Menuju konten utama

Mimpi Buruk Samsung Berlanjut

Krisis Samsung akibat penarikan Galaxy Note7 semakin jauh. Samsung secara resmi meminta kepada para partner globalnya untuk menghentikan penjualan dan penukaran Galaxy Note7.

Mimpi Buruk Samsung Berlanjut
Sebuah pengumuman pelarangan penggunaan ponsel Samsung Galaxy Note 7 terpasang di konter maskapai Garuda Indonesia di Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (13/9). Maskapai Garuda Indonesia mensosialisasikan kepada penumpang mengenai larangan penumpang memakai atau mengisi baterai Samsung Galaxy Note 7 saat berada di dalam pesawat demi alasan keselamatan penerbangan. ANTARA FOTO/Lucky R.

tirto.id - Permintaan Samsung kepada para partner globalnya untuk menghentikan penjualan dan penukaran Galaxy Note7 menyikapi temuan terbaru adanya kebakaran pada piranti baru yang diberikan kepada konsumen.

“Konsumen dengan Galaxy Note7 awal ataupun Galaxy Note7 pengganti harus mematikan daya dan berhenti menggunakan piranti tersebut,” jelas Samsung dalam pernyataannya.

Ini merupakan keputusan penarikan produk kedua dalam dua bulan yang dilakukan Samsung, menyusul mencuatnya kasus-kasus kebakaran Galaxy Note7. Sejauh ini, Samsung sudah menarik 2,5 juta Note7 akibat masalah pada baterai yang bisa memicu kebakaran.

Chairman Komisi Keamanan Produk Konsumer AS Elliot Kaye menilai langkah Samsung menghentikan sementara penjualan dan penukaran Galaxy Note7 sebagai sebuah langkah positif. Badan ini juga menyarankan konsumen untuk menghentikan seluruh Note7. Hal senada disampaikan Badan Teknologi dan Standar Korea, yang mengimbau konsumen berhenti menggunakan Note7. Badan ini selanjutnya akan bekerja dengan Samsung untuk menentukan langkah ke depan.

Akibat masalah ini, saham Samsung langsung anjlok hingga 5 persen, yang merupakan penurunan harian terbesar dalam sebulan.

Ujian Galaxy Note7

Galaxy Note7 merupakan salah satu ujian terbesar dalam perjalanan Samsung. Dalam tempo sebulan setelah peluncurannya, bermunculan kasus smartphone tersebut meledak, yang kemudian disinyalir berasal dari baterai yang bermasalah pada perangkat tersebut.

Dalam pernyataan resminya hingga tanggal 1 September lalu, Samsung menyatakan telah menerima laporan 35 kasus global yang muncul akibat baterai yang cacat tersebut. Samsung menyatakan sedang melakukan berbagai upaya untuk memperbaikinya.

Di luar pernyataan resmi Samsung tersebut, Pemerintah Kanada mengindikasikan bahwa lebih dari 70 kasus serupa terjadi di Amerika Serikat dan laporannya telah diterima oleh Samsung hingga Senin (12/9/2016) kemarin.

Dengan temuan tersebut, Samsung akhirnya menghentikan penjualan Galaxy Note 7. Para pelanggannya yang memiliki smartphone tersebut diminta untuk segera menukarkan smartphone yang cacat itu dengan yang baru, atau yang lazim disebut dengan proses recall. Sebagai catatan, Samsung mengatakan telah menjual setidaknya 2,5 juta unit Galaxy Note 7 ke seluruh dunia, dan semuanya akan di-recall.

Akibat skandal internasional tersebut, saham Samsung jatuh sebesar 7 persen pada hari yang sama. Seperti dikutip dari Quartz, harga saham Samsung berada pada kisaran $1.311,26 atau turun 13 persen dari nilai tertingginya pada 23 Agustus lalu.

Sejak Samsung mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan melakukan recall terhadap Note 7, perusahaan data finansial Factset memperkirakan Samsung telah kehilangan kapitalisasi pasar sebesar lebih dari $26 miliar.

Di sisi lain, berdasarkan perkiraan yang dibuat oleh Bloomberg, biaya yang dikeluarkan oleh Samsung untuk seluruh proses recall tersebut setidaknya sekitar $ 1 miliar. Seperti dikutip dari Internasional Business Times, menurut Credit Suisse, dalam skenario terburuk, recall tersebut dapat membuat Samsung kehilangan sekitar $1,34 miliar dari keuntungan operasinya pada tahun 2016.

Sebagai catatan, Mobile Division Samsung merupakan penyumbang pendapatan terbesar Samsung pada Semester I-2016, yakni sebesar sekitar $7,3 miliar.

"Beberapa mengatakan pada awalnya Galaxy Note 7 mungkin bisa menjadi smartphone terbaik yang pernah ada, tapi sekarang akan sangat mungkin smartphone itu akan turun menjadi hal terburuk yang pernah ada [bagi Samsung]," kata analis IBK Securities Lee Seung-woo, yang juga memprediksi penjualan Samsung akan melemah pada kuartal keempat, seperti dikutip dari Time.

Lebamnya Samsung

Para analis mengatakan, skandal recall Samsung ini akan berdampak tidak hanya dalam penjualan, tapi juga terhadap brand image senilai $211 miliar dalam jangka panjang.

"Bahkan jika Samsung memasok pasar dengan Note 7 yang memiliki baterai baru, tidak semerta-merta penjualannya akan kembali seperti pada awalnya," kata analis Investasi HMC Greg Roh, seperti dikutip dari Time.

"Dalam jangka panjang, [skandal] ini akan membuat Samsung membelanjakan anggaran pemasaran yang signifikan untuk memastikan produk berikutnya dapat mengatasi masalah ini."

Sejumlah maskapai di seluruh dunia, seperti Garuda Indonesia, Singapore Airlines, dan Delta Airlines, diketahui pula telah mengimbau para penumpangnya untuk sangat “berhati-hati” dalam menggunakan perangkat tersebut di pesawat.

Sementara itu, konsumer pun mulai memalingkan pilihannya kepada Apple. Sebuah skenario terbalik dari apa yang pada mulanya diinginkan Samsung dengan menjual Note 7 lebih awal daripada iPhone 7 dan 7 Plus.

Menurut survei kecil-kecilan pada Twitter yang dilakukan oleh CNET, sebanyak 48,5 persen dari 3,329 responden menyatakan bahwa mereka lebih memilih untuk membeli iPhone terbaru.

Meskipun demikian, sebesar 40 persen responden juga menyatakan bahwa mereka tetap setia dengan Note 7. Sebanyak 30,5 persen memilih untuk menukarkan Note 7 mereka dalam program recall yang disediakan Samsung, sementara 9,5 persen memilih untuk mempertahankan Note 7 yang mereka miliki saat ini.

Namun, tetap saja hal ini berarti adanya celah bagi pabrikan smartphone yang lain untuk mengambil keuntungan dari kelalaian raksasa Korea Selatan itu.

Samsung sendiri bergerak cepat. Mereka mengumumkan tidak akan menggunakan baterai yang dipasok oleh anak perusahaan mereka, Samsung SDI, untuk menggantikan baterai bermasalah di Note 7. Perlu diketahui, Samsung SDI memasok lebih dari 65 persen baterai yang digunakan untuk Note 7.

Di luar itu, mereka juga mengumumkan penunjukkan anggota Board of Director yang baru yaitu Jay Y Lee – anak dari Chairman Samsung Lee Kun-Hee, yang sebelumnya menjabat sebagai vice chairman. Samsung juga telah mengkonfirmasi penjualan divisi printernya kepada Hewlett Packard (HP) dengan nilai sebesar $1,05 miliar.

Sayangnya, usaha-usaha tersebut masih belum menyelamatkan perusahaan tersebut dari jatuhnya harga saham Samsung. Apalagi setelah muncul masalah meski telah dilakukan penggantian smartphone Note7, sehingga Samsung memutuskan untuk menghentikan total penjualan.

Inilah batu ujian terbesar yang harus dihadapi Samsung, di tengah persaingan ketat industri smartphones yang tidak menolerir adanya cacat produk.

Baca juga artikel terkait RECALL SAMSUNG GALAXY NOTE7 atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Bisnis
Reporter: Nurul Qomariyah Pramisti & Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti