatkan perawatan.
"Sebelum mulai berbaring, aku cek dulu kira-kira chakra mana yang perlu aku perhatikan. Jadi aku lihat aliran energinya," kata Happy.
Menurut Happy, klien yang datang untuk mendapatkan terapi batu kristal menyampaikan beragam keluhan, namun yang paling umum adalah isu merasa lelah fisik dan mental. Termasuk yang menyebabkan sulit tidur, overthinking berlebihan, dan badan terasa berat beraktivitas.
Percaya atau Tidak?
Cukup menantang untuk membuktikan bagaimana bebatuan kristal benar-benar dapat memberikan efek penyembuhan - karena metode ini bersifat pseudosains (ilmu semu) - kecuali membuktikan dan mencobanya langsung.
Donna, salah seorang klien, yang beberapa kali datang kepada Happy untuk terapi kristal, mengatakan adanya perubahan pada suasana hati dan tubuh setelah menjalani sesi ini.
"Aku sudah dua kali terapi kristal," kisah Donna. "Waktu itu habis opname dan mungkin enggak seimbang chakranya. Orang kan kalau kayak gitu ada yang percaya dan tidak percaya, ya. Aku juga mungkin awal-awalnya enggak begitu percaya. Tapi setelah mencoba jadi kayak plong, enak, dan pikiran terbuka. Ibarat energinya udah dibenerin. Kayak habis makan permen mint.”
Dalam tulisan jurnal Dubey, ia juga menyebutkan bahwa setiap orang bisa mengamati atau membuktikan vibrasi kristal pada tumbuhan maupun hewan.
"Sebagian besar penelitian saya dalam terapi kristal telah dilakukan dengan hewan. Hewan tampaknya dapat merasakan kualitas elektro-magnetik yang bermanfaat dari kristal. Salah satu kucing saya sangat menyukai kristal, dia selalu tidur di atas saya dengan cakar di atas liontin kristal yang biasa saya kenakan," tulis Dubey.
Penyembuhan kristal sendiri tidak terbatas harus mendatangi seorang praktisi. Menurut Happy, jika ingin mendapatkan manfaat energi dari kristal, bisa mencobanya secara mandiri dengan membeli kristal yang ada di pasaran. Bahkan sekarang banyak kristal yang dibuat dalam bentuk perhiasan.
"Kalau untuk dijadikan perhiasan, tergantung orang itu bisa merasakan atau tidak (efek penyembuhannya). Karena tidak semua orang bisa merasakan," kata Happy.
"Setiap kristal punya vibrasi. Benda apa pun itu kalau kita lihat di mikroskop, ada getarannya. Bisa saja ada efek penyembuhan. Bahkan emas, perak, dan berlian pun punya energi healing.Tinggal kita mau percaya atau tidak," Haikal menambahkan.
Upaya memberikan ketenangan dan penyembuhan melalui batu kristal sepertinya akan memberikan hasil yang berbeda, tergantung tingkat kepercayaan masing-masing.
Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, hanya satu cara untuk membuktikan keampuhan penyembuhan ini, yakni dengan mencobanya.
Penulis: Khalifa Moon
Editor: Lilin Rosa Santi